Ngojek Setahun Rp 7 Juta, Kini Rp 27 Juta Per Bulan

Rabu, 23 Maret 2016 – 00:07 WIB
Nadra Musa dan sirup produksinya. Foto: Malut Post/JPG

jpnn.com - NADRA Musa sungguh luarbiasa. Modal Rp 7 juta rupiah hasil menarik ojek disulapnya menjadi bisnis beromzet puluhan juta rupiah. Sirup pala buatannya pun laris manis sebagai welcome drink di ajang-ajang besar.

Badrun Ahmad, Ternate

BACA JUGA: Kisah Perempuan Tanpa Nama Di Antara Tiga Sastrawan

Rasanya nikmat, dengan cita rasa pala yang khas. Efeknya terasa menyegarkan di tenggorokan. Sekali menenggak sirup pala bermerk Santosa tersebut, ada keinginan untuk terus menyeruputnya, menikmati rasa asam manis yang bercampur jadi satu. 

Nadra Musa, sang pembuat sirup menyatakan, sirup pala menjadi pilihannya setelah usaha pembuatan sabun miliknya kandas. 

BACA JUGA: Tri Dianto, Loyalis Anas Urbaningrum Itu...

”Dua tahun membuat sabun mandi untuk hotel, yakni sejak 2004. Sebelumnya saya adalah karyawan perusahaan plywood PT Barito Sidangoli. Berhenti tahun 2004,” tuturnya saat ditemui Malut Post (Jawa Pos Group) di kediamannya di Kelurahan Tobololo Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, akhir pekan lalu.

Nadra tak langsung bisa memulai usaha sirup palanya usai kebangkrutan bisnis sabun. Ia perlu mengumpulkan modal. Untuk bertahan hidup, suami Popon Supriati ini memutuskan menjadi tukang ojek. 

BACA JUGA: Kisah Gadis Sasak Tak Bisa Menikah Sebelum Mahir Menenun

Dari hasil menarik ojek selama setahun, terkumpul modal sebesar Rp 7 juta. ”Awalnya juga belum kepikiran bikin sirup pala. Masih nyari-nyari ide dulu. Jangan sampai biaya produksi usaha lebih besar ketimbang laba yang masuk seperti bisnis sabun itu,” ucapnya.

Modal sudah ada. Lantas tercetus dalam benaknya membuat minuman khas daerah Maluku Utara (Malut). Tentunya menggunakan bahan baku yang mudah didapat di Malut. Pala menjadi pilihannya. Maka pada 2007, Nadra memulai usaha pembuatan sirup palanya. 

”Langkah selanjutnya adalah beli mesin parut pala dan peralatan lain untuk membuat sirup,” kisah ayah dari lima anak tersebut.

Pembuatan sirup pala awalnya memerlukan kerja ekstra keras. Memarut lalu memeras buah pala untuk mengambil sarinya bukanlah pekerjaan mudah. Proses ini membutuhkan waktu dan biaya produksi yang tinggi.

”Biaya listrik untuk peralatannya saja sangat tinggi sehingga saya harus berinovasi untuk menekan biaya produksi,” kata Nadra.

Ia pun mencari cara lain, yakni merebus pala dan diambil sarinya. Sari inilah yang kemudian dibuat menjadi sirup pala. Produksi sirup pala dilakukan berdasarkan pesanan. Harga per botolnya Rp 9 ribu. 

”Langkah awal untuk promosi, saya kasih gratis sirup kepada siapapun dalam tiap event. Supaya masyarakat bisa tahu bagaimana rasa sirup pala,” lanjutnya.

Seiring berjalannya waktu, omzet per bulan dari bisnis sirup pala ini jadi amat menggiurkan. Tiap bulan, Nadra bisa memperoleh untung hingga Rp 27 Juta. 

Ia menyebut untung besar diperoleh karena strategi pemasaran yang bagus. ”Meski masih home industry, kualitas harus dijaga dan pemasaran produk harus dilakukan secara profesional,” ungkapnya.

Pada momen Gerhana Matahari Total (GMT) lalu, sirup pala Santosa menjadi welcome drink di semua hotel dan penginapan di Ternate. Semua event yang dilangsungkan selama GMT juga menggunakan sirup milik Nadra sebagai minuman selamat datang. Keuntungan puluhan juta pun diraup dalam sekejap. 

”Kampung Wisata di Benteng Oranje hingga Festival Legu Gam pun semuanya memesan sirup pala ke saya. Jadi bisa dinikmati wisatawan domestik maupun mancanegara,” tutur Nadra.

Kesuksesan sirup pala Santosa tak membuat Nadra berpuas diri. Ia masih ingin meningkatkan home industry miliknya menjadi perusahaan pembuat sirup pala. Kemasan sirup pun ingin dibuatnya dalam bentuk yang lebih variatif. 

”Sekarang kemasannya hanya botol. Berikutnya ingin saya kemas dalam gelas plastik juga,” tandasnya.(tr-03/kai/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Si Cantik Berhijab Ini Prestasinya Luarbiasa, padahal...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler