Obesitas Picu Gagal Jantung, Lebih Mematikan daripada Kanker

Minggu, 09 Mei 2021 – 23:37 WIB
dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP. FIHA, gagal jantung merupakan komplikasi dari penyakit jantung dan sifatnya lebih mematikan dibandingkan Cancer. Foto tangkapan layar zoom

jpnn.com, JAKARTA - Peringatan bagi orang yang memiliki berat badan melebihi batas normal atau obesitas. Pasalnya, obesitas menjadi salah satu pemicu gagal ginjal.

Menurut dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP. FIHA, gagal jantung merupakan komplikasi dari penyakit jantung. Itu sebabnya setiap tanggal 10-16 Mei diperingati sebagai pekan peduli gagal jantung internasional sehingga ini menunjukkan pentingnya gagal jantung. 

BACA JUGA: Cegah Serangan Jantung saat Olahraga, Begini Caranya

"Gagal jantung merupakan komplikasi akhir dari semua jenis penyakit jantung. Baik itu penyakit jantung koroner, katub," kata dokter Paskah dalam Online Health Talk yang dirangkaikan dengan Grand Launching Klinik Gagal Jantung Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Sabtu (8/5).

Dia mengatakan perjalanan penyakit gagal jantung seperti cancer. Namun, ini tidak diketahui masyarakat awam. Padahal jumlah kasus gagal jantung sangat banyak. 

BACA JUGA: Waspada, Ini 3 Tanda Ada Masalah Pada Jantung Anda

Berdasarkan publikasi paper international, lanjutnya, di Indonesia sekitar 4-5 persen penduduk Indonesia saat ini memiliki prevalensi gagal jantung.

"Katakanlah Indonesia penduduknya 300 juta, maka sekitar 15 juta menderita gagal jantung saat ini," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Siloam Hospitals Kebon Jeruk ini.

BACA JUGA: Saran Penting dari Dokter Eka untuk Penderita Penyakit Jantung

Dokter Paskah melanjutkan, paper international juga menyebutkan, 2 persen penduduk usia di bawah 60 tahun memiliki kans menderita gagal jantung dengan segala penyebabnya.

Angka ini melonjak di atas 10 persen pada mereka yang usianya di atas 70 tahun. "Data penelitian di tempat kami yang saya kumpulkan sejak 2020, sepertiga pasien gagal jantung yang kami rawat di Siloam Hospitals Kebon Jeruk usia di atas 75 tahun," ungkapnya. 

Menariknya, kata dokter Paskah, para pasien yang dirawat tersebut ternyata memiliki obesitas atau kegemukan. "Jadi ada keterkaitan antara obesitas dengan gagal jantung," sebutnya. 

Hal yang paling memprihatinkan, tambah dokter Paskah, harapan hidup pasien penyakit gagal jantung ini sangat minim. Kasus kematian akibat gagal jantung lebih tinggi dibandingkan cancer. 

Hanya jenis cancer tertentu seperti cancer paru-paru, indung telur atau ovarium, pankreas yang angka kematiannya lebih tinggi daripada gagal jantung. 

"Cancer lainnya angka kematiannya lebih rendah dibandingkan gagal jantung terutama sudah stadium lanjut," ucapnya. 

Dia menambahkan masalah utama yang dihadapi dunia kesehatan di Indonesia ialah belum memiliki terapi utama gagal jantung.

Obat-obatan sudah sangat banyak tetapi terapi utama gagal jantung lanjut sebenarnya adalah transplantasi jantung. Kini sedikit bergeser ke mesin pompa yang ditanamkan ke dalam jantung sebagai satu-satunya opsi menangani kasus gagal jantung lanjut. 

"Namun sayangnya kita belum program tersebut di Indonesia," ujarnya.

Dia membandingkan dengan Singapura yang sudah melakukan transplantasi jantung sejak 1990-an. "Jadi sudah cukup lama kita ketinggalan. Itu sebabnya kami siapkan pelayanan baru yakni klinik gagal jantung untuk membantu para pasien jantung," tandasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler