jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah memastikan ketersediaan obat COVID-19 aman setidaknya hingga Desember 2020.
"Untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan obat hingga Desember 2020, pemerintah sedang melakukan pengadaan obat penanganan COVID-19," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (3/11).
BACA JUGA: Geber Pelacakan Covid-19, Satgas & Kemenkes Luncurkan Program Penguatan Tracing
Hal tersebut dilakukan untuk terus meningkatkan penanganan COVID-19 di Indonesia, selain terus meningkatkan kedisiplinan pelaksanaan protokol kesehatan di seluruh lapisan masyarakat.
"Pemerintah juga telah mempersiapkan kondisi laboratorium dan ketersediaan reagen. Saat ini pemerintah telah menyiagakan 422 laboratorium pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dan TCM (Tes Cepat Molekuler) se-Indonesia," tambah Wiku.
BACA JUGA: Cegah Penyebaran Covid-19, Siswa SMKN Bansari Bikin Puluhan Alat Cuci Tangan Otomatis
BACA JUGA: Menjaga Jarak jadi Tantangan Terbesar 3M, Itu Satu Paket
Metode PCR dilakukan oleh petugas kesehatan dengan menyeka bagian hidung atau belakang tenggorokan untuk mengambil contoh cairan dari saluran pernapasan bawah.
Sedangkan pemeriksaan TCM, menggunakan antigen, yaitu mengambil dahak dengan amplifikasi asam nukleat berbasis 'cartridge'.
Tes ini akan mengidentifikasi RNA pada virus corona pada mesin yang menggunakan 'cartridge' khusus yang bisa mendeteksi virus corona.
"Pemerintah telah mempersiapkan stok 'reagen' PCR untuk 795.000 spesimen dan 'reagen' RNA sebanyak 686.000 spesimen," kata Wiku.
Penyediaan obat untuk penanganan COVID-19 itu mengacu pada protokol tata laksana COVID-19.
"Sebagian besar obat tersebut telah diproduksi oleh industri farmasi nasional dan bahan bakunya telah masuk ke Indonesia sejak awal April 2020. Per 31 Oktober 2020, obat sudah didistribusikan ke 34 dinas kesehatan provinsi dan 779 rumah sakit," kata Wiku.
Meski sudah siap dengan obat-obatan, Wiku mengakui terjadi tren penurunan testing setiap akhir pekan maupun saat libur panjang seperti pada 28 Oktober-1 November 2020.
"ini merupakan salah satu tantangan yang sedang kami coba selesaikan. Ingat, bahwa virus ini ini tidak pernah libur, sehingga hari libur bisa diantisipasi ke depannya, misalnya melalui operasional laboratorium, penambahan 'shift' kerja laboratorium, dengan pertimbangan insentif yang memadai," kata Wiku.
Satgas, menurut Wiku, juga terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas laboratorium dan fasilitas pendukung lainnya seperti 'reagen'.
"Namun, terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti wilayah testing yang tersebar luas, jumlah masyarakat yang harus di-testing. Oleh karena itu, kami meminta peran aktif dari masyarakat dalam mendukung upaya testing yang dilakukan oleh pemerintah," kata Wiku. (ant/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi