jpnn.com - Aktris watak Atiqah Hasiholan mampu membuktikan bahwa nama besar orang tua bukan lah segala-galanya. Dia sadar, bahwa menjadi seorang aktris yang sesungguhnya itu berasal dari kemauan dan niat untuk belajar terus menerus. Nama besar orang tua hanyalah sebagai pelengkap kesuksesan.
AHMAD S. HAMID, Jakarta
BACA JUGA: Terlihat Lebih Gendut, Bella Saphira Hamil?
PUTRI aktivis perempuan Ratna Sarumpaet itu mengaku sejak awal ingin muncul sebagai artis karena talentanya. Itu sebabnya, dia tidak semata mengejar popularitas, melainkan lebih kepada mengasah kemampuan akting dalam teater dan film yang ceritanya berkarakter. Istri aktor Rio Dewanto itu tidak ragu untuk bermain sebagai siapa pun, meski bukan sebagai pemeran utama.
Asalkan, peran tersebut menantang dan punya alur cerita yang kuat. Sebab menurut wanita berusia 32 tahun itu, peran dalam sebuah film adalah ’’guru’’ yang sesungguhnya. Melalui kisah-kisah yang difilmkan, artis kelahiran 3 Januari 1982 itu pelan- pelan berusaha mengubah dirinya menjadi manusia yang lebih baik. Terakhir, wanita ini bermain dalam film berjudul 3 Nafas Likas.
BACA JUGA: Sophia Mueller Masuk Islam Bukan karena Ariel Noah
Salah satu sosok yang menginspirasi dirinya dalam film itu, tidak lain adalah Likas, istri pejuang Sumatera Utara, Djamin Ginting yang menjadi sentra dan tokoh utama yang dia perankan. ’’Dari kehidupan yang dijalani Ibu Likas, saya belajar bagaimana tidak menjadi egois dan abai terhadap orangorang yang kita cintai,” kata Ati qah, saat syukuran produksi film 3 Nafas Likas di Jakarta, belum lama ini.
Kisah Likas difilmkan oleh sutradara Rako Prijanto. Atiqah berperan sebagai Likas. Film mengambil setting waktu 1930-2000 Atiqah mengatakan, Likas adalah sosok perempuan Batak Karo yang mendobrak tatanan adat yang ada. Menurut adat di masa lalu, peran perempuan banyak terpinggirkan, tetapi Likas justru bergerak meneruskan cita-cita tiga pria yang dicintainya, yaitu ayah, kakak, dan suaminya.
BACA JUGA: Pernikahan Kim Kardashian Dipercepat?
Hidupnya sukses sebagai pengusaha karena dia menjalankan amanat ketiganya. ’’Terkadang, kita egois menjalankan keinginan kita sendiri dan mengubur cita-cita orang lain yang sudah mati,’’ ulasnya. Ibu Likas hingga sekarang masih hidup. Adapun Djamin Ginting, pejuang yang menentang pendudukan Belanda di Batak Karo, meninggal di usia 55 tahun Memerankan Likas, Atiqah merasa sebagai bintang baru meski dia sebelumnya sudah membintangi banyak film.
Dia harus banyak belajar tentang sosial-budaya masyarakat Batak Karo dari tahun 1930-an hingga 2000- an. Pemain teater dari Satu Merah Panggung itu belajar bagaimana logat berbicara, bagaimana alam pikir mereka dari masa ke masa, dan lainlain. ’’Perempuan Karo beda banget. Secara budaya dan dialog, mereka sangat berbeda dengan Melayu.
Saya belajar sesuatu yang baru,’’ akunya. Tak heran, sebagai pribadi yang ’’haus’’ belajar, wanita yang menikah di Pulau Kelor itu tidak malu untuk mengambil kelas akting. Di sela kesibukannya, wanita cantik yang sering main dalam FTV itu masih ikut kelas akting asuhan Slamet Rahardjo demi meningkatkan kemampuan.
’’Kalau misalnya lagi nggak ada kerjaan, proyek syuting, aku ikut kursus akting. Di Jakarta ini ada lah beberapa kelas akting. Kemarin aku ikut sama Mas Slamet Rahardjo. Karena bagi aku belajar membuatku semakin baik,’’ ucapnya serius. Bahkan seringkali, sebelum syuting dimulai, dia melakukan observasi secara mandiri untuk menyelami karakternya dalam sebuah film. (indopos.co.id)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mualaf, Sophia Mueller Panjatkan Doa Diberi Kemudahan
Redaktur : Tim Redaksi