Nike Ingin Kepastian Regulasi

Bakal Jadikan Indonesia Basis Industri Terbesar

Senin, 22 April 2013 – 02:50 WIB
JAKARTA - Nike, produsen apparel olahraga kenamaan di dunia, berencana membangun produksi Indonesia sebagai yang terbesar di seluruh dunia. Syaratnya, pemerintah Indonesia harus memberikan kepastian regulasi soal ketenagakerjaan.

Menteri Perindustrian M. S. Hidayat menjelaskan, niat Nike membuka pabrik di Indonesia itu disampaikan langsung oleh Presiden Direktur PT Nike Indonesia Jeff Perkins. Menurut Hidayat, Perkins merasa puas dengan investasi di Indonesia selama seperempat abad ini.

Saat ini Nike telah bekerja sama dengan 38 perusahaan manufaktur, khususnya industri sepatu olahraga di Indonesia. Total karyawannya mencapai 175 ribu dan hampir semua produknya diekspor.

"Nike sangat berkomitmen menambah investasi di Indonesia. Sehingga ke depan Indonesia menjadi basis industri terbesar di dunia," ujar Hidayat.   

Namun sebelum merealisasikan penambahan investasi, lanjut  Hidayat, Nike mengajukan satu syarat. Pabrikan asal Amerika Serikat (AS) itu ingin pemerintah Indonesia membuat pola pengupahan bagi buruh secara jangka panjang. Sehingga, Nike benar-benar bisa memperhitungkan perencanaan investasi di Indonesia.    

Nike juga mengingatkan bahwa regulasi penetapan upah minimum buruh harus cepat dirampungkan. Sebab, simpang siurnya regulasi itu berpotensi mengganggu kinerja produksi.   

Soal besaran investasi dan kapasitas produksi, Hidayat belum mau mengungkapkannya. Namun, yang jelas pihaknya menyarankan pabrik itu  dibangun di luar Jabodetabek. Sebab, bisa memperkecil dampak kenaikan upah minimum provinsi (UMP) di kemudian hari.

"Saya tawarkan mereka membangunnya di Sukabumi, Jawa Barat atau di Jawa Tengah," terangnya.    

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menambahkan, ketertarikan Nike membuka basis industri terbesar di Indonesia lantaran potensi tenaga kerja Indonesia yang bagus.

"Menurut mereka, tenaga kerja Indonesia bukan tipe kutu loncat atau suka berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya," katanya. Itu menjadikan Indonesia lebih unggul ketimbang Tiongkok dan Vietnam.    

Saat ini Nike memiliki basis industri yang tersebar di 45 negara. Di Asia, basis produksinya ada di Indonesia, Tiongkok, Taiwan, India, Thailand, Vietnam, Pakistan, Filipina, and Malaysia.

Panggah menambahkan, di antara basis produksi Nike, Indonesia menduduki posisi ke tiga di dunia setelah Tiongkok dan Vietnam. Sekitar 98 persen produksi Indonesia diekspor dan sisanya untuk konsumsi domestik. Tahun lalu nilai ekspornya mencapai USD 1,5 miliar atau setara Rp 14,5 triliun.     

Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Edy Widjanarko menyambut baik rencana Nike memperbesar investasinya di Indonesia. Namun ia memberi syarat pada pihak Nike agar membuka pintu kerja sama yang lebar dengan pengusaha lokal.

"Sehingga ada transfer teknologi dan memberi nilai tambah bagi industri persepatuan Indonesia," terangnya.     

Eddy menambahkan, industri alas kaki merupakan salah satu produk unggulan Indonesia. Menurut data Aprisindo, selama empat tahun ekspor sepatu naik 20 persen. Bahkan tahun lalu pertumbuhannya mencapai 47 persen.

Kenaikan itu membuat neraca perdagangan alas kaki surplus. "Tahun lalu neraca perdagangan sepatu surplus USD 3,1 miliar dengan nilai ekspor USD 3,5 miliar," ujarnya. (uma/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Direksi Garuda Siap Dirombak

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler