NasDem Dianggap Gagal Lakukan Kaderisasi, Pangi: Seperti Ojek

Kamis, 23 Juni 2022 – 08:51 WIB
Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai Pemilihan Umum 2024 akan menunjukan kualitas partai-partai politik di Indonesia.

"Serentaknya Pileg, Pilpres dan Pilkada 2024 nanti akan menunjukkan mana partai kader, partai populis dan partai transaksional pragmatis," ujarnya dalam keterangan, Kamis (23/6).

BACA JUGA: Begini Analisis Pengamat Soal Kemungkinan 4 Poros Koalisi di Pilpres 2024

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu menambahkan, pesta demokrasi tersebut akan membuka kedok partai mana yang hanya menjadi objek politik.

Partai tersebut hanya mengantarkan calon non partai atau mendukung kader partai lain untuk maju kontestasi elektoral.

BACA JUGA: Kecelakaan Maut Bus PMS vs PMH di Jalinsum, 7 Orang Tewas, Belasan Luka-Luka

"Misalnya saja Partai NasDem (Nasional Demokrat, red) yang akan mengusung Anies Baswedan. Ada hipotesis yang menyatakan hal tersebut akan ikut memberi pengaruh terhadap elektabilitas Partai NasDem atau coattail effect," ujar Pangi.

Alumnus Universitas Indonesia tersebut mengatakan hal itu membuktikan Partai NasDem gagal melakukan kaderisasi.

"NasDem tidak mampu menghasilkan calon yang berasal dari kader internal NasDem sendiri atau menggunakan tradisi meritokrasi," tutur Pangi.

Dia menakar partai yang dipimpin Surya Paloh itu belum berhasil menelurkan kader politik terbaiknya untuk maju dalam kontes nasional.

"Seperti ojek, di mana seorang tokoh (non-kader, red) berhasil maju dan dihantarkan pada kursi orang nomor satu pada Pilpres atau Pilkada," ungkapnya,

Menurut Pangi fenomena itu tentu ini tidak baik bagi partai itu sendiri.

"Partai dalam konteks ini bisanya jadi penghantar saja karena hanya bisa mengusung tokoh eksternal maju di Pilpres atau Pilkada," tutur Pangi.

Hal itu diperparah jika ada deal-deal tertentu dengan calon-calon yang diusung nantinya.

"Setelah diantarkan ke Kursi Presiden atau kursi kepala daerah, lalu dapat deal-deal. Setelah itu bisa saja pada periode berikutnya pakai partai ojek politik yang sama atau pake partai ojek politik lainnya tanpa harus jadi kader dan mengakar di partai," paparnya.

Hal tersebut menurutnya berbahaya bagi demokrasi itu sendiri.

Pangi mencontohkan tiga tokoh yang direkomendasikan Partai NasDem sebagai bakal calon presiden dalam Pilpres 2024 mendatang.

Tokoh-tokoh tersebut yaitu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

"Anies bukan kader partai manapun, dan Panglima TNI aktif Jenderal Andika Perkasa bukan kader partai NasDem serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kader partai PDIP, lalu kok kenapa bukan kader NasDem yang diusung?," tegasnya.

Dia menyebutkan, apa guna partai kalau yang didukung non partai atau kader partai lain.

"Lama-lama orang akan bilang buat apa masuk parpol kalau jadi capres atau kepala daerah tanpa harus jadi kader partai yang mengakar," tutupnya. (mcr18/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mercurius Thomos Mone

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler