jpnn.com, JAKARTA - Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyelenggarakan acara “Upgrading Kepemimpinan Pembelajaran” bagi para anggotanya.
Hal ini untuk mendapatkan pengetahuan mendalam tentang upaya pembelajaran menyenangkan bagi siswa.
BACA JUGA: Peringkat Naik, UTA 45 Jakarta Terus Berkomitmen Tingkatkan Kualitas Pendidikan
Kegiatan yang dihadiri 6.500 Guru Penggerak dari seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah tersebut mendatangkan Muhammad Nur Rizal, Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) sebagai pembicara utama.
Ini juga didasarkan pada aspirasi para guru di Jateng yang terinspirasi dan mengungkapkannya kepada BBGP setelah melihat kutipan video tentang pendidikan dalam media sosial GSM.
BACA JUGA: Daikin Goes to Campus jadi Penghubung Dunia Industri & Pendidikan
"Pendidikan adalah tulang punggung pembangunan suatu negara. Melihat pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi generasi muda, menjadi perhatian penting dan kebutuhan yang mendesak terhadap perubahan sistem pendidikan di Indonesia," tutur Muhammad Nur Rizal dalam keterangannya dikutip Kamis (26/10).
Dikatakannya kurikulum pendidikan dan sistem pendidikan adalah guru itu sendiri. Jika hadir guru yang memanusiakan manusia, yang memberi kesempatan luas bagi muridnya untuk mengembangkan 3 kodrat manusia, yakni keragaman talenta, rasa ingin tahu, dan kreativitasnya.
BACA JUGA: Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Hino Menghibahkan Simulator ke Universitas Trisakti
Oleh karena itu, para siswa dan sekolah yang dianggap mati oleh masyarakat atau orang tuanya akan kembali tumbuh menjadi sekolah yang dicintai anak-anaknya.
"Ada krisis besar dalam dunia pendidikan yang belum banyak disadari. Krisis itu adalah krisis sumber daya manusia, yaitu ketika manusia tidak pernah menemukan talenta, potensi, dan passion yang ada di dalam dirinya," tutur jebolan Teknik Elektro UGM tersebut.
Dalam penjelasan “Pendidikan yang Memanusiakan Siswa”, Rizal membawa semangat perubahan dengan gagasan perubahan paradigma pendidikan dan bagaimana pembelajaran menyenangkan yang berpusat pada siswa.
Juga pentingnya pendidikan yang berfokus pada proses belajar, dan tujuan guru adalah untuk memastikan siswanya tidak pernah berhenti untuk belajar.
Peraih gelar doktor dari Monash University Australia ini juga menyebutkan ciri sekolah menyenangkan bagi siswa.
"Yakni, ketika guru dan murid punya tujuan moral dalam dirinya, maka ia akan disiplin. Oleh karena itu ciri sekolah menyenangkan adalah berdisiplin tanpa harus ditakut-takuti, belajar tanpa harus dipaksa, berprestasi tanpa harus merasa tertekan,” imbuhnya.
GSM, yang dikenal dengan komunitas-komunitas guru yang aktif bergerak di berbagai daerah melalui gerakan akar rumput, telah memainkan peran sentral dalam memperkuat semangat perubahan dalam acara tersebut.
Pidato yang disampaikan Fouder GSM tidak hanya berisi gagasan teoretis dalam dunia pendidikan, tetapi juga sejalan dengan semangat komunitas GSM yang terus tumbuh dari berbagai daerah di Indonesia.
Ali Sodikin, penggiat komunitas dan leader komunitas GSM Jawa Tengah mengatakan bahwa sudah ada sekitar 700-an anggota baru yang sudah bergabung dari wilayah Jawa Tengah.
Selain itu, terjadi pengembangan masif dari komunitas-komunitas di daerah yang sebelumnya belum tersentuh di wilayah Jawa Tengah.
“Sudah 75% total komunitas GSM wilayah Jateng berdiri, ditambah dengan komunitas baruseperti di Wonosobo, Brebes, Banjarnegara, Kendal, Wonogiri, dan lain-lain,” ucap Ali.
Salah satu bentuk keseriusan dari sebagai dampak positif dari acara ini tidak hanya dirasaka oleh guru penggerak, tetapi juga pejabat-pejabat tinggi seperti Kepala Dinas Pendidikan Wonosobo. Kepala Dinas Pendidikan Wonosobo, Tono Prihatono menyatakan banyak rekan-rekan guru yang bersemangat untuk ikut GSM.
"Dinas Pendidikan siap dan akan mendorong terbentuknya GSM di Wonosobo,” katanya. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad