jpnn.com - Jerawat bisa muncul dalam kondisi apa saja, termasuk saat hamil, yang merupakan masalah kulit yang sering dikeluhkan ibu hamil. Tak hanya di wajah, bahkan jerawat juga bisa tumbuh di dada atau punggung akibat meningkatnya aktivitas kelenjar.
Lalu adakah cara aman untuk mengobatinya?
BACA JUGA: Kebanyakan Konsumsi Makanan Gluten Picu Jerawat, Benarkah?
Menurut dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter, meskipun sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi, tetapi kondisi kulit berjerawat bisa mengganggu dan memengaruhi kondisi psikis ibu hamil.
"Jerawat dalam kehamilan sering kali muncul trimester pertama. Penyebabnya adalah pengaruh perubahan hormon pada ibu hamil, sehingga terjadi peningkatan produksi minyak di kulit. Akibatnya, kulit jadi lebih mudah berjerawat,” kata dr. Karin menjelaskan.
BACA JUGA: Terancam 5 Tahun Penjara, Ibu Hamil Ini Tetap Pamer Senyum dalam Sidang
Hormon yang menyebabkan munculnya jerawat adalah testosteron dan androstenedion, yang termasuk dalam kelompok hormon yang disebut androgen. Jika kadar hormon-hormon tersebut tinggi, bisa terjadi sindrom ovarium polikistik atau (polycystic ovary syndrome atau PCOS), infertilitas, dan tentunya jerawat.
Ketahui bahan aktif obat jerawat yang perlu dihindari saat hamil
BACA JUGA: 7 Penyebab Umum Keguguran pada Ibu Hamil
Penggunaan obat jerawat diharapkan mampu memperbaiki kondisi kulit yang disebabkan oleh jerawat. Kata dr. Devia Irine Putri, dari KlikDokter, salah satu bahan aktif yang populer untuk mengatasi jerawat adalah retinoid. Namun, bahan aktif tersebut tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
“Retinoid bersifat teratogen, yaitu kondisi atau agen yang secara potensial membahayakan organisme prenatal. Penggunaannya bisa menyebabkan berbagai masalah seperti hidrosefalus, kecacatan pada daerah kepala dan wajah janin, kecacatan pada organ jantung, hingga kematian janin,” dr. Devia mengungkapkan.
Selain itu, waspadai juga benzoil peroksida dan asam salisilat yang juga sering ditemukan dalam produk untuk kulit berjerawat.
Berdasarkan American College of Obstetrics and Gynecologist, penggunaan kedua zat tersebut masih dalam batas aman bagi wanita hamil asalkan digunakan dengan pengawasan ketat dokter.
“Namun, Anda juga perlu tahu efek sampingnya, yaitu meningkatnya risiko perdarahan otak pada janin,” tambah dr. Devia.(klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy