Ogah Presiden 3 Periode, Letkol Baret Merah Gerakkan Kudeta

Senin, 06 September 2021 – 22:38 WIB
Komandan Pasukan Khusus Guinea Letkol Mamady Doumbouya dalam jumpa pers usai mengambil alih kekuasaan dari Presiden Alpha Conde. Foto: Aljazeera

jpnn.com, CONAKRY - Salah satu unsur militer di Guinea mengambil alih kekuasaan dari Presiden Alpha Conde, Minggu (5/9). Pelaku kudeta itu ialah pasukan khusus Guinea di bawah komando Letkol Mamady Doumbouya.

Begitu memegang komando pemerintahan, Mamady langsung mengeluarkan perintah kepada para anggota kabinet untuk berkumpul. "Setiap penolakan untuk hadir akan dianggap sebagai pemberontakan," katanya.

BACA JUGA: Kudeta

Suara tembakan berkumandang di Distrik Kaloum di Conakry yang menjadi ibu kota Guinea saat Mamady dan anak buahnya  menyasar Presiden Conde.

Di distrik itulah pasukan khusus Guinea terlibat bentrok bersenjata dengan tentara pendukung presiden yang telah berkuasa sejak Desember 2010 tersebut.

BACA JUGA: Rakyat Guinea Samakan Presiden Baru dengan Obama

Namun, aktivitas warga negeri di sisi barat Afrika itu tampak sudah normal. Pertokoan di Conakry tetap buka dan lampu lalu lintas juga beroperasi seperti biasa.

Sebuah video yang beredar memperlihatkan Presiden Conde yang baru saja dipereteli tampak kusut terduduk di sofa. Tokoh berusia 83 tahun itu terlihat enggan menjawab pertanyaan dari tentara di depannya.

BACA JUGA: Inggris Minta Ada Dosis Vaksin Baru untuk Varian Covid-19 Ganas dari Afrika Selatan

Letkol Mamady merupakan mantan perwira legiun asing Prancis. Menurutnya, pemerintahan Presiden Conde telah melakukan salah urus terhadap negerinya.

“Guinea itu cantik. Kami tidak perlu memerkosa Guinea lagi, kami hanya perlu bercinta dengannya,” ujar Mamady Doumbouya.

Tentara berbaret merah itu juga menjanjikan demokrasi kepada rakyat Guinea. “Kami tidak akan terus memercayakan politik kepada satu orang, kami akan memercayakan politik kepada rakyat,” kata Mamady.

Pria berusia 41 tahun itu menyatakan Alpha Conde bersamanya. "Dia di tempat aman," katanya.

Sebelumnya, Conde kembali terpilih untuk periode ketiga kepresidenannya pada pemilu kontroversial tahun lalu. Hasil pemilu itu pun memicu protes luas di kalangan rakyat Guinea.

Anggota pasukan khusus Guinea menyatakan pengambilalihan kekuasaan itu bukanlah kudeta militer. “Kami di sini untuk membebaskan rakyat,” ujarnya.(BBC/Aljazeera/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wai Moe Niang, Pemuda Muslim Penentang Kudeta Ditangkap Militer Myanmar


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler