Oalah, Tahanan Kabur Lagi dari Rutan Sialang Bungkuk

Sabtu, 10 Juni 2017 – 03:00 WIB
Suasana Rutan Sialang Bungkuk. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, PEKANBARU - Sedikitnya dua tahanan dan satu narapidana kabur dari Rumah Tahanan (Rutan) Sialang Bungkuk, Riau.

Kali ini, pelarian didalangi mantan tahanan pendamping (tamping) yang memanfaatkan shalat tarawih, Kamis (8/6) malam kemarin.

BACA JUGA: Soal Regulasi Gambut, Gubernur Riau Tunggu Keputusan Pemerintah

Mereka lari dari salah satu pos yang memang tak pernah sekalipun dijaga.

Dua tahanan tersebut adalah Hotman Naibaho dan Loguard Napitupulu, sedangkan satu narapidana Syafrizal alias Ijal, tamping sekaligus otak pelarian.

BACA JUGA: Brigadir Han Sang Bandar Narkoba Itu Tewas Diterjang Empat Peluru

Ketiganya terlibat dalam kasus pencurian dan pemberatan.

Ketiga tahanan yang kabur itu, diketahui memanjat tembok rutan yang tingginya 6 meter lebih itu, dengan menggunakan kain sarung dan seprei yang disambung-sambung.

BACA JUGA: PAN Segera Jaring Nama untuk Pilkada Riau

Tahanan yang terlibat dalam perencanaan pelarian sendiri berjumlah tujuh orang, namun hanya tiga yang berhasil kabur.

''Benar ada tiga orang yang kabur. Yang merencanakan kabur ini ada tujuh orang. Tapi yang empat orang lagi tidak sempat kabur, karena ketahuan. Yang empat ini, sempat dikeroyok sesama tahanan lainnya,'' kata Kepala Kantor Wilayah Kemenkum HAM Riau Dewa Putu Gede di rumah dinasnya, Jumat (9/6).

Tiga tahanan yang kabur ini adalah penghuni Blok B. Blok ini Kamis malam mendapatkan tugas sebagai pelaksana terawih. Inilah yang kemudian dimanfaatkan mereka untuk lari.

''Tamping itu otak pelakunya,'' imbuh Dewa.

Dewa memastikan, kaburnya tiga orang ini tak terkait dengan aksi pelarian sebelumnya yang memjadi terbesar dalam sejarah Indonesia.

Lari massalnya 473 orang tahanan dari Rutan Sialang Bungkuk, Jumat (5/5) lalu. Pelarian terbesar dalam sejarah Indonesia ini berawal dari kerusuhan di salah satu kamar di blok C, penghuni rutan berhasil menjebol pintu dan gerbang untuk kabur.

Kerusuhan itu adalah akumulasi kemarahan penghuni rutan. Kondisi rutan berkapasitas 561 orang tersebut tidak manusiawi karena harus dihuni 1.870 orang. Satu kamar kadang sampai harus diisi 30 orang.

Tahanan tak tahan dan akhirnya berontak karena kondisi over kapasitas itu dimanfaatkan oleh oknum petugas lapas untuk mengambil keuntungan pribadi dengan melakukan pungli. Di Sialang Bungkuk, hampir semua hal memiliki potensi jadi sasaran pungli.

Mulai dari perpindahan sel dan blok dengan kutipan antara Rp1 juta hingga Rp2 juta, hingga perpanjangan waktu besuk, katering makanan, bahkan untuk menelpon keluarga tahanan pun oknum petugas menyewakan handphone.

''Beda ya, sekarang sudah tidak ada pungli, kekerasan, ataupun perlakuan tidak adil. Jadi, motif mereka kabur ini masalah sepele. Informasi yang saya dapat karena otak pelakunya itu tidak senang dicopot dari tamping,'' lanjutnya.

Larinya tiga orang tahanan dari Sialang Bungkuk memunculkan pertanyaan tentang kualitas penjagaan yang ada di Rutan. Apalagi, sejak pelarian massal yang pernah terjadi, perbaikan harusnya sudah dilakukan.

Saat tiga tahanan kabur, rutan ternyata hanya dijaga 4 petugas. Ini diakui Dewa. Dia menyebut, kekurangan petugas keamanan dan penjagaan di rutan masih terjadi.

''Selain over kapasitas, petugas kita juga sangat kekurangan,'' ungkapnya.

Untuk pengejaran, pihaknya sebut Dewa kini sudah berkordinasi dengan pihak kepolisian.''Untuk mengejar dan menangkap kembali kita sudah koordinasi dengan kepolisian,'' singkatnya.

Sementara itu, Kadiv Pas Kanwil Kemenkum HAM Riau Lilik Sujandi mengatakan, sejak peristiwa pelarian massal yang lalu, pihaknya sudah memindahkan 28 orang pegawai dari rutan.

''Sebagian besar adalah petugas penjagaan. Jumlah regu jaga tadinya lima menjadi empat. Dengan luasnya areal rutan, menjadi kendala tersendiri,'' katanya.

Dia memaparkan, pelarian tiga tahanan terjadi Sekitar pukul 23 00 WIB selesai shalat terawih.''Saat itu yang bertugas memberi kan layanan terawih petugas blok B. Mereka melewati tembok antara blok B dan A dengan ikatan sarung,'' jelasnya.

Setelah berhasil melewati tembok tersebut, mereka sesampainya di gelanggang memanfaatkan pos nomor 2 di bagian belakang yang tidak pernah dijaga. Dari pos ini mereka melompat dan lari.

’’Itu memang tidak ditempati karena minimnya petugas yang ada,'' katanya.(ali)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Tahanan Polres Kaur yang Kabur Terpaksa Dihadiahi Timah Panas


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler