jpnn.com - SURABAYA – Sudah seharusnya dokter atau tenaga kesehatan dapat bersinergi memberikan pengobatan yang terbaik kepada pasien. Pengobatan yang baik tidak hanya memakai cara konvensional melalui obat kimia. Pengobatan alternatif pun bisa menjadi komplementer (pelengkap) obat dari dokter tersebut.
Itu diungkapkan Prof Dr Boediwarsono SpPD KHOM PGD Pall Med (ECU) Finasim di salah satu laboratorium di Jalan Bogowonto. Menurut dia, perkembangan dunia pengobatan saat ini tidak menjadikan obat-obatan dari dokter sebagai patokan utama.
BACA JUGA: Senam Bareng Anak Bikin Hubungan Makin Erat
Pasien saat ini malah butuh pelengkap untuk menunjang dan mempercepat proses kesembuhan. Karena itu, Boediwarsono menyarankan para dokter untuk lebih terbuka memberikan pengobatan terbaik bagi pasien. Salah satu caranya adalahcomplementary and alternative medicine (CAM). ’’Itu adalah diagnosis pencegahan dan pengobatan yang dilakukan di luar atau bersamaan dengan terapi konvensional,’’ katanya.
Misalnya, penderita kanker. Selain menjalani kemoterapi, mereka bisa mengonsumsi ramuan herbal yang telah teruji. Fungsinya, meningkatkan stamina yang drop setelah kemoterapi.
BACA JUGA: Rahim Miring Pengaruhi Kehidupan Seks?
Boediwarsono mengungkapkan, CAM sejatinya diminati penderita kanker sejak sekitar 15 tahun lalu. Bahkan, makin hari makin banyak pasien yang menggunakan CAM. ’’Jumlahnya mencapai 33–36 persen dari seluruh pasien kanker,’’ ujarnya.
Yang jelas, saran Boedi, pasien bisa memilih berbagai jenis pengobatan CAM yang telah teruji. Di antaranya, terapi diet, herbal, tulang rawan ikan hiu, hipnoterapi, terapi spiritual, akupunktur, dan terapi ozon.
BACA JUGA: Vitamin D Tingkatkan Ketahanan Pasien Kanker
Bila ingin menerapkan pengobatan CAM, para dokter harus punya prinsip kedokteran modern. ’’Yakni, menganggap manusia bukan mesin. Merawat secara holistic(menyeluruh, Red), mulai bio-psiko-sosio-spiritual,’’ ungkapnya.
Saat ini memang masih banyak dokter yang beranggapan miring tentang CAM. Umumnya pemahaman para dokter itu memang masih kurang sehingga beranggapan bahwa CAM tidak teruji dan tidak aman digunakan pasien. ’’Padahal, sudah banyak CAM yang telah diteliti. Izinnya juga ada,’’ jelas Boediwarsono.
Meski demikian, kalau ingin menjalani CAM, sebaiknya pasien tetap berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan jenis pengobatan pendamping. Dokter pun dapat mendukung dan mengawasi pasien agar pemakaian obat pendamping dan alternatif itu tidak berlebihan. (bir/c14/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Keepfix Bertahan di Tengah Memudarnya Pamor Fixie
Redaktur : Tim Redaksi