JAKARTA - Upaya menghambat parpol baru pada Pemilu 2014 sudah terasa di gedung DPRParpol di Senayan kini merancang UU agar parpol yang baru berdiri tidak boleh ikut Pemilu 2014
BACA JUGA: Silatnas PBR, Bahas Alternatif Penggabungan Parpol
Salah satu embrio parpol yang bakal terhadang adalah Nasional Demokrat (Nasdem), ormas yang kini dipimpin duet Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengku Buwono."Kalau Nasdem muncul sebagai parpol, tentu itu akan menambah pesaing bagi parpol-parpol lain," kata Wakil Ketua Fraksi PAN DPR Achmad Rubaie di Jakarta kemarin (13/5)
BACA JUGA: Sahabat Anas Surati SBY
Salah satunya, memperberat aturan main di dalam RUU Partai Politik.Rubaie menuturkan, Badan Legislasi (Baleg) DPR membahas draf RUU Partai Politik untuk dijadikan usul inisiatif DPR
BACA JUGA: Kongres Demokrat jadi Ujian Bagi SBY
Menurut dia, akan ada aturan yang lebih berat bagi parpol baru untuk mengikuti pemilu"Bisa membentuk parpolTapi, ikut pemilunya bukan 2014, tapi periode selanjutnya atau Pemilu 2019," ujar Rubaie yang juga anggota Baleg DPR itu memberi contohMenurut dia, keinginan tersebut telah menjadi mainstream atau arus besar yang berkembang di seluruh parpol dan fraksi di Senayan."Yang paling terusik mungkin Demokrat karena kesamaan warna dan tentu saja Golkar," ujarnya setengah bercandaSejak deklarasi, Nasdem memang mengidentikkan dirinya dengan warna biru yang selama ini identik dengan Demokrat.Rubaie mengakui, Nasdem memiliki banyak keunggulanSurya Paloh sebagai tokoh sentralnya, kata Rubaie, adalah figur yang memiliki kemampuan untuk membangun eskalasi politik, memobilisasi, dan mengembangkan jaringan organisasi yang luar biasa.
Dari aspek logistik, Nasdem diyakini memiliki sumber daya yang cukup memadai untuk bertarung pada 2014, mulai pemilu sampai pilpresSelain itu, Nasdem mampu menghimpun SDM dari sejumlah parpol"Di Nasdem, ada fighting spirit yang menjadi bahan bakar, yakni kekalahan tipis waktu Munas Golkar," ungkap Wasekjen DPP PAN itu.
Meski tidak disebut Rubaie, jelas sekali dia merujuk pada fakta kalahnya Surya Paloh oleh Aburizal Bakrie dalam perebutan kursi ketua umum DPP Partai Golkar"Kalau berubah menjadi parpol, Nasdem diprediksi akan mengubah konstalasi dan format politik ke depan," katanya.
Meski begitu, Rubaie menyampaikan aturan bahwa parpol yang baru dibentuk harus bersabar sampai 2019 tidak semata-mata bersifat politisMenurut dia, selama ini parpol selalu dikritik gagal melahirkan pemimpin dan melakukan pendidikan politikKarena itu, RUU Parpol harus mampu mendorong peningkatan kualitas partai politik.
Adanya ketentuan tidak boleh langsung mengikuti pemilu, lanjut Rubaie, adalah bagian dari upaya agar parpol menunjukkan dulu fungsinya dalam pendidikan politik"Mengabdi duluBukan seperti sekarang, asal ada kantor dan pengurus, langsung ikut pemilu," jelas Rubaie.
Ketika dikonfirmasi, Wakil Sekjen Nasdem Bidang Pertanian, Kehutanan, dan Kelautan, MIchsan Loulembah mengatakan, belum ada wacana di internal Nasdem untuk bertransformasi menjadi parpolMaka, lanjut dia, di Nasdem banyak politikus yang bergabung, mulai Golkar, PDIP, PAN, PKB, Gerindra, Hanura, hingga PPP"Siapa yang bilang Nasdem mau jadi parpolKami belum tahu, belum ada yang bisa dipastikanKalau jadi parpol, parpol apa," ujar Ichsan.
Meski begitu, dia tetap menyoroti wacana bahwa parpol yang dibentuk dalam rentang waktu sampai 2014 baru boleh mengikuti Pemilu 2019"Ini dagelanYang namanya demokrasi itu kompetisi," katanyaMenurut dia, bila benar-benar diterapkan, aturan itu justru akan menjegal dan membunuh demokrasi.
"Yang menentukan boleh tidaknya parpol ikut pemilu itu ya calon pemilihMisalnya, punya satu juta kartu anggota atau punya minimal berapa cabang dan ranting," kata IchsanDia balik menyindir logika bahwa parpol baru harus menunjukkan kinerja terlebih dahulu dalam pendidikan politik"Parpol yang sekarang ada ini memangnya sudah melakukan pendidikan politik?" gugatnya(pri/c7/tof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Incumbent dan Jago PDIP Teratas
Redaktur : Tim Redaksi