jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Asosiasi Ahli Hukum Pidana Abdul Chair Ramadhan menilai terjadi penggiringan opini mendiskreditkan Front Pembela Islam (FPI), menyusul ditangkapnya Munarman oleh Densus 88.
Menurut dia, FPI seperti diasosiasikan dengan terorisme. Organisasi yang sudah dilarang itu terus dikaitkan dengan ISIS.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Mata Munarman Ditutup, Tangan Diborgol, TNI-Polri Beraksi, Lima Orang Tewas
"Penggiringan opini dimaksud adalah mengaitkannya (FPI, red) dengan perbuatan terorisme dan menghubungkannya dengan ISIS," ujar Abdul Chair dalam pernyataan persnya, Rabu (28/4).
Menurut dia, penggiringan opini dilakukan secara masif demi kepentingan politik. Utamanya menyambut kontestasi Pilpres 2024.
BACA JUGA: Suka Tidak Suka, Pasti sudah Ada Bukti Dalam Kasus yang Menyeret Munarman
"Sistemik dengan maksud untuk menyingkirkan peranan Islam Politik pada Pilpres tahun 2024 yang akan datang," ujar dia.
Densus 88 Antiteror Mabes Polri sebelumnya menangkap Munarman di kediamannya, Perumahan Modern Hills, Cinangka, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (27/4) pukul 15.00 WIB.
BACA JUGA: Munarman Diduga Terlibat Pembaiatan Simpatisan ISIS di Makassar, Ini Pembelaan Aziz Yanuar
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan penangkapan Munarman terkait dengan aktivitas baiat. Salah satunya, kata dia, baiat di Markas FPI Makassar pada 2015.
Hal serupa juga disampaikan Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Kombes Ahmad Ramadhan.
Dia mengatakan bahwa Munarman terlibat tiga kegiatan baiat.
"Jadi, terkait dengan kasus baiat di UIN Jakarta, kemudian juga kasus baiat di Makassar dan ikuti baiat di Medan. Ada tiga hal tersebut lebih detailnya tanya kepada Kabid Humas Polda Metrro Jaya," kata Ramadhan. (ast/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan