Ni Putu Tamara Bidari Suweta, Siswi SMPN 1 Denpasar Peraih Nilai Sempurna Unas

Pilih Main Game daripada Paksakan Belajar

Selasa, 05 Juni 2012 – 08:08 WIB
Ni Putu Tamara Bidari Suweta (tengah) didampingi kepala sekolahnya, AAG AG Rimbya Temaja (kiri), dan Wali Kelas IX-A Indrawati Abdullah (berjilbab). Foto : Maulana Sandijaya/Radar Bali/JPNN

Ni Putu Tamara Bidari Suweta tak pernah mengira akan meraih nilai sempurna (semua 10) dalam ujian nasional (unas) tahun ini. Berkat prestasinya itu, siswi SMPN 1 Denpasar tersebut dinyatakan sebagai peraih nilai tertinggi se-Indonesia.
 
  MAULANA SANDIJAYA, Denpasar
 
BAGI Tamara, raihan nilai 40 atau rata-rata 10 dalam unas bak sebuah mimpi di siang bolong. Hampir mustahil diraihnya. Pasalnya, soal-soal empat mata pelajaran yang diujikan (matematika, IPA, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris) juga tergolong tidak mudah. Terutama bahasa Inggris, dia mengaku kesulitan.
 
Maka, pengumuman unas Sabtu lalu (2/6) sangat mengejutkan dirinya. Juga guru dan kawan-kawannya. Sebab, di luar dugaan, Tamara berhasil meraih nilai sempurna. "Saya tidak pernah bermimpi akan mendapatkan nilai unas 10 semua," ujarnya saat ditemui di sekolahnya kemarin (4/6).
 
Gadis dengan tinggi 151 sentimeter dan berat badan 47 kilogram itu mengaku tidak punya resep khusus dalam belajar. Dia juga bukan kutu buku atau langganan juara di sekolah. Prestasi tertinggi yang pernah dicatat adalah peringkat keempat saat duduk di kelas VIII.

Sedangkan prestasi di luar akademik, dia pernah menjuarai Olimpiade Sains Nasional (OSN) se-Bali pada 2011 untuk pelajaran matematika. "Tapi, saya tidak pernah keluar dari ranking sepuluh besar saat ujian akhir semester lho. Paling mentok ranking ketujuh," urainya sembari tersipu malu.
 
Tamara menjelaskan bahwa dirinya tak pernah memaksakan diri untuk belajar. Apalagi bila sedang bad mood. Kalau sudah seperti itu, dia biasanya memilih mandek belajar dan menjalankan aktivitas lain yang disenangi. "Kalau saatnya main, saya juga main seperti biasa. Jadi tidak melulu belajar," ungkap gadis yang hobi membaca majalah dan main game online itu.
 
Meski demikian, prestasi juara pertama unas se-Indonesia yang ditorehkan Tamara tidak berarti suatu kebetulan belaka. Pasalnya, di kelas IX-A tempatnya belajar, hampir seluruh siswanya punya kemampuan di atas rata-rata.
 
"Sekolah kami ini kan RSBI (rintisan sekolah bertaraf internasional, Red). Jadi, persaingan di setiap kelas sangat ketat. Tidak terkecuali di kelas Tamara," jelas Kepala SMPN 1 Denpasar AAG AG Rimbya Temaja.
 
Hal itu dibenarkan Wali Kelas IX-A Indrawati Abdullah. Menurut dia, Tamara memang bukan siswa yang cerdas sekali. Tapi, dia memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan siswa lainnya. Keunggulan yang dimiliki Tamara adalah selalu bertanya bila ada pembahasan yang tak dipahami. Setiap guru yang mengajar pasti mendapatkan berondongan pertanyaan dari gadis berkulit cokelat itu.
 
"Tamara kalau bertanya nggak nanggung-nanggung. Dia tidak akan berhenti kalau belum dapat jawaban yang memuaskan," terang pendidik asal NTT tersebut. "Kadang kami sebagai pendidik sempat bingung menjawab pertanyaan dia," imbuh perempuan berjilbab itu, lantas tertawa. Tamara yang ada di sampingnya hanya tersenyum malu.
 
Selain banyak bertanya, Tamara tergolong siswa yang tekun dan sabar dalam mengerjakan setiap soal mata pelajaran. Sikap itulah yang diyakini sebagai kunci utama yang mengantarkan dia menjadi peraih nilai tertinggi se-Indonesia.
 
"Banyak anak yang cerdas dan pintar, tapi kurang teliti dalam menjawab soal. Padahal, dalam menjawab soal tidak boleh grusa-grusu (terburu-buru). Apalagi soal ujian nasional," tutur Indrawati.
 
Pernyataan sang guru diamini Tamara. "Saya memang tidak suka buru-buru. Pelan-pelan, yang penting selesai dengan benar," tegas putri pasangan Wayan Mudana Suweta dan Ni Wayan Rapiarini itu.
 
Tamara bercita-cita bisa melanjutkan sekolah di SMA favoritnya, yakni SMAN 4 Denpasar. Sekolah tersebut, jelas Tamara, selalu menyumbangkan siswanya di daftar sepuluh besar"peraih nilai terbaik nasional unas SMA/SMK.
 
Hingga kini Tamara belum tahu ingin menjadi apa kelak. "Nggak tahu, belum kepikiran ke sana. Kalau orang tua saya nyuruh saya jadi dokter," ungkap ABG itu."
 
Meski belum punya cita-cita, Tamara memiliki obsesi dalam hidupnya. "Saya ingin bertemu Pak SBY. Minimal ditelepon. Saya ingin ungkapkan bahwa di Bali banyak anak berprestasi, namun kurang perhatian pemerintah," ujarnya.
 
Kepada adik-adik kelasnya, Tamara berpesan agar tekun dan bersemangat dalam belajar. "Tidak harus pintar. Yang penting belajar berkesinambungan. Harus yakin kalau bisa serta berdoa selalu," tuturnya. (*/pit/c9/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ani Ema Susanti, dari TKW Jadi Produser Film Dokumenter


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler