Nego Bangkrut

Oleh: Dahlan Iskan

Kamis, 07 Juli 2022 – 07:08 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - "Kita bangkrut".

Dua kata bernada menyerah itu diucapkan secara resmi kemarin. Yakni di depan sidang pleno DPR Sri Lanka.

BACA JUGA: Musim Panas

Yang mengucapkan adalah perdana menteri yang nama belakangnya sulit diucapkan itu: Ranil Wickremesinghe.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa hadir. Ketika Gota masuk ke gedung parlemen, teriakan keras terdengar dari kursi oposisi: pulang! Pulang! Pulang!

BACA JUGA: Siaran Omni

Yang diteriaki tetap melangkah ke kursi terhormatnya.

Sang presiden mendengarkan apa saja yang diucapkan Ranil –yang juga merangkap jabatan menteri keuangan itu.

BACA JUGA: Ritme Putin

"Pembicaraan kita dengan IMF gagal. Sudah buntu," ujar Ranil. "Kita dalam status bangkrut," tambahnya.

Ranil belum lama diangkat jadi perdana menteri. Misi utamanya menyelamatkan ekonomi Sri Lanka. Ini kali kelima ia jadi perdana menteri.

Gagal.

Lantas?

"Kita akan bertemu IMF lagi bulan depan sebagai negara bangkrut," ujar Ranil. "Bukan lagi sebagai negara miskin atau negara berkembang," lanjutnya.

Tentu sebuah negara tidak sama dengan satu perusahaan. Negara tidak bisa benar-benar bangkrut, tetapi prinsipnya 11-12 saja.

Garuda Indonesia, setelah dinyatakan bangkrut malah dapat jalan keluar –sampai jalan itu tidak buntu lagi.

Anda masih ingat: setelah dinyatakan bangkrut, Garuda diminta bikin usulan. Yang minta pengadilan.

Dalam usulan itu Garuda minta potongan utang, potongan bunga, potongan cicilan, minta jangka waktu pembayaran yang panjang, dan banyak lagi.

Garuda juga mengajukan program kerja: apa yang dilakukan agar bisa berlaba. Lalu pelan-pelan membayar utang yang sudah ringan itu.

Usulan Garuda itu diajukan ke para penagih. Dilakukan voting. Mereka ternyata menyetujui permintaan Garuda itu. Garuda menang. Ia bangkrut tapi menang.

Sri Lanka pun akan mengajukan usulan ke IMF. Sama. Akan minta potongan utang dan cicilan. Minta perpanjangan waktu pembayaran, bahkan minta utangan baru.

Usulan itulah yang akan dibawa Ranil ke Washington DC, markas besar IMF, bulan depan.

Tergantung IMF. Usulan itu akan dikaji di sana. Lalu didiskusikan.

IMF tentu juga punya keinginan. Yang harus ditampung di proposal itu.

IMF tidak mau bantuannya tidak menyelesaikan masalah, apalagi ini bukan baru sekali. Sri Lanka sudah 16 kali menyerah kepada IMF –kali yang ke-17 ini sebagai negara bangkrut.

Permintaan IMF Anda sudah hafal. Bahkan hafal urutannya. Kurangi belanja negara. Kurangi subsidi. Devaluasi. Liberalisasi. Jual aset negara. Naikkan pajak.

Maka negosiasi akan berjalan amat alot. Panjang, apalagi kalau parlemennya juga kuat. Ikut campur.

Akan tetapi Gota adalah presiden yang kuat. Diguncang kebangkrutan seperti ini pun ia tidak jatuh.

Ia lebih kuat dari Presiden Soeharto di krisis 1998 –mungkin karena tidak ada Harmoko di sana.

Sambil menunggu usulan pemerintah Sri Lanka disusun, rakyat harus sabar. Ketika menunggu jalannya negosiasi rakyat harus lebih sabar lagi.

Sulit.

Bahan bakar yang sudah dibatasi itu tinggal cukup untuk satu hari besok. Pernah ada sedikit angin surga. Pekan lalu.

Sebuah perusahaan swasta dikabarkan berhasil akan impor BBM. Sebanyak 3.700 ton. Tidak seberapa. Namun tetap surga. Itu akan tiba tanggal 8 besok.

Ternyata berita itu diralat kemarin. Kedatangannya belum bisa ditentukan. Mungkin lebih baik tidak datang daripada jadi rebutan.

Namun, dokter perlu pergi ke rumah sakit. Tidak mungkin jalan kaki. Polisi juga perlu menjaga ketertiban. Semuanya perlu bensin. Dokter pun ikut demo dua hari lalu: minta jatah khusus bensin.

Sebenarnya nilai bailout Sri Lanka tidak besar, apalagi bagi Tiongkok. Utang USD 35 miliar tidak ada artinya.

Akan tetapi Tiongkok pilih jaga nama. Niatnya membantu belum tentu menghasilkan ucapan terima kasih.

Selama ini Tiongkok babak belur di dunia. Dituduh sebagai penyebab utama kebangkrutan Sri Lanka. Padahal pinjaman Sri Lanka ke Tiongkok hanya 10 persen dari seluruh pinjaman luar negerinya. Toh Tiongkok masih bisa membantu lewat IMF.

Kebangkrutan Argentina dulu –tahun 2011– lebih mengerikan. Besarnya USD 81 miliar.

Jumlah pinjamannya itu ditukar dengan performing security. Mirip performance bond. Sampai hari ini baru 25 persen pinjaman yang sudah dipotong itu bisa diselesaikan. Yang 75 persen lagi masih akan lama.

Bahkan, kebangkrutan Jamaica di tahun 2010 masih lebih berat dari  Sri Lanka. Yang terbaru adalah kebangkrutan Yunani di tahun 2015.

Namun, Yunani beruntung. Ia sudah tergabung dalam masyarakat ekonomi Eropa. EU pun menyelamatkannya. Sebagian asetnya dijual ke Tiongkok: pelabuhan besarnya itu.

Sri Lanka bukan Yunani. Yang sudah pasti tingkat kemiskinan di Sri Lanka akan meroket.

Tahun ini saja, menurut statistik di sana, kemiskinan akan bertambah paling tidak 500.000 jiwa –dari 25 juta penduduknya.

Begitu sulit usaha mengentas kemiskinan. Selama lima tahun terakhir kemiskinan hanya berkurang 500.000.

Kini, dalam sekejap, angka 500.000 itu kembali miskin. Begitu mudah membuat mereka miskin, apalagi bulan-bulan ke depan ini inflasi akan mencapai 60 persen.

Begitulah perhitungan para ahli ekonomi di IMF. Harga-harga akan melonjak. Angka 500.000 itu akan bertambah nolnya.

Bank di Sri Lanka sudah tutup. Secara resmi. Belum tahu sampai kapan.

Di Yunani dahulu bank tutup sampai 20 hari. Agar tidak terjadi rush.

Setelah itu bank dibuka lagi dengan batasan: nasabah hanya boleh ambil uang EUR 50 sehari. Hanya cukup untuk makan.

Bangkrutnya Yunani dan Argentina tidak akan sama dengan Sri Lanka. Mereka bangkrut dari posisi kelas menengah.

Sri Lanka bangkrut dari posisi miskin. Maka lembaga-lembaga keagamaan internasional menjadi lebih penting di Sri Lanka, terutama dalam menyalurkan bantuan darurat pangan dan kesehatan.

Memang ada kesulitan besar di sana. Kardinal Sri Lanka, Malcolm Ranjith, bisa menggambarkannya dengan sangat tepat.

"Kesulitan terbesar di sini adalah keluarga Gotabaya Rajapaksa". (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anna Colin


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler