jpnn.com, JAKARTA - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengingatkan, bahwa setidaknya ada 10 sektor yang rentan terhadap serangan siber. Pada awal tahun ini saja, BSSN sudah temukan serangan siber lebih dari 220 juta yang di dalamnya termasuk lembaga pemerintahan.
Sektor tersebut di antaranya hukum; energi dan sumber daya mineral (SDM); transportasi; keuangan dan perbankan; kesehatan; teknologi informasi serta komunikasi; pertanian; pertahanan dan industri strategis; layanan darurat; juga sumber daya air.
BACA JUGA: Tiga Jenis Serangan Siber Ini Diprediksi Marak Jelang Pemilu
BACA JUGA: Hacker Bobol Kartu Kredit WN Singapura Beli Mercy dan Harley
“Mengapa sektor ini rentan? Sebenarnya bukan rentan lagi, namun sudah masuk sangat krusial karena infrastruktur kritis suatu negara sudah sangat digitalisasi. Dan itu membuka lubang untuk membuka jaringan untuk dimasuki,” ungkap Plt Deputi Bidang Proteksi BSSN Agung Nugraha di Jakarta.
BACA JUGA: Badan Siber dan Sandi Negara Bakal Gelar Pertemuan Keamanan
Dengan demikian, BSSN berkomitmen untuk membantu membentengi kesepuluh sektor tersebut dari ancaman serangan siber.
Menurut Agung, Indonesia darurat membutuhkan keamanan siber tingkat tinggi. Pasalnya, negara kuat sekalipun bisa terkena serangan siber tak terkecuali seperti Singapura.
BACA JUGA: Australia Kecam Serangan Siber Dari China
“Melalui CIIP-ID ini kami mengajak bergerak, karena serangan siber akan mudah merajalela. Ini menyangkut keselamatan orang banyak. Untung saja belum ada yang bersifat masif dan melumpuhkan. Maka dari itu, butuh tanggung jawab yang menjaga itu semua secara kolaboratif dengan memanfaatkan sumber daya stakeholder kiranya,” tegas dia.
Infrastruktur kritis negara yang sudah terdigitalisasi, bersamaan membuka peluang kerentanan jaringan yang terkoneksi. "Misal bank yang terhubung dengan listrik dan telekomunikasi,” papar Agung. (mg8/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BSSN: Serangan Siber Bisa Picu Pergolakan di Dunia Nyata
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha