BACA JUGA: Ini Modus Cowboys Kuta
Bagaimana sebenarnya kehidupan cowboys itu di Pulau Dewata""Siapa yang tidak kenal Kuta" tanya Made Irawan
BACA JUGA: Hello Baby, Ichik-Ichik with Me?
Saat Jawa Pos berkunjung ke rumahnya di kawasan Canggu Kuta Utara, dia menerangkan bahwa jenis ombak Pantai Kuta diburu banyak peselancar, baik pemula maupun profesionalKarena itu, pantai sepanjang 6,4 km di Kabupaten Badung tersebut tak pernah sepi dari turis-turis peminat selancar
BACA JUGA: Mitos Sperma Bali di Mata Turis
Selain wisman (wisatawan mancanegara), Kuta dijejali para peselancar lokalMereka biasa dijuluki anak pantai (beach boy)Kata Piping, anak pantai adalah orang-orang yang menghabiskan waktu di pantai"Mereka hidup dari pantaiDari nyewain papan (selancar, Red) atau jadi instruktur," ucap pemilik majalah komunitas selancar Magic Wave ituTak sulit mendapati anak pantai di KutaBerdasar ciri-ciri fisik, kebanyakan anak pantai berkulit hitam legam lantaran terkena teriknya matahariBegitu juga rambut mereka, yang biasanya gondrong dengan warna agak kemerah-merahanBadan anak pantai rata-rata atletis dan dipenuhi dengan tato di hampir sekujur tubuhSelain itu, kupingnya tak luput dari tindik, seolah menambah ke-macho-an anak pantai.
Soal tempat, anak pantai berada di hampir setiap sudut bibir pantaiBiasanya, anak pantai bergerombol di ujung pantai yang dekat dengan persewaan papan selancarDuduk menghadap laut dengan mengenakan kacamata hitam model terbaru sudah menjadi gaya khas merekaBukan itu saja, banyak juga anak pantai yang membaur dan akrab bersenda gurau dengan para turis di bibir pantaiMenenggak bir dan arak Bali sambil bernyanyi menanti sunset juga menjadi keseharian orang-orang yang mahir berbahasa asing itu.
Di film dokumenter Cowboys in Paradise garapan sutradara Singapura Amit Virmani yang dikecam banyak pihak itu, anak pantai disebut cowboyMereka juga dianggap punya kegiatan lain sebagai pemuas nafsu seks (gigolo)
"Sebenarnya, ada sejak dulu anak pantai dianggap gigolo," terang PipingTapi, pria beristri warga negara Jerman itu menolak tegas kalau anak pantai dicap sebagai gigolo"Meskipun menemani para turis, mereka tidak dibayar untuk ngeseks," tegasnya.
Jawa Pos dan Radar Bali (Jawa Pos Group) menemui tujuh anak pantai di lokasi yang berbedaMereka semua tidak memungkiri bahwa kehidupan mereka memang tidak jauh dari perilaku seksual dengan para turis asing
Namun, aktivitas itu dilakukan melalui perkenalan dulu hingga terjadi kedekatan personal"Lain dengan gigolo asliMereka kan dibayar buat "main" (berhubungan seksual, Red) dengan yang booking," ucap Joko, anak pantai yang biasa mangkal di depan Hotel Hard Rock Kuta
Jawaban mereka juga seragam ketika ditanyai tentang proses perkenalan sampai akhirnya "berurusan di ranjang"Mereka menjelaskan, selain mendapatkan uang dari sewa papan selancar dan menjadi pemandu selancar, anak pantai nyambi sebagai guide para turis
Joko menceritakan, sudah menjadi rahasia umum anak pantai mengeruk banyak keuntungan ketika dipercaya seorang tamu asing untuk menjadi pemanduSebab, lanjut dia, jika anak pantai sudah dipercaya orang asing itu, dengan sendirinya uang gampang masuk ke kantongMisalnya, anak pantai akan mendapatkan komisi saat diminta untuk menemani tamunya ke sana kemari.
Trik lain, anak pantai selalu mengarahkan para tamunya untuk berbelanja ke tempat-tempat eksklusif dengan harapan dibelikan sesuatu sebagai tanda terima kasih"Kami senang membawa ke toko surfing yang mahal," ucap pria berambut jabrik tersebut lalu meringis
Ada juga sebagian di antara anak pantai itu yang punya agenda terselubung, yakni memburu turis asing berparas menarik yang sesuai dengan selera merekaAda kepuasan tersendiri jika ada yang bisa menggaet teman cantik dan mendapatkan banyak uang darinyaKalau memang cocok, berlanjut ke tahap pacaran"Kami juga pilih-pilihNggak semua bule kami sikatItu beda kami dengan gigolo," ucap
Wayan (bukan nama sebenarnya), anak pantai lain yang ditemui Jawa PosMenjadi kepuasan dan kebanggaan tersendiri jika anak pantai tersebut berpacaran dengan banyak turis asingMenurut dia, itu merupakan salah satu jalan untuk mempermudah mengeruk kekayaanSebab, seorang pacar akan memberikan lebih banyak hal untuk pasangannya"Maka, kami lebih bisa menerima kalau dijuluki playboy atau cowok matre daripada gigolo," terangnya.
Tapi, berpacaran dengan banyak bule bukan hal mudahWayan menjelaskan, susahnya terjadi ketika pacar-pacar itu kembali ke Bali pada waktu yang bersamaanAnak pantai akan kesulitan membagi waktu layaknya playboyJika hal tersebut terjadi, anak pantai biasanya memprioritaskan yang cocok dengan hatinyaSelain itu, anak pantai memilih yang kaya dan bisa diprospek untuk jangka panjangDengan hubungan tersebut, banyak anak pantai yang berharap bisa dibawa ke negara pacarnya untuk hidup di sana
Nah, dari kedekatan itulah, hubungan seksual di antara mereka terjadi"Itu (hubungan seks, Red) bagi kami sekadar bonus," ungkap pria yang mengaku sebagai penghobi fotografi tersebutTapi, urusan ranjang tak selalu berawal dari kedekatan antara turis dan anak pantai"Meskipun kami baru bertemu, jika langsung cocok, juga bisa langsung "dipakai?Tapi, kami tidak minta uangYa sekadar have fun," imbuhnya
Dia mengklaim, yang dilakukannya sama dengan fenomena kehidupan anak muda di kota-kota besar lainnyaBedanya, garapannya adalah wanita-wanita luar negeri"Mungkin mereka iriMaka, kami disebut gigolo," jelas pria asal Karangasem itu lantas tertawa lepas.
Suatu ketika Jawa Pos mengamati cara anak pantai mendekati wisatawan yang datang ke Pantai KutaAda yang mendekati secara halus, ada juga yang sedikit urakan"Hey, sugar (halo manis, Red)!" seru seorang anak pantai kepada dua bule cewek yang melintas di tempat tongkrongan merekaBule itu hanya tersenyum sambil terus berlalu"Lets, drink with me." Ajakan seperti itu juga kerap dilontarkan oleh anak pantai kepada para bule di sana
Cara tersebut lain dengan yang dilakukan oleh Farid (nama samaran)Cara anak pantai yang dituakan di Pantai Kuta itu lebih halus dalam mendekati bule wanitaSeperti yang dilihat Jawa Pos, saat itu Farid mendekati seorang bule cewek, yang belakangan diketahui bernama Josine DekkerSaat itu bule asal Belanda tersebut berjemur seorang diri.
Dengan bahasa Inggris yang fasih, Farid lebih dulu menyapa Josine dengan memperkenalkan namanyaSetelah itu, dia bertanya, sudah berapa kali Josine ke BaliJosine menjawab baru kali pertamaKetika mendapati jawaban tersebut, Farid melancarkan jurus berikutnya, yakni menceritakan keindahan dan sejarah kebudayaan BaliDia menyebut Ubud, Singaraja, Bedugul, Nusa Dua, Sanur, Jimbaran, dan lain-lainJosine antusias mendengar cerita Farid yang sangat meyakinkan itu.
Ketika Farid menawarkan jasanya untuk mengantar ke tempat-tempat tersebut, Josine langsung tertarikTak berapa lama, Farid dan Josine sudah sangat akrabJika beruntung, Farid menyatakan bisa mendapatkan tiga hingga lima tamu setiap hariUang lebih dari Rp 3 juta per hari pun bisa dia dapatLebih beruntung lagi jika dia diboyong ke negara tamunya"Tapi, saya belum pernah," ucapnya sambil tertawaNamun, kalau sudah apes, dia tak dapat seorang pun tamu(kuh/c11/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Pantai Bikin Kangen Turis
Redaktur : Tim Redaksi