New Normal Momentum Bagi Dunia Konstruksi Menuju Era Society  5.0

Jumat, 05 Juni 2020 – 22:05 WIB
Ilustrasi New Normal. Foto ilustrasi: Ardisa Barack/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Komisaris Utama PT Hutama Karya Lukman Edy menilai kebijakan New Normal yang segera berjalan, menjadi angin segar bagi dunia konstruksi yang ikut babak belur akibat pandemi Covid-19. Sekaligus, menjadi momentum menuju gagasan besar era Society 5.0.

Lukman mengatakan bahwa infrastruktur masih menjadi prioritas pembangunan di pemerintahan Jokowi periode kedua, meskipun fokus utama visi pembangunannya telah beralih pada pengembangan sumber daya manusia SDM.

BACA JUGA: New Normal: Cabor Basket dan Sepak Bola Disarankan Jangan Latihan Seperti Biasa

Hal itu dapat dilihat dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), yang mayoritas masih diwarnai pembangunan infrastruktur.

Namun pandemi Covid-19 ikut berimbas pada sektor pembangunan, karena anggaran infrastruktur dipangkas secara drastis guna mendukung penanganan Corona.

BACA JUGA: Donald Trump Benar-Benar Dibuat Mati Kutu Oleh Twitter

Kementrian PUPR bahkan melansir angka refocussing untuk sektor ini, sekitar 40 persen.

"Kebijakan New Normal memberi angin segar bagi dunia konstruksi, namun demikian dalam pelaksanaannya tetap harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Konsekuensinya perlu reengineering terhadap skema-skema pembangunan infrastruktur yang lama, dan mencari terobosan baru," ucap pria yang beken disapa dengan panggilan LE ini, Jumat (5/6).

BACA JUGA: Begini Masukan KONI soal Protokol Latihan Atlet di Masa New Normal

Menurutnya, dunia konstruksi tak bisa dipisahkan dari teknologi. Oleh sebab itu, new normal ini bisa menjadi momentum bagi dunia konstruksi untuk berubah dan menemukan model-model baru yang lebih efektif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Apalagi pada awal Januari 2019 telah beredar gagasan baru yang muncul dari peradaban Jepang, yaitu society 5.0, yang disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam Forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos, Swiss.

Society 5.0 menawarkan masyarakat ekonomi yang berpusat pada manusia, yang membuat seimbang antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat menghubungkan antara dunia maya dan dunia nyata.

Nah, LE memandang bahwa new normal dapat dijadikan momentum pengejawantahan konsep society 5.0 tersebut, utamanya pada iklim infrastruktur di Indonesia.

"Mengapa? Karena infrastrukturlah yang paling memungkinkan untuk memadukan SDM dengan teknologi 4.0," ujar ketua Dewan Pakar Indonesia Maju Institut (IMI) ini.

Dia menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi informasi pada bidang infrastruktur di era new normal ini seharusnya tidak hanya dalam kegiatan internal perkantoran, tetapi juga dalam pengelolaan pekerjaan infrastruktur, seperti digitalisasi pengelolaan jalan tol guna meminimalisir pertemuan tatap muka.

Kemudian absensi secara online dengan menggunakan aplikasi, tanda tangan dokumen secara digital, menghentikan sementara sistem top-up tunai, hingga pengembangan layanan self-update check balance saldo uang elektronik di gerbang tol dan fasilitas layanan top-up mobile di seluruh cabang tol.
 
Lalu, proses lelang pengadaan barang dan jasa untuk proyek-proyek infrastruktur sudah seharusnya 100 persen melalui E-Procurement yang sebelumnya telah dicanangkan Presiden Jokowi.

“Dengan cara ini, diharapkan akan mempercepat proses pengadaan barang dan jasa, efektif dan efisien dalam mempercepat rencana kerja infrastruktur nasional," jelasnya.

Berikutnya administrasi secara paperless. Sejalan dengan berjalannya e-procurement 100 persen, maka untuk menopang efektifitas proses ini, administrasi proyek juga sudah mulai dilakukan secara online dan paperless.

Terobosan lainnya di dunia konstruksi adalah pelibatan tenaga kerja tidak langsung, melalui pengembangan precest yang diproduksi oleh UMKM binaan BUMN kekaryaan maupun kementrian PUPR.

Hal ini akan mendorong BUMN kekaryaan dan Kementrian PUPR mendesain produk-produk precest yang mampu diproduksi oleh UMKM seperti mur-baut, produk furnitur pendukung, pagar jalan tol, rambu-rambu, serta industri pendukung konstruksi lainnya.

Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ini menyebutkan, untuk pekerjaan konstruksi yang melibatkan banyak orang seperti padat karya, hendaknya dilakukan re-engineering dengan mempertimbangkan protokol kesehatan.

“Dengan dilakukan re-engineering dan re-design skema pelaksanaan proyek seperti ini, diharapkan pekerjaan akan lebih cepat selesai dan protokol kesehatan terjaga," tandas LE.

Secara umum, kata pria asal Riau ini, dunia konstruksi perlu melakukan re-engineering terhadap manajemen konstruksi seperti selama ini dan harus menyesuaikan diri dengan kondisi New Normal.

"Dukungan teknologi 4.0 mutlak diperlukan untuk misi penyelesaian pekerjaan secara efektif, effisien dan tepat waktu dan mencapai hasil yang maksimal. Dengan begitu, kita benar-benar akan masuk di era society 5.0 dengan memanfaatkan momentum new normal ini," tandasnya. (fat/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler