New Normal: Bursah Zarnubi Minta Pemerintah Belajar dari Kegagalan Korsel

Sabtu, 30 Mei 2020 – 23:55 WIB
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (DPP PGK) Bursah Zarnubi. Foto: Dok Pri

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (DPP PGK) Bursah Zarnubi meminta pemerintah dan masyarakat belajar dari kegagalan Korea Selatan menerapkan new normal.

"Kita harus memetik pelajaran dari Korsel. Tentu kita mesti hati-hati karena covid-19 belum berhenti betul. Itu artinya covid-19 kemungkinan akan muncul kembali," ujar Bursah saat memberikan pengantar dalam webinar halalbihalal Millenials Talk bertajuk Catatan Kaum Muda untuk New Normal, Sabtu (30/5).

BACA JUGA: Bursah Zarnubi: Pemerintah Harus Memaksimalkan Bonus Demografi

Menurut Bursah, penerapan new normal memang harus dilaksanakan, meskipun menuai pro dan kontra di tengah masyarakat.

Bursah menambahkan, new normal merupakan paradigma baru tentang bagaimana masyarakat belajar hidup nyaman dalam suatu sistem sosial masyarakat selama pandemi covid-19 tidak sirna di Indonesia.

BACA JUGA: Bursah Zarnubi: Pak Tito Terganggu Disebut Jadi Capres 2024

"Karena itu, kehidupan juga tidak boleh berhenti. Semua aktivitas ekonomi, bernegara, dan lain-lain  harus berjalan dan kita harus selamat dari ancaman covid ini. Artinya perlu ada pengendalian, perlu ada protokol-protokol kesehatan dan lainnya yang bisa mengurangi serbuan covid-19 ini," kata Bursah.

Bursah berharap penerapan new normal tidak menimbulkan gejolak. Oleh karena itu, Bursah meminta protokol kesehatan dan fasilitas rumah sakit di seluruh Indonesia, terutama di daerah yang menjadi sentrum perkembangan penyebaran covid-19, harus dipersiapkan. 

“Kalau tidak, kita akan menghadapi bencana yang bisa lebih besar kalau kita tidak siap," papar Bursah.

Selain itu, Bursah juga meminta masyarakat mematuhui protokol kesehatan.

Misalnya, katanya, dengan penerapan tatanan kenormalan baru nanti masyarakat harus terus membudayakan pola hidup yang sehat, yang sebelumnya tidak pernah diterapkan.

"Kita mulai akrab dengan hand sanitizer, menggunakan masker, cuci tangan, dan jaga jarak, minum vitamin C, E dan D, karena itu akan menjadi budaya panjang,” sambung Bursah.

Bursah juga meminta kaum milenial membangun rasa optimisme dalam penerapan tatanan new normal.

Menurut Bursah, jumlah kaum milenial saat ini mencapai 92 juta. Mereka harus menjadi teladan dan mengedukasi masyarakat luas dengan cara mengikuti protokol kesehatan itu sendiri.

"Apalagi kita akan mengadakan Pilkada Serentak 9 Desember di tengah pandemi covid-19 yang belum jelas kapan berhentinya," tambah Bursah.

Bursah mengatakan, protokol kesehatan dan keamanan harus diikuti karena pandemi covid-19 tak bisa dihindari dan pilkada serentak harus tetap dilaksanakan.

Generasi milenial, menurut Bursah, harus membangun optimisme dan meyakini bahwa mereka dituntut menghentikan laju covid-19 dan ikut menggerakan roda perekonomian. 

"Jadi pada new normal atau kenormalan baru ini kita harus kuat. Jangan lupa juga mengkritik pemerintah karena kritik ini penting untuk membuat kebijakan berkualitas,” tegas Bursah. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler