WASHINGTON DC - Setelah sebuah surat berisi bubuk beracun ditujukan kepada anggota Senator Roger Wicker, kini ditemukan surat serupa yang dialamatkan kepada Presiden AS Barack Obama. Untungnya, surat mencurigakan ini berhasil dicegat Secret Service dan berhasil diidentifikasi di fasilitas terpencil tempat penyaringan berbagai dokumen untuk Gedung Putih.
Surat berisi risin mematikan untuk Obama itu diterima pada 16 April, atau pada hari yang sama saat surat serupa ditujukan ke Senator Wicker. Sumber di Gedung Putih menyatakan, surat bagi Obama tersebut telah diuji dan positif mengandung risin.
"Kami melindungi presiden AS dan keluarganya, dan bekerjasama dengan Kepolisian Capitol AS dan Biro Investigasi Federal (FBI) untuk melacak asal-usul surat itu," ujar seorang juru bicara Secret Service kepada BBC, Rabu (17/4).
Risin dikenal sebagai zat bioteroris. Sebagai gambaran, 500 mikrogram (1 mikrogram = satu per sejuta gram) risin atau hanya sebesar ujung jarim saja sangat mematikan bagi manusia. Kemampuan inilah yang membuat risin menjadi zat bioteroris yang ditakuti.
Namun di sisi lain, kemampuan potensialnya membunuh sel menjadi harapan bagi pengembangan teknik penyembuhan penyakit. Walaupun risin termasuk ke dalam kelompok protein, dia berbeda dengan protein kebanyakan, karena risin adalah protein beracun. Daya racunnya sanggup membunuh manusia, hewan, dan serangga dalam beberapa jam saja. Ini menjadikan risin sebagai sumber yang potensial untuk pembuatan senjata biologis.
Menurut chemistry.org, zat ini pertama kali ditemukan oleh Stillmark pada 1888 ketika sedang melakukan uji coba ekstrak biji kastroli (castrol bean) pada sel darah merah. Hasil uji coba saat itu menunjukkan ekstrak biji tersebut sanggup menggumpalkan sel darah merah.
Risin yang diekstrak dari biji jarak, 1.000 kali lebih beracun dari sianida. Hal ini dapat berakibat fatal ketika dihirup, ditelan atau disuntikkan, meskipun ada kemungkinan untuk pulih dari paparan.(Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kerja Keras Hilangkan Paku dan Peluru dari Tubuh Korban Bom Boston
Redaktur : Tim Redaksi