NU Wajib Membesarkan PKB

Rabu, 26 September 2012 – 08:23 WIB
JAKARTA –  Pengasuh Pondok Pesantren Al Fadhlu Wal Fadhilah Kaliwungu, Jawa Tengah, KH Dimyati Rois, menegaskan, ideologi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sama dengan Nadhlatul Ulama (NU).

Kyai yang karib disapa Mbah Dim, itu mengingatkan agar seluruh warga, tokoh dan ulama NU wajib membesarkan PKB. Karena, kata dia, PKB merupakan satu-satunya partai politik yang dilahirkan NU.

“Sudah menjadi tugas NU wajib menggendong PKB supaya perjuangan politik warga dan kader-kader NU sesuai dengan cita-cita NU,” kata Dimyati, seperti dalam siaran pers yang diterima wartawan, Selasa (26/9) malam.

Dimyati hadir sebagai pengisi tausiyah dalam rangka halal bi halal yang diselenggarakan NU dan PKB Pati, di Pati, Senin (24/9) sore. Turut hadir tokoh muda NU asal Pati yang juga Ketua Fraksi PKB di DPR, Marwan Ja"far, serta Pengasuh Ma’had Qudsiyyah Kudus, Jawa Tengah, KH M Sya’roni Ahmadi.

Mbah Dim mengingatkan, PKB dideklarasikan 23 Juli 1998 (29 Robi’ul Awwal 1419 Hijriyah). Deklaratornya KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus) dan KH. A. Muchith Muzadi.

Mbah Dim menjelaskan, kelima tokoh itu bersama ulama dan kyai-kyai, serta para aktivis NU menghendaki PKB menjadi partai politik yang mengedepankan nilai keagamaan, kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan bagi kemaslahatan Indonesia. “Serta mengusung nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama"ah,” ujarnya.

Mbah Dim juga mengingatkan beberapa hal mendasar terkait sikap politik NU. Dia mengungkapkan, politik adalah bagian dari syariah, artinya berpolitik sesungguhnya bagian dari perjuangan menegakkan syariah dan Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah serta bernilai ibadah.     

Ia menambahkan, politik dibangun atas dasar ideologinya. “Maka sudah seharusnya NU dan warga NU mendukung dan memilih Partai Kebangkitan Bangsa karena "aqidah (ideologi) PKB sama persis dengan "aqidah (ideologi) NU,” ujarnya. 

Mbah Dim menambahkan, politik adalah upaya untuk kemaslahatan bagi umat manusia menuju jalan yang menyelamatkan dunia dan akhirat. Menurut Mbah Dim, harus dipahami bahwa tujuan politik berbeda dengan rekayasa politik.

“Kalau tujuan berpolitik adalah demi kemaslahatan bagi umat, sementara rekayasa politik merupakan madharat (membahayakan) bagi umat,” ujarnya.  (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... NasDem: Elit Tua Harus Sadar Perubahan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler