LAGOS--Nigeria membuka lembaran tahun baru dalam suasana keamanan yang mencekam. Pemerintah di negeri Afrika tersebut memulai 2012 dengan pemberlakuan status darurat kemarin (1/1) untuk mengatasi kerusuhan sektarian di wilayahnya. Itu terjadi setelah sedikitnya 50 orang tewas dalam konflik sektarian atau komunal antara etnis Ezza dan Ezilo yang bertetangga di Negara Bagian Ebony, tenggara Nigeria, Sabtu lalu (31/12).
Selain konflik etnis yang memperebutkan wilayah atau lahan sengketa, situasi di negara federal itu juga diperparah oleh pertikaian di antara kelompok agama. Karena alasan itu, Presiden Nigeria Goodluck Jonathan mendeklarasikan status darurat pada Sabtu lalu.
Dengan status itu, pemerintah memberikan kewenangan secara ekstra kepada aparat keamanan untuk mencari dan menangkap, menutup perbatasan di wilayah konflik, serta membentuk pasukan kontraterorisme. Wilayah yang ditutup adalah perbatasan dengan Kamerun (sebelah barat), Chad (timur laut), dan Niger (utara). Penutupan perbatasan itu dilakukan untuk melokalisasi konflik dan mempermudah penangkapan para pelaku kekerasan.
Pemberlakuan status darurat itu sekaligus respons atas serangkaian serangan terhadap gereja yang diduga kuat dilakukan kelompok militan Boko Haram. Dalam sejumlah serangan militan Islam tersebut, 49 orang tewas.
Sebelumnya, Boko Haram juga menyerang markas PBB di Kota Abuja pada Agustus lalu. Dalam insiden tersebut, seorang pelaku bom bunuh diri menewaskan 25 orang. Keputusan itu juga merupakan langkah untuk mencegah kemungkinan kekerasan yang lebih luas.
Sebab, sejumlah pemimpin dan tokoh Kristen menyatakan akan membalas jika serangan terhadap gereja tetap berlanjut. Ancaman itu menambah kekhawatiran terkait perpecahan antara wilayah utara yang mayoritas berpenduduk Islam dan selatan yang didominasi pemeluk Kristen.
Ketika mengumumkan pemberlakuan status darurat itu, Jonathan menyatakan bahwa serangkaian serangan tersebut telah mengancam keamanan bersama dan mengguncang pondasi persatuan bangsa di Nigeria. Dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional, Jonathan menegaskan bahwa pengambilan langkah tegas sudah sangat mendesak untuk mengembalikan stabilitas negara. ’’Konsekuensinya, saya harus umumkan status darurat di beberapa negara bagian federasi ini,’’ jelasnya.
Dia lantas merinci bahwa status darurat itu diberlakukan di Negara Bagian Borno, menjadi basis tradisional Boko Haram; Yobe; Niger; dan Plateau. ’’Penutupan sementara perbatasan kami di sejumlah wilayah tertentu hanyalah keputusan kondisional. Tujuannya adalah mengendalikan gangguan keamanan yang terjadi dan akan dievaluasi segera setelah kondisi normal,’’ terang Jonathan.
Pengganti almarhum Presiden Umaru Musa Yar"Adua itu menambahkan bahwa para kepala staf angkatan (pimpinan militer) telah menginstruksikan pengambilan sejumlah langkah penting. Termasuk, membentuk pasukan khusus kontraterorisme.
Serangkaian serangan atas gereja telah memunculkan kekhawatiran bahwa kelompok Boko Haram bisa memantik konflik sektarian di negara produsen minyak terbesar di Afrika itu. Boko Haram (yang berarti pendidikan ala Barat itu haram) adalah kelompok atau gerakan ala Taliban.
Sementara itu, hanya berselang beberapa jam setelah pengumuman status darurat tersebut, konflik etnis kembali pecah di Negara Bagian Ebony. Sedikitnya, 50 orang tewas dalam bentrokan antara dua suku (etnis) yang berseteru untuk memperebutkan lahan sengketa. Ratusan polisi anti huru-hara dikerahkan ke lokasi bentrokan.
Menurut Juru Bicara (jubir) pemerintah Onyekachi Eni, pembunuhan di Ebony terjadi setelah etnis Ezza diserang dan diusir dari lahan tempat tinggal mereka oleh etnis Ezilo. ’’Sengketa di antara kedua komunitas, yang bermula pada 2008, diyakini sebagai penyebab konflik berdarah tersebut,’’ ungkapnya.
Lewat situsnya, stasiun televisi Inggris BBC melansir bahwa kedua komunitas yang berseteru tersebut memiliki sejarah sengketa lahan. Di wilayah itu, kebanyakan warga mengandalkan lahan pertanian untuk mencukupi kehidupan mereka.
Meski konflik etnis itu tidak terkait dengan kelompok Boko Haram, kekerasan yang terjadi di Nigeria menambah daftar masalah yang dihadapi oleh pemerintahan Jonathan. Aparat keamanan dan militer Nigeria, yang selama ini telah disibukkan dengan berbagai konflik sektarian di wilayah utara, harus membagi konsentrasi untuk konflik berdarah lainnya. (AFP/RTR/AP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berpura-pura Bohongi Hati Nurani
Redaktur : Tim Redaksi