jpnn.com - HANGZHOU - Presiden Amerika Serikat Barack Obama akhirnya bertemu langsung dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, sejak pemerintahan Turki mengalami percobaan kudeta Juli lalu.
Dua pemimpin tersebut berjumpa di di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Hangzhou, Tiongkok, kemarin (4/9). Dalam pert
emuan tersebut, Obama menegaskan komitmen AS untuk membawa dalang kudeta ke pengadilan.
BACA JUGA: Jokowi ke Tiongkok, Peluang Investasi di Indonesia Terbuka Luas
"Departemen kehakiman dan tim keamanan nasional kami akan terus bekerja sama dengan otoritas Turki untuk merumuskan cara tentang bagaimana kami akan memastikan bahwa mereka yang melakukan tindakan (kudeta) itu diadili,” ujar Obama.
Fethullah Gulen, adalah sosok yang dituding Turki sebagai dalang di balik kudeta. Tokoh yang memiliki banyak pengikut itu tinggal di Pennsylvania, AS. Turki sudah berulang-ulang meminta AS agar mengekstradisi Gulen. Namun, AS tidak mau. Pemerintah AS selama ini meminta Turki menyerahkan bukti-bukti keterlibatan Gulen lebih dulu.
BACA JUGA: Jokowi Ingatkan Negara G20 Hindari Kebijakan Ini
Sejak usaha menggulingkan pemerintahannya gagal, Erdogan mengambil langkah tegas untuk kembali menggenggam kekuasaan. Salah satu caranya, menangkap ribuan orang yang terlibat dengan Gulen. Langkah tersebut memantik kritik dari berbagai penjuru. Mulai pengamat HAM hingga beberapa pejabat AS.
Erdogan menegaskan bahwa pemerintah Turki saat ini tengah mempersiapkan berbagai bukti keterlibatan Gulen. Bukti-bukti tersebut akan diserahkan kepada pemerintah AS. Selain itu, dalam waktu dekat mereka mengirimkan menteri dalam negeri dan menteri kehakiman ke AS.
BACA JUGA: Jokowi Dapat Kehormatan jadi Pembicara di KTT G20
Dalam pertemuan G20 tersebut, Erdogan mendesak Obama untuk mengekstradisi Gulen. Tidak diketahui apakah komentar Obama di atas berarti AS siap menyerahkan Gulen ke Turki. Atau, itu hanyalah cara untuk mengulur-ulur waktu dan menolak permintaan Turki. Sebab, menolak secara langsung bakal memperburuk hubungan kedua negara.
Negeri Paman Sam juga tidak bisa begitu saja mengabaikan permintaan Turki. Sebab, Turki berperan penting dalam perang melawan teroris ISIS di Irak dan Syria. Meski, keduanya sering bentrok di lapangan. Pasalnya, Turki menyerang pasukan pemberontak Kurdi, sedangkan AS malah mendukung sebagai salah satu ujung tombak melawan ISIS.
Sampai kemarin, Turki tetap menyerang basis pasukan Kurdi di Syria. Mereka bahkan mengirimkan tambahan tank-tank dan pasukan tempur ke Syria untuk menghancurkan pasukan Kurdi. (afp/cnn/sha/c10/sof/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Paus Resmi Nobatkan Bunda Teresa sebagai Orang Suci
Redaktur : Tim Redaksi