JAKARTA - Memasuki triwulan ketiga, neraca pembayaran Indonesia (NPI) bergerak positif dan diproyeksi tetap kuat sampai akhir tahun. Perdagangan nonminyak dan gas (migas), terutama dari sektor manufaktur, menjadi penopang utama dengan didukung aliran investasi asing.
Secara terperinci, Bank Indonesia (BI) menyatakan NPI pada triwulan ketiga tahun ini surplus USD 6,475 miliar atau meningkat bila dibandingkan dengan triwulan kedua tahun ini yang masih USD 4,297 miliar. Sejalan dengan itu, cadangan devisa naik menjadi USD 111,164 miliar atau setara 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah jika dibandingkan dengan USD 107,678 miliar pada triwulan kedua.
Kepala Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Hendi Sulistiyowati menuturkan, perbaikan NPI ditopang menyempitnya defisit transaksi berjalan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sehingga dapat dibiayai sepenuhnya oleh surplus transaksi modal dan finansial. Secara umum, total transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial Indonesia pada triwulan ketiga surplus USD 1,207 miliar atau menipis jika dibandingkan dengan USD 2,265 miliar pada triwulan kedua.
''Terjadi penurunan ketimbang triwulan kedua karena kita tahu pada triwulan ketiga ada Lebaran sehingga ekspor turun. Tapi, impornya juga turun lebih dalam,'' ujar Hendi di kantornya kemarin (14/11). Selain itu, ada dukungan dari aliran investasi asing (capital inflow) yang sangat baik. Investasi portofolio, terutama instrumen di pasar modal, mencapai USD 5,429 miliar atau naik dari USD 3,695 miliar pada triwulan kedua.
Begitu pula investasi langsung yang tercatat USD 17,136 miliar pada triwulan ketiga atau naik ketimbang USD 17,004 miliar pada triwulan dua. ''Aliran modal lebih stabil. Total transaksi finansial sampai kuartal ketiga tahun ini sudah lebih baik kalau dibandingkan dengan total sepanjang 2013 (USD 21,965 miliar). Cadangan devisa juga lebih baik. Mungkin triwulan keempat akan melambat, tapi kita harapkan FDI (foreign direct investment) naik. Jadi tetap positif,'' paparnya.
Neraca perdagangan migas tetap menjadi pemberat lantaran pada triwulan ketiga tercatat defisit USD 3,1 miliar. Defisit pada triwulan dua mencapai USD 3,2 miliar. Angka itu turun tipis karena pengaruh penurunan harga minyak. ''Penyebab lainnya, ada kenaikan lifting minyak dalam negeri pada triwulan ketiga,'' ungkap Hendi.
Untungnya, neraca perdagangan nonmigas surplus USD 4,7 miliar. Positifnya, pos itu didorong perbaikan ekspor produk manufaktur yang volume maupun harganya meningkat. ''Ada 10 komoditas utama ekspor nonmigas seperti minyak nabati, tekstil dan produk tekstil, barang dari logam tidak mulia, makanan olahan, kendaraan dan bagiannya, serta bahan kimia,'' terangnya.
Hendi menyatakan, masih defisitnya neraca perdagangan migas menjadi alasan mutlak harga BBM bersubsidi harus segera naik. ''Kalau harga BBM naik, konsumsi akan melambat, impornya juga melambat. Lalu, defisit berkurang dan neraca perdagangan positif. Memperbaiki sektor migas sangat penting,'' tegasnya. (gen/c14/oki)
BACA JUGA: Subsidi BBM Dicabut, SPBU Asing Tertawa
BACA ARTIKEL LAINNYA... PJB Tambah Daya Listrik 3.268 MW
Redaktur : Tim Redaksi