Ni Ketut Mayoni, Spirit Mahasiswi Hindu Lulus Cum Laude di Kampus Islam

Jumat, 02 September 2022 – 10:20 WIB
Ketut Mayoni, mahasiswi yang lulus jenjang magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) UIN Mataram. Foto: Edi Suryansyah/JPNN.com.

jpnn.com - Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram menggelar wisuda pada akhir Juli lalu. Salah satu di antara yang mengikuti wisuda di perguruan tinggi Islam itu adalah pemeluk Hindu bernama Ni Ketut Mayoni.

Laporan Edi Suryansyah, Mataram

BACA JUGA: Komandan Tim 8 Paskibraka Arnold Sinaga, Kisah Perjuangan Anak Dansat Brimob Menuju Istana

RATUSAN pasang mata di Auditorium UIN Mataram mengarah kepada Ketut Mayoni saat perempuan asal Bali itu menaiki podium wisuda. 

Tak lama kemudian, Rektor UIN Mataram Masnun Tahir memindahkan tali di topi wisuda Ketut Mayoni dari kiri ke kanan.

BACA JUGA: Sejarah Ponpes Al Mukmin Ngruki, dahulu Menentang Pancasila, kini Kibarkan Sang Dwiwarna

Ketut Mayoni merupakan mahasiswi yang lulus jenjang magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) UIN Mataram.  Perempuan kelahiran 1969 itu masuk program pascasarjana UIN Mataram pada 2020. 

Dua tahun kemudian Ketut Mayoni lulus dengan predikat cum laude. Satu-satunya perempuan di program studi yang sebagian besar  mahasiswanya ustaz itu meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,80.

BACA JUGA: Pasar Terapung Kalsel, Riwayat Dahulu dan Kini

“Saya amat mengapresiasi semangat belajar Ni Ketut Mayoni,” ujar Masnun Tahir.

Demi meraih gelar master, Ketut Mayoni mempertahankan tesisnya tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dan partisipasi wali murid di masa pandemi di SDN Sasake, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah. Profesi sehari-harinya memang guru.

Kepada JPNN.com, Ketut Mayoni menceritakan mula-mula dirinya memilih mengejar gelar S2 di UIN Mataram. Sebelumnya, dia menyandang gelar sarjana setelah menyelesaikan kuliahnya di Universitas Terbuka (UT) pada 2008.

Sembari kuliah, Ketut Mayoni juga mengajar di sekolah dasar negeri. Begitu menjadi sarjana, dia ngebet meneruskan pendidikannya.

Namun, Ketut Mayoni disibukkan berbagai kegiatan. Dia baru memiliki waktu agak longgar setelah diangkat menjadi kepala sekolah di SD Negeri 2 Batunyala sejak 3 tahun lalu.

Ketut Mayoni pun mulai memikirkan jurusan untuk kuliah jenjang magisternya. Sebagai kepala sekolah, dia mulai berpikir tentang cara mengelola lembaga pendidikan.

Oleh karena itu, Ketut Mayoni berniat mengambil kuliah S2 jurusan manajemen. Keputusannya sudah bulat soal jurusan kuliah lanjutannya.

Namun, ada hal lain yang dipikirkan Ketut Mayono, yakni di mana dia akan kuliah S2. Dia tinggal di Praya.

Ternyata banyak teman yang menyarankan agar  Ketut Mayoni meneruskan kuliah di UIN Mataram. Dia juga merasa sreg karena jarak dari Praya ke Mataram tak begitu jauh.

Walakin, ada hal lain yang sempat mengendon di benak Ketut Mayoni sebelum mendaftar ke UIN Mataram. Dia beragama Hindu, sedangkan perguruan tinggi yang akan dimasukinya merupakan kampus Islam. 

“Kami  meminta izin dahulu ke kampus, yakni dekannya, apakah nonmuslim boleh kuliah di sini atau tidak,” katanya kepada JPNN.com belum lama ini.

Ternyata pihak UIN Mataram memberikan lampu hijau. “Setelah dibolehkan, barulah masuk di sana," tuturnya. 

Menempuh studi di UIN Mataram membuat Ketut Mayoni harus menghadapi mata kuliah yang sama sekali asing baginya. Pada semester I, dia memperoleh mata kuliah Qur'an dan hadis.

Ketut Mayoni masuk ke Prodi MPI UIN Mataram bukan untuk fokus pada persoalan keislaman, melainkan pada manajemennya. 

Ternyata dosen Qur’an dan hadis di Prodi MPI UIN Mataram tidak memaksa Ketut Mayoni mengikuti mata kuliah itu. 

"Untuk mata kuliah itu (Qur'an dan hadist), saya tidak dipaksa untuk ikut,” ucapnya.

Sebagai minoritas, dia justru memperoleh berbagai kemudahan.  Dosen yang membimbing Ketut Mayoni menyusun tesis pun sangat murah hati. 

Selama menempuh studi di UIN Mataram, Ketut Mayoni tak pernah menerima perlakuan diskriminatif. “Saya rasa toleransi di sini sangat kuat," katanya. 

Oleh karena itu, Ketut Mayoni mengharapkan kisah studinya di UIN Mataram membuka hati banyak pihak tentang toleransi.

“Mudah-mudahan ini makin membuka hati semua orang lebih luas untuk melihat dan  menanamkan toleransi dengan baik sehingga membuat kehidupan lebih nyaman," tuturnya. (JPNN.com)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Edi Suryansyah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler