Nasib Bocah Bernama Salma Warga Surabaya Mirip Nenek Sumirah, Aduh

Senin, 30 Agustus 2021 – 07:28 WIB
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Cahyo Siswo Utomo menemui perempuan kelas 2 SD, Salma, di kawasan Dukuh Pakis, Kota Surabaya, Ahad (29/8/2021). Foto: ANTARA/HO-PKS Surabaya

jpnn.com, SURABAYA - Nasib bocah bernama Salma, mirip yang dialami Nenek Sumirah (89) yang mengaku selama 30 tahun tidak pernah mendapat bantuan dari Pemkot Surabaya, Jatim.

Nenek Sumirah yang tinggal di rumah kontrakan di Jalan Simojawar 1 No. 50 RT 01 RW 01, Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal Surabaya, tidak pernah merasakan bantuan dari pemerintah karena namanya tidak terdaftar di aplikasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

BACA JUGA: Terungkap Penyebab Nenek Sumirah Warga Surabaya Tak Pernah Mendapat Bansos

Hal yang mirip terjadi pada diri Salma, bocah perempuan kelas 2 SD yang kini tinggal bersama nenek dan tantenya di kawasan Dukuh Pakis, Kota Surabaya.

Dia diduga ditelantarkan kedua orang tuanya dan butuh perhatian pemerintah kota setempat.

BACA JUGA: Heboh Nenek Sumirah, Wali Kota Surabaya Marah dan Mengaku Salah

"Salma sudah lama ditinggal oleh orang tuanya. Saat ini Salma tinggal bersama saya," kata tante Salma, Puji Astuti kepada anggota Komisi D DPRD Surabaya Cahyo Siswo Utomo saat mengunjungi kediaman Salma, Minggu (29/8)

Salma hidup bersama nenek dan tantenya di rumah yang sederhana di kawasan Dukuh Pakis Surabaya. Sementara penghasilan dari keluarga tersebut juga pas-pasan.

BACA JUGA: Khawatir IKN Terbengkalai, Ahmad Basarah Ungkit Pembatalan Proyek SBY oleh Jokowi

Di tengah kondisi perekonomian nenek dan tantenya yang memprihatinkan, Salma tetap terus ingin bersekolah untuk menggapai cita-citanya.

Hanya saja, bantuan dari Pemkot Surabaya belum pernah ia terima karena Keluarga Salma statusnya belum Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Legislator dari Fraksi PKS Cahyo Siswo Utomo mengaku cukup prihatin karena ternyata masih banyak warga Surabaya belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah.

Melakukan aksi nyata, Cahyo menemui Salma serta memberikan bantuan berupa peralatan sekolah dan juga sembako.

Cahyo menyampaikan bahwa keluarga Salma seharusnya masuk ke dalam MBR, agar Salma bisa mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya baik melalui Dinas Sosial maupun Dinas Pendidikan.

"Namun, situasi yang terjadi justru sebaliknya, Salma belum mendapat bantuan apa pun dari Pemkot, karena status keluarganya belum MBR. Hal ini dikarenakan Salma masih masuk ke dalam KK (Kartu keluarga) kedua orang tuanya sehingga sulit untuk masuk ke dalam MBR," ujarnya.

Untuk itu, Cahyo meminta kepada pengurus RT/RW setempat untuk membantu proses pindah KK Salma, dari KK kedua orang tuanya ke KK tantenya, sehingga bisa diubah statusnya ke MBR.

"Peran RT/RW setempat bisa menjadi solusi bagi Salma untuk membantu proses pindah KK Salma, dari KK orang tuanya ke KK tantenya. Sehingga bisa diubah statusnya ke MBR," katanya.

Cahyo berharap penyelesaian berkala dan intensif perlu dilakukan oleh Pemkot Surabaya, perlu atensi yang lebih dari Pemkot Surabaya sehingga kasus serupa tidak menimpa anak-anak Surabaya lainnya.

"Saya berharap jajaran Pemkot Surabaya bisa memperhatikan hal ini, mulai dari tingkat RT/RW kemudian Kelurahan dan juga Kecamatan. Sebagai bagian tanggung jawab dan wujud kehadiran Pemkot bagi warga Surabaya, khususnya fakir miskin dan anak-anak terlantar, sebagaimana amanat dalam UUD RI tahun 1945 pasal 34," katanya.

Dia juga menekankan mengenai pentingnya pembaharuan data MBR mulai dari tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan hingga Kota agar kasus serupa tidak menimpa anak-anak Surabaya lainnya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler