Ngeri! Setiap 40 Detik Satu orang Meninggal Dunia Karena Bunuh Diri

Sabtu, 11 September 2021 – 21:12 WIB
Ilustrasi - Hendak bunuh diri. Diperankan oleh model. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Data WHO menunjukkan setiap 40 detik terdapat satu orang yang meninggal dunia karena bunuh diri atau setara dengan 800 ribu orang setiap tahun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 5.787 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri di Indonesia sepanjang 2020.

BACA JUGA: Darmizal Tuding Ada Pihak yang Memfitnah Moeldoko, Siapa ya?

Sementara data kepolisian menyebut 671 orang dilaporkan melakukan tindakan bunuh diri pada 2020.

Tingginya angka bunuh diri ini patut menjadi keprihatinan bersama.

BACA JUGA: LaNyalla Apresiasi Keberhasilan 3 Kabupaten di Jatim ini, Top!

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MKJN) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Celestinus Eigya Munthe mengajak masyarakat berkolaborasi.

Paling tidak dalam membangun sistem kesehatan mental yang baik untuk mencegah terjadinya bunuh diri.

BACA JUGA: Gus Yaqut Sebut Negara Berutang ke IIQ Jakarta, Begini Alasannya

Dia mengutarakan ajakannya berkaitan dengan peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang jatuh pada 10 September.

Celestinus mengatakan bunuh diri menjadi masalah yang cukup besar di dunia.

Apalagi, kondisi pandemi COVID-19 belakangan ini membuat orang makin tertekan, sehingga menyebabkan meningkatnya gangguan kesehatan jiwa.

"Jadi, wajib membangun kesehatan mental, kesejahteraan di masyarakat bersama-sama dengan berkolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta serta lembaga swadaya masyarakat maupun organisasi profesi untuk bersama-sama membangun sistem kesehatan mental yang baik," ujar Celestinus.

Dia mengatakan pandangannya dalam webinar 'Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia' yang digelar Sabtu (11/9).

Celestinus lebih lanjut mengatakan bunuh diri selalu dikaitkan dengan masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa.

Bunuh diri juga menjadi penyebab kematian tertinggi kedua pada kelompok usia 15-29 tahun.

"Tentunya angka ini bukan sekadar angka semata, tetapi merupakan bagian dari permasalahan kesehatan jiwa kita secara keseluruhan."

"Dalam SDGs, secara spesifik menyebutkan bahwa indikator kesehatan jiwa adalah adanya upaya menurunkan angka bunuh diri," ucap Celestinus.

Penyebab bunuh diri dipercaya merupakan hasil dari interaksi beberapa faktor seperti biologi, genetik, psikologi maupun masalah sosial dan budaya.

Untuk itu, Celestinus menilai perlu ada suatu program khusus untuk pencegahan bunuh diri.

"Kita betul-betul perlu memperhatikan masalah ketahanan mental, bagi anak dan remaja maupun dewasa usia muda terutama saat pandemi ini, karena ada tekanan yang sangat hebat dan mengakibatkan terjadinya perubahan secara sosial," ucapnya.

Tahun ini, tema Hari Pencegahan Bunuh Diri adalah 'Menciptakan Harapan Melalui Tindakan' sebagai pengingat ada jalan keluar selain bunuh diri.

Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi melalui tindakan kecil atau besar, guna memberikan harapan kepada mereka yang sedang berjuang dengan masalah kesehatan jiwa.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler