Nur Rizal: Beragam Program Pendidikan Tidak Sesuai Harapan

Jumat, 09 April 2021 – 10:14 WIB
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal. Foto: tangkapan layar YouTube LANRI

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan praktisi pendidikan Muhammad Nur Rizal mengatakan, sistem pendidikan Indonesia harus segera berbenah untuk memenuhi kebutuhan perubahan masa depan (global trend).

Menurutnya, program-program pendidikan yang dilakukan selama ini terbukti tidak efektif di lapangan.

BACA JUGA: Jelang Pendaftaran PPPK 2021: Guru Honorer Tersertifikasi Galau, TPG Belum Cair

"Beragam program yang bersifat top down selama ini tidak sesuai harapan," kata Nur Rizal dalam Dialog Inovasi Lembaga Administrasi Negara (LAN) bertajuk Inovasi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa secara daring, Kamis (8/4).

Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini menjelaskan, kebijakan top down itu seperti kurikulum 2013, insentif guru, profesi guru, program Sekolah Ramah Anak, Sekolah Adiwiyata, tetapi ternyata tidak menghasilkan efek langsung dalam solusi menghadapi era disrupsi.

BACA JUGA: Pendaftaran PPPK 2021: Tendik Honorer Ancam Mogok Kerja, Pendidikan Bisa Kacau

Hal ini, menurutnya, karena kebijakan-kebijakan tersebut membatasi ruang gerak pendidikan. 

"Fakta menunjukkan skor kompetensi anak-anak kita (PISA) terendah dalam sepuluh tahun terakhir, perundungan masih terjadi," ujar dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknik Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini. 

BACA JUGA: Anda Mudik Lebaran Sebelum 6 Mei? Irjen Istiono Minta Anak Buahnya Jangan Lengah

Ironisnya, hal ini terjadi meski anggaran pendidikan di APBN sudah naik 20 persen sejak era reformasi. 

"Pola pikir siswa Indonesia untuk berkembang terbilang cukup rendah sebesar 29 persen dibandingkan dengan negara-negara OECD sebesar 63 persen," ujarnya.

Karenanya diperlukan narasi perubahan yang didengungkan serempak oleh pembuat kebijakan pusat dan daerah.

Selama ini inovasi kebijakan yang dihasilkan tidak diikuti dengan narasi perubahan yang dapat menciptakan perubahan mindset dan paradigma pendidikan. 

Menurut Nur Rizal, pemerintah harus berupaya menciptakan sekolah sebagai pembelajaran berbasis bermain daripada bersekolah.

Kemudian juga memfasilitasi dan menanamkan kesenangan belajar bagi anak didik agar mereka terpacu berpretasi.

"Ingat dulu  Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswanya. Jangan menyimpang dari itu," katanya.

Ekosistem belajar sebagai tempat yang menyenangkan akan membuat anak didik merasa menjadi bagian utama di dalam proses belajar mengajar.   

"Di dalam GSM itu kami dorong bersama, setelah di training dan didampingi di dalam komunitas agar mereka mampu menerjemahkan kurikulum lebih fleksibel dan mengarah pada penguasaan kompetensi," terangnya.

Di sisi lain pembelajaran juga harus berbasis proyek atau penemuan, interdisipliner dan campuran (blended).

Pembelajaran juga harus menekankan pengembangan karakter, nilai-nilai serta kompetensi dan keterampilan masa depan. Sedangkan untuk vokasi sebaiknya memiliki keterkaitan dengan industri tinggi.

"Karenanya inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan itu penting untuk menyiapkan anak didik kita menghadapi masa depan yang tidak menentu," tandasnya.(esy/jpnn)

 

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler