jpnn.com, SIDOARJO - Massa akar rumput Nahdatul Ulama (NU) di Jawa Timur makin bersemangat untuk mengusung Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) A Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden pada Pemilu 2019. Untuk itu, puluhan kiai muda dan aktivis NU menggelar Deklarasi dan Kebulatan Tekad Muhaimin Iskandar Calon Wakil Presiden 2019 di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jatim, Sabtu (10/02).
Koordinator Forum Nahdiyin Bersatu (FNB) wilayah Jatim KH Abdus Salam Sokhib dalam deklarasi itu mengatakan, hingga saat ini kesejahteraan warga NU masih belum meningkat. “Yang paling menderita saat ini ya orang NU,” katanya di hadapan massa nahdiyin.
BACA JUGA: Prabowo Tak Kuasa Menolak Jika Diminta Rakyat jadi Presiden
Kiai muda yang akrab disapa dengan panggilan Gus Salam itu menambahkan, kondisi warga NU saat ini masih memprihatinkan karena banyak yang berada di bawah garis kemiskinan. Padahal, jumlah nahdiyin sekitar 49 persen atau setengah dari populasi Indonesia.
"Artinya, separuh dari penduduk Indonesia masih berada di bawah kemiskinan," sebutnya.
BACA JUGA: AHY Pemimpin Zaman Now? Bang Ruhut: Mimpi Kali Yee...
Menurut Gus Salam, ada beberapa faktor yang menyebabkan tingkat kesejahteraan warga NU masih sangat rendah. Salah satunya kebijakan pemerintah yang tak berpihak pada rakyat kecil.
BACA JUGA: Pak Jokowi Tentu Tak Mau Kalah Lagi di Sumbar
Koordinator Forum Nahdiyin Bersatu (FNB) wilayah Jatim KH Abdus Salam Sokhib. Foto: FNB for JPNN.Com
Gus Salam lantas mencontohkan kebijakan impor beras. Dia menyebut kebijakan itu sangat berimbas ke nahdiyin.
"Dengan kebijakan pemerintah mengimpor beras, jelas mengancam keberadaan beras lokal di pasar. Padahal, banyak warga NU yang berprofesi petani untuk menyambung hidup di negeri ini," katanya.
Di sisi lain, katanya, harga kebutuhan yang melonjak membuat warga NU makin kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Mayoritas nahdiyin adalah buruh.
“Dalam situasi hampir semua kebutuhan pokok baik sementara gaji buruh ditekan sedemikian rupa jelas membuat warga NU berada dalam situasi sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tukas Salam.
Belum lagi, masih kata Gus Salam, nahdiyin harus menghadapi kenyataan pahit ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan cantrang tanpa ada solusi untuk mengganti alat penangkap ikan. “Banyak warga NU yang profesinya juga sebagai nelayan selama bertahun-tahun," lanjutnya.
Hal lain yang juga menjadi sorotan Gus Salam adalah persoalan pesantren. Dia menilai pemerintah hingga saat ini belum menunjukan keseriusannya terhadap pendidikan pesantren.
“Sampai saat ini para guru atau ustaz di pesantren tidak mendapatkan perhatian memadai dari pemerintah, terutama peningkatan SDM (sumber daya manusia, red) maupun fasilitas," urainya.
Gus Salam menegaskan, harus ada unsur nahdiyin yang menjadi pimpinan nasional. Menurutnya, Cak Imin -panggilan Muhaimin- merupakan figur nahdiyin yang tepat untuk menjadi pemimpin nasional.
Karena itu Gus Salam mengharapkan Cak Imin tak ragu-ragu lagi untuk maju pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Sebab, aspirasi dari kalangan nahdiyin yang menginginkan Cak Imin menjadi wakil presiden terus menggelinding.
“Melalui forum ini, kami dari keluarga pesantren dan aktivis muda NU se-Jatim meminta kesediaan Cak Imin untuk tidak lagi ragu, malu dan setengah hati dalam menerima dukungan warga NU di seluruh Indonesia yang menginginkannya maju dalam pilpres mendatang baik sebagai calon wakil presiden,” tegasnya.
Gus Salam pun meminta kesediaan Cak Imin sebagai tokoh NU yang mendapatkan mandat dan dukungan dari para masyayikh dan ulama khos untuk maju sebagai cawapres pada pilpres yang akan datang.
"Kami ingin memastikan kesediaan Cak Imin untuk menerima mandat dukungan yang isinya adalah memperjuangkan dan menjamin agar warga NU bisa bangkit secara ekonomi sehingga bisa lebih sejahtera dan lebih tinggi lagi martabatnya, dan secara umum bisa juga membangkitkan ekonomi umat," pungkasnya.(jpg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Solusi PKB soal Polemik Pemotongan Gaji PNS untuk Zakat
Redaktur & Reporter : Antoni