Obama Nilai Reformasi Myanmar Mundur

Jumat, 14 November 2014 – 10:08 WIB
Presiden AS Barack Obama bertemu dengan Presiden Myanmar Thein Sein, kemarin (13/11). Foto: MANDEL NGAN / AFP

jpnn.com - NAYPYIDAW - Setelah menuntaskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Kota Beijing, Tiongkok, agenda internasional para pemimpin dunia berlanjut di Myanmar. Kemarin (13/11) Presiden Thein Sein menyambut kehadiran para presiden negara peserta Asia Timur (EAS) di ibu kota, Naypyidaw.

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menjadi salah satu tamu yang sengaja datang ke Myanmar lebih awal. Pada Rabu malam (12/11) pemimpin 53 tahun itu tiba di negara yang oleh publik Negeri Paman Sam dikenal sebagai Burma tersebut. Sebelum bertemu Thein Sein tadi malam waktu setempat, Obama lebih dulu membocorkan topik pertemuannya kepada media Myanmar.

BACA JUGA: Mengira Dinikahkan dengan Cowok Ganteng, Rupanya dengan Buyut 90 Tahun

The Irawady, majalah berita Myanmar, menyebut reformasi politik dan isu HAM sebagai dua topik penting yang diusung Obama. Dalam wawancara dengan versi online media tersebut, presiden kelahiran Hawaii itu menegaskan bahwa pemerintahan Thein Sein sedang mengalami kemunduran reformasi. Maka, dia memperingatkan presiden yang merupakan pensiunan jenderal tersebut agar tetap berada di jalur reformasi.

"Meski sudah terlihat ada kemajuan di bidang politik dan ekonomi, reformasi (Myanmar) justru menimbulkan perlambatan dan kemunduran pada beberapa bidang yang lain," ungkap Obama.

BACA JUGA: Aktivitas Militer Rusia Meningkat, Ukraina Siap Perang

Dia lantas menyebut kebebasan berekspresi sebagai salah satu bidang yang mengalami kemunduran. Selain itu, isu HAM dan kekerasan sektarian masih jalan di tempat.

"Burma masih harus melewati proses yang panjang untuk dapat mewujudkan cita-cita reformasi," tandas Obama.
Karena itu, dia berharap Thein Sein bisa mempertahankan ritme reformasi yang telah dimulainya sejak menjabat presiden pada 2011. Tanpa kegigihan dan ketekunan, dia khawatir Myanmar akan kembali terjebak dalam perangkap junta militer yang otoriter.

BACA JUGA: Bos PLN Mabuk, Listrik Kota Mati

"Salah satu pesan penting yang akan saya sampaikan dalam kunjungan ini adalah bahwa pemerintah Burma bertanggung jawab penuh untuk mewujudkan dan menjamin keamanan serta keberadaan seluruh rakyat," beber Obama.

Dia menambahkan bahwa HAM dan kebebasan berekspresi merupakan hak dasar rakyat yang harus dihormati dan dihargai.

Kemarin Ben Rhodes menyatakan, Obama akan menempatkan dirinya sebagai wakil kelompok minoritas Rohingnya saat berdialog dengan Thein Sein.

"Dalam lawatan presiden kali ini, beliau khususkan untuk kaum Rohingya," tegas wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih tersebut.

Saat ini masih ada sekitar 140.000 kaum Rohingya yang telantar pasca kekerasan sektarian dua tahun lalu. Selain Thein Sein, Obama bertemu Aung San Suu Kyi dalam lawatannya kali ini. Hari ini Obama dan Suu Kyi menggelar konferensi pers gabungan tentang pertemuan mereka. Sebelumnya, Suu Kyi sudah memperingatkan Obama agar tidak terlalu berharap pada reformasi Myanmar. Demokrasi Myanmar, menurut dia, masih jauh dari definisi demokrasi pada umumnya.

Rabu lalu Myanmar menjadi tuan rumah KTT ASEAN. Kemarin negara-negara anggota ASEAN bergabung dengan AS, Jepang, Tiongkok, India, Australia, Tiongkok, Rusia, Korea Selatan (Korsel), dan Selandia Baru dalam KTT EAS. Rangkaian pertemuan itu bakal berlanjut ke Australia pada hari ini dalam KTT G-20. (AP/AFP/hep/c20/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jam Termahal, Laku Dilelang Rp 260 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler