jpnn.com - JAKARTA – Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (WAMTI) tak keberatan kawasan Teluk Jakarta dikembangkan melalui reklamasi. Dengan catatan, mega proyek tersebut tak menggangu kehidupan sosial ekonomi yang sudah ada.
Ketua Umum WAMTI Agusdin Pulungan mengatakan, selama ini sudah terdapat pranata sosial dan ekonomi masyarakat nelayan di wilayah Teluk Jakarta. Karena itu, pemerintah harus membarengi proyek reklamasi dengan program pemberdayaan masyarakat nelayan yang terkena dampak.
BACA JUGA: Sstt..Warga Tahu Gak Ada Live Show Bercinta Pasangan Hot Ini?
“Aktivitas ini harus tetap dijaga jika reklamasi dilanjutkan,” kata Agusdin dalam keterangannya, Rabu (12/10).
Ia memaklumi selama ini berbagai kalangan khawatir terhadap berbagai dampak negatif yang muncul dari proyek reklamasi. Tapi, ia juga tak menampik bahwa pembangunan yang sudah berlangsung tak bisa diabaikan begitu saja.
BACA JUGA: Beginilah Kondisi Apartemen Tempat Live Sex Show Digerebek
Direktur Eksekutif National Center for Sustainability Reporting Ali Darwin menambahkan, keterlibatan masyarakat nelayan sangat penting dalam mengukur keberhasilan proyek reklamasi. Untuk itulah, pemerintah dan pengembang harus menyiapkan berbagai program pemberdayaan yang tepat untuk mendukung kehidupan nelayan.
"Dalam sejumlah kesempatan, pemerintah pusat maupun provinsi berjanji bakal menyiapkan berbagai program untuk masyarakat nelayan di Jakarta. Salah satunya adalah bantuan kapal dan penyiapan rumah susun yang layak untuk tempat tinggal nelayan," ujar dia.
BACA JUGA: Halo Pak Ahok, Ada Peringatan Serius dari KPK Nih
Lebih lanjut Ali mengatakan, hingga kini belum ada terbaru mengenai jumlah nelayan di Jakarta Utara. Data terakhir yang dipublikasikan pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam laman www.data.jakarta.go.id adalah jumlah total nelayan di ibu kota yang mencapai 27.753. Itupun merupakan data tahun 2013 yang diperbaharui September tahun lalu.
Berdasarkan data tersebut, sebanyak 17.745 atau 63,9% merupakan nelayan pendatang. Adapun nelayan penetap pemilik dan penetap pekerja masing-masing 3.071 jiwa (11,1%) dan 6.937 jiwa (25%).
"Yang lebih menarik, data Jakarta Dalam Angka yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik 2016 menunjukkan jumlah produksi perikanan tangkap di Jakarta pada 2014 ternyata naik 7,4% menjadi 225.355 ton dari 209.743 ton di 2013. Produksi ikan tangkap 2014 tersebut dipasok oleh nelayan di Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu masing-masing 223.935 ton dan 1.419 ton," beber dia.
Jumlah produksi ikan tangkap ini, lanjutnya, bahkan cenderung naik dibandingkan periode 2010-2013 yang berada di kisaran 172.421 ton hingga 209.743 ton. Di saat yang sama, jumlah perikanan budidaya di laut dan air tawar juga mengalami lonjakan signifikan.
Jumlah ikan yang dilelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke pada 2014 mencapai 11.523 ton, naik dibandingkan periode 2010 hingga 2013 yang berkisar 7.850-10.643 ton. Jumlah ini di luar ikan yang di jual langsung kepada konsumen sebanyak 5.498 ton. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Blusukan, Istri Wagub Djarot Dengarkan Keluhan Warga
Redaktur : Tim Redaksi