Newcastle United

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 09 Oktober 2021 – 18:37 WIB
Ilustrasi Newcastle United. Foto: nufccouk

jpnn.com - Klub sepak bola Inggris Newcastle United mendadak menjadi klub paling kaya sejagat, setelah Jumat (8/10) dibeli oleh Pangeran Muhammad bin Salman dari Arab Saudi,dengan harga 305 juta poundsterling atau sekitar Rp 6 triliun.

Newcastle United menjadi Klub Sultan yang sebenar-benarnya, karena dimiliki oleh sultan paling kaya di dunia.

BACA JUGA: Newcastle United Dibeli Pangeran Arab Saudi, Bakal Saingi Manchester City?

Mohammad bin Sultan, atau lebih dikenal dengan inisial MBS, adalah putra mahkota kerajaan Arab Saudi, anak Raja Salman yang sekarang berkuasa.

MBS mempunyai kekayaan total sebesar 320 miliar poundsterling atau sekitar Rp 6 ribu triliun, tiga kali lipat APBN Indonesia. Kekayaan MBS berarti 13 kali lipat lebih banyak dari total kekayaan Syeikh Mansur, pemilik Manchester City, yang berjumlah 23 miliar poundsterling atau sekitar Rp 470 triliun.

BACA JUGA: 3 Calon Pemain Baru Newcastle United Setelah Diakusisi Pangeran Arab Saudi

Dengan kekayaan sebesar itu, pembelian klub Newcastle terasa seperti membeli kacang goreng.

Dalam semalam, Newcastle menjelma menjadi klub paling kaya di dunia, menyalip klub-klub tajir milik crazy super rich Timur Tengah seperti Manchester City milik Syekh Mansur dan Paris Saint Germain milik Syekh Naser Alkhalifi dari Qatar.

BACA JUGA: Debut Ronaldo Begitu Luar Biasa, Pelatih Newcastle Sampai Terkesima

Klub Chelsea selama ini dikenal sebagi klub kaya raya karena pemiliknya, Roman Abramovich adalah salah satu raja minyak terkaya dari Rusia. Dengan kekayaan pribadinya Abramovich berhasil menyulap Chelsea menjadi salah satu kekuatan paling disegani di Eropa.

Newcastle United di bawah Muhammad bin Salman dipastikan akan mengikuti jejak Chelsea.

Saham utama akan dipegang oleh tiga perusahaan, dan semuanya adalah perusahaan superkaya yang dipimpin oleh para bos dengan ambisi besar. Sebanyak 80 persen saham dipegang oleh konsorsium milik MBS dan sisanya dipegang oleh pengusaha Inggris.

Fan The Magpies, julukan Newcastle United, menyambut kedatangan bos baru dengan euforia gegap gempita. Kemunculan penguasa Saudi ini mengakhiri kepemilikan Mike Ashley terhadap Newcastle yang sudah berlangsung selama 14 tahun.

Di bawah kepemilikan Ashley, perjalanan Newcastle terseok-seok dan bahkan sempat terdegradasi. Sekarang, penampilan Newcastle di bawah kepelatihan Steve Bruce juga tersendat di papan bawah.

Ratusan fan Newcastle berkerumun di depan Stadion St James Park, menyanyikan yel-yel kebanggaan klub. Ada yang mengenakan gamis, banyak yang memakai serban di kepala atau di pundak, dan ada juga yang membawa bendera Arab Saudi berwarna hijau, lengkap dengan kalimat syahadat dan lambang pedang di bawahnya.

Legenda Newcastle United Alan Shearer pun menyambut gembira kehadiran MBS. Shearer berharap klubnya akan bangkit kembali meraih kejayaan di Inggris dan Eropa. Shearer yang memegang rekor pencetak gol di Inggris dengan 148 gol, yakin dalam sepuluh tahun ke depan Newcastle akan merajai sepak bola Inggris dan Eropa.

Pembelian Newcastle oleh MBS sempat tertunda tahun lalu, karena FA (Football Association) otoritas sepak bola tertinggi Inggris, mendapat protes keras dari para aktivis demokrasi.

MBS disebut berada di balik pembunuhan wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi yang bekerja untuk harian terkemuka Amerika Serikat, The New York Times.

Khashoggi dikenal sebagai wartawan yang sangat kritis terhadap berbagai kebijakan Arab Saudi di bawah MBS. Ketika sedang mengurus administrasi untuk pernikahannya di Kedutaan Arab Saudi di Istambul, Turki pada 2018, Khashoggi dikabarkan menghilang dan kemudian dinyatakan meninggal.

Agen-agen rahasia Arab Saudi dicurigai telah menculik dan membunuh Khashoggi atas perintah MBS.

Protes internasional bermunculan sangat keras terhadap kejahatan ini. Bahkan, Presiden Amerika Serikat ketika itu, Donald Trump, marah dan mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Arab Saudi.

Posisi MBS benar-benar terpojok oleh kasus ini. Bahkan, posisi politiknya sebagai putra mahkota pun sempat terancam. Kasus pembunuhan ini yang menyebabkan para aktivis demokrasi di Inggris marah dan menolak rencana pembelian Newcastle United oleh MBS.

Reputasi MBS selama ini memang penuh kontroversi. Di usianya yang sekarang baru 36 tahun ia secara de facto sudah menjadi penguasa tunggal Saudi sejak 2015. Raja Salman, ayah MBS, sudah tua dan sakit-sakitan, dan praktis tidak pernah mengambil keputusan strategis.

Untuk memperkuat posisi politiknya MBS menggunakan cara-cara kekerasan dengan penangkapan dan penahanan. Beberapa pangeran yang berpengaruh seperti Mohammad bin Nayef, yang masih sepupu dengan MBS, ditangkap dan dipenjarakan.

Pengusaha terkemuka dan salah satu orang terkaya Arab Saudi, Waleed bin Talal, juga pernah disandera dan ditahan di hotel mewah Ritz Carlton atas tuduhan pengkhianatan dan penggelapan pajak. Setelah dipaksa menyerahkan sebagian kekayaannya, Waleed bin Talal akhirnya dibebaskan.

MBS melakukan banyak kebijakan yang liberal. Salah satu yang paling kontroversial adalah memberikan izin kepada wanita untuk menyetir mobil. Kebijakan ini membuat marah ulama-ulama konservatif Arab Saudi yang sangat berpengaruh.

MBS juga mengizinkan pergelaran musik grup Barat terkenal di beberapa kota Arab Saudi.

Perangai yang buruk dan rekam jejak yang gelap ini membuat citra MBS negatif di Inggris. Media Inggris mengkritik keras pembelian Newcastle United dan menyebut kehadiran MBS membawa kebengisan dan kejahatan ke liga sepak bola Inggris.

Klub-klub Premier League juga dikabarkan memprotes kehadiran MBS. Pemilik Tottenham Hotspur Daniel Levy melakukan kampanye dan melobi semua pemilik klub Premier League untuk menolak kehadiran MBS, dan mendesak pembelian Newcastle United dibatalkan.

Klub-klub Premier League pasti merasa terancam oleh kehadiran MBS. Klub-klub papan atas seperti Liverpool, Manchester United, Manchester City, dan Chelsea yang selama ini merasa mapan, harus bekerja lebih keras dan putar otak untuk menghadapi serbuan Newcastle United.

Cara agitatif yang dilakukan oleh Daniel Levy bisa dimaklumi. Sebagai klub papan tengah yang tidak stabil, Tottenham Hotspur sangat rentan tergusur oleh kehadiran MBS. Kampanye yang dilakukan Levy ini berbau politik, karena Tottenham Hotspur dikenal sebagai klub yang didukung oleh komunitas Yahudi di London Utara.

Levy sendiri adalah pengusaha berdarah Yahudi. Masuknya modal gelap dari mafia minyak Rusia ke liga Inggris tidak dipersoalkan secara terbuka. Kalau mau jujur, sumber kekayaan Roman Abramovich yang dipakai membeli dan membiayai Chelsea juga tidak bersih-bersih amat.

Publik tahu, Abramovich adalah bagian dari oligarki Rusia yang menjadi kaya raya karena berbagai konsesi yang didapat setelah jatuhnya Uni Soviet.

Kehadiran MBS pantas membuat ngeri para pesaingnya. Nasir Al-Rumayyan, orang kepercayaan MBS yang bakal menjadi bos Newcastle mengatakan klub akan memberi kewenangan kepada suporter untuk memberikan usulan kebijakan. Hal ini disambut dengan antusias, karena selama dikelola Mike Ashley hubungan klub dengan suporter selalu tegang.

Suporter sudah menyodorkan sejumlah nama pemain top dan pelatih papan atas. Nasib Steve Bruce sudah hampir dipastikan berakhir dalam beberapa hari ke depan. Beberapa nama pelatih terkemuka sudah masuk dalam daftar buruan. Ada Steven Gerrard, Frank Lampard, sampai Antonio Conte.

Nama terakhir ini menjadi favorit fan Newcastle. Nama-nama pemain mentereng juga sudah masuk dalam daftar beli yang disodorkan fans Newcastle. Ada Paul Pogba, Kylian Mbappe, dan Erling Haaland, masuk dalam daftar itu.

Dengan kekayaan supersultan yang dimiliki MBS, tidak ada yang sulit bagi Newcastle untuk mewujudkan ambisi menguasai jagat sepak bola Inggris dan Eropa. Ahlan! (*)


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler