jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp13.880 per dolar AS, menjadi salah satu yang terbaik di Asia.
“Itu merupakan nilai tukar yang terbaik kalau di Asia tentu saja di bawah Thailand tapi hampir sama dengan Filipina,” katanya di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat.
BACA JUGA: Natal Kondusif, Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Menguat 20 Poin
Perry mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah yang menguat tersebut mendapat apresiasi sebesar 2,68 persen sehingga mengindikasikan adanya stabilitas eksternal.
“Stabilitas eksternal terlihat dalam pergerakan nilai tukar rupiah kita sepanjang 2019. Itu mengalami apresiasi cukup besar,” ujarnya.
BACA JUGA: Lonjakan Harga Minyak Dunia Memakan Korban Nilai Tukar Rupiah
Di sisi lain, hari ini BI menargetkan kurs tengah rupiah di angka Rp13.899 per dolar AS yang artinya rupiah melemah tipis empat poin atau 0,02 persen dari posisi Rp13.895 di hari sebelumnya.
Sementara itu, untuk kurs jual rupiah hari ini ditetapkan di angka Rp13.968 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di posisi Rp13.829 per dolar AS.
BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Menguat Menjadi Rp 13.952 per Dolar AS
Perry melanjutkan, stabilitas eksternal Indonesia juga bisa dilihat dari banyaknya aliran modal asing yang masuk sepanjang 2019 yaitu sebesar Rp224,2 triliun.
Ia merinci aliran modal asing itu terdiri dari obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) Rp168,6 triliun, pasar saham Rp50 triliun, obligasi koorporasi Rp3 triliun, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp2,6 triliun.
Tak hanya itu, ia menyebutkan indikator Credit Default Swap (CDS) yang berada di angka 60,6 bps juga merupakan level terendah dalam lima tahun terakhir.
Selanjutnya, laju inflasi Indonesia pada 2019 yang menyentuh angka 2,72 persen (year on year/yoy) merupakan paling rendah sepanjang 20 tahun terakhir sebab ketika 1999 inflasi berada di sekitar 1,9 persen.
“Ini adalah terendah selama 20 tahun terakhir bahkan lebih rendah dari perkiraan BI. Inflasi pada 1999 setelah krisis Asia, krisis Indonesia yang waktu itu kurang lebih 1,9 persen,” katanya.
Untuk cadangan devisa pihaknya memperkirakan akan lebih tinggi dari data sementara saat ini yaitu 127 miliar dolar AS sehingga mengindikasikan NPI kuartal IV 2019 akan mengalami surplus.
“Insya Allah minggu depan akan kita umumkan tapi data sementara cadev kita akan lebih tinggi dari 127 miliar dolar AS,” ujarnya. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha