jpnn.com, JAKARTA - Ekspor Indonesia kembali mencatat kinerja positif pada September 2022 dengan nilai mencapai USD 24,80 miliar atau tumbuh 20,28 persen secara year on year (yoy).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan peningkatan kumulatif ekspor menunjukkan masih kuatnya permintaan global seiring dengan pengendalian pandemi yang semakin baik.
BACA JUGA: Alhamdulilah, Kurs Rupiah Hari Ini Mulai Bangkit, Neraca Perdagangan Surplus
"Penguatan permintaan ekspor terutama berasal dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti India, Jepang, dan Korea Selatan,” ujar Febrio, Selasa (18/10).
Menurut Febrio, impor Indonesia masih mencatatkan kinerja positif mencapai USD 19,81 miliar dengan pertumbuhan 22,01 persen (yoy) walaupun relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya.
BACA JUGA: BPS: Neraca Perdagangan Surplus USD 4,99 Miliar, 29 Bulan Berturut-turut
Meskipun demikian, Febrio tetap mewaspadai ancaman risiko global yang masih menghantui Indonesia di tahun depan.
Untuk itu, pemerintah bersama otoritas terkait akan mengantisipasi berbagai risiko global yang akan memengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian secara umum.
BACA JUGA: Neraca perdagangan RI Agustus 2022 Surplus, 28 Bulan Beruntun
"Risiko melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju yang memengaruhi inflasi sebagaimana tercermin dalam WEO Oktober 2022, serta mitra dagang utama seperti Tiongkok," katanya.
Selain itu, Indonesia akan terus melakukan diversifikasi produk dan negara mitra dagang yang sekarang sudah mulai memperlihatkan hasil.
Lebih lanjut, pertumbuhan impor masih didorong oleh kinerja sektor manufaktur yang terus melanjutkan ekspansi.
Peningkatan impor didorong oleh impor migas yang naik sebesar 83,53 persen (yoy) dan impor nonmigas yang tumbuh 14,02 persen (yoy).
Sejak Januari hingga September 2022, total impor Indonesia mencapai USD 179,49 miliar. Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 23,21 persen (yoy) dan 41,13 persen (yoy).
"Pertumbuhan kedua barang tersebut mencerminkan aktivitas ekonomi dari sisi produksi masih berjalan dengan baik,“ kata Febrio.
Febrio mengatakan impor barang konsumsi menurun secara tahunan sebesar 11,17 persen karena kenaikan harga.
"Secara kumulatif dari Januari hingga September, impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,52 persen," ungkapnya.
Ke depan pemerintah berupaya menjaga penguatan aktivitas konsumsi masyarakat melalui instrumen APBN melalui kebijakan stabilisasi harga, perlindungan sosial, dan lainnya.(mcr28/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Wenti Ayu Apsari