Nasib Tragis Perempuan Haiti yang Diperkosa Pasukan Perdamaian PBB

Jumat, 02 Juni 2017 – 05:46 WIB
Seorang perempuan Haiti, Myrlande Nazaire, mengaku salah satu anaknya mempunyai ayah seorang prajurit perdamaian PBB. Foto: Andres Martinez Casares/Reuters

jpnn.com, PORT SALUT - Sasha Francesca (8) tidak pernah tahu sosok ayahnya. Ibunya, Roseleine Duperval, mengklaim bahwa ayahnya adalah prajurit penjaga perdamaian PBB yang berasal dari Uruguay. Awalnya hubungan mereka baik-baik saja. Namun, semua berubah saat si prajurit tahu bahwa Duperval hamil.

"Sejak saya mengandung, dia tidak pernah mengirimkan uang,’’ terangnya. Sebagai orang tua tunggal, dia kerap kekurangan dan harus meminta bantuan sahabat-sahabatnya.

BACA JUGA: Para Pakar HAM PBB Minta Indonesia Bebaskan Ahok Secepatnya

Duperval tidak sendirian. Masih ada puluhan perempuan Haiti yang bernasib sama dengannya. Dia lebih beruntung karena masih mengantongi identitas ayah Francesca. Dengan berbekal identitas pun, dia masih kesulitan melacak pria yang pernah menidurinya tersebut.

Sebagian besar perempuan yang lain malah tidak memiliki bukti apa pun untuk menunjukkan anak yang mereka lahirkan adalah hasil hubungan dengan prajurit penjaga perdamaian PBB. Satu-satunya bukti adalah si anak itu sendiri. Mereka harus melakukan tes DNA untuk mendukung klaimnya.

BACA JUGA: Pajak BPHTB dan PBB tak Capai Target, BP Diminta Bertanggungjawab

Pasukan perdamaian PBB sudah 13 tahun berada di Haiti dengan misi yang diberi nama Minustah (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haïti). Karena itulah, para bayi yang dilahirkan dari ayah penjaga perdamaian dinamakan bayi Minustah. Selama 13 tahun itu ada sekitar dua ribu kasus pelecehan seksual terhadap perempuan yang dilakukan prajurit yang seharusnya menjaga mereka dari konflik tersebut.

Tentu saja itu hanya kasus yang berhasil didata. Jumlah di lapangan bisa jauh lebih besar. Hampir separonya melibatkan anak-anak perempuan yang belum beranjak remaja. Pada 13 April lalu, Dewan Keamanan (DK) PBB menyatakan bahwa misi di Haiti usai pada Oktober nanti. Namun, masalah yang melibatkan para prajurit yang ditugaskan di negara itu belum tuntas.

BACA JUGA: Kaban Ajak Warga DKI Pilih Sosok Cagub Menenteramkan

Para perempuan yang telanjur hamil itu tidak hanya mencari bantuan finansial untuk menyokong anaknya. Tetapi, mereka juga mencari legalitas agar anaknya diakui. Beberapa tahun belakangan ini baru tujuh anak yang dipastikan merupakan darah daging salah seorang prajurit penjaga perdamaian PBB. Masih ada lebih dari 20 yang mengajukan klaim serupa, tetapi belum terproses.

Juru Bicara Penjaga Perdamaian PBB Ismini Palla mengungkapkan, pihaknya memfasilitasi tes DNA untuk para bayi Minustah. Mereka bisa melakukan tes di Port-au-Prince, Haiti. Bulan ini ada empat sampel DNA yang dikirim ke Uruguay. Pemerintah Uruguay melacak DNA prajurit yang ditengarai menjadi ayahnya. Dari empat tes itu, hanya dua yang terbukti benar ayahnya adalah prajurit penjaga perdamaian asal Uruguay.

Ketika sudah ada bukti, tidak berarti lantas ada bantuan mengucur. Sebab, PBB tidak memberikan bantuan apa pun selain memfasilitasi pelacakan. Itu pun mereka tidak membayar proses tes DNA-nya. Tidak diketahui siapa yang membiayai. PBB menyerahkan semuanya kepada ayah si bayi atau negara asal prajurit tersebut untuk membiayai anaknya. Pada akhirnya, banyak di antara mereka yang tetap tidak mendapat pembiayaan.

Pengacara Haiti Mario Joseph yang mewakili sepuluh perempuan yang melahirkan anak para penjaga perdamaian menyatakan, dirinya akan menggugat PBB untuk memberikan biaya bagi anak-anak tersebut. ’’PBB yang menyuarakan HAM tidak menghargai hak warga Haiti,’’ tegasnya. (reuters/sha/c4/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fahri Hamzah Minta Pemerintah Lebih Aktif soal Suriah


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler