jpnn.com, PARIS - Prancis dan Jerman menghentikan semua penjualan senjata serta perlengkapan militer lainnya ke Turki. Langkah ini diambil untuk memaksa Turki mengakhiri agresi militernya di Suriah.
Pemerintah Prancis dengan tegas mengatakan tidak mau senjatanya dipakai untuk membunuh warga Kurdi di Suriah bagian utara.
BACA JUGA: Turki Serbu Suriah, ISIS Mulai Siapkan Kebangkitan
"Dengan mengharapkan berakhirnya ofensif ini, Perancis telah memutuskan untuk menangguhkan semua rencana untuk mengekspor senjata ke Turki yang dapat digunakan dalam ofensif ini," begitu bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis, Minggu (13/10).
Penangguhan penjualan senjata terjadi ketika para menteri Uni Eropa bersiap untuk bertemu di Luxembourg minggu depan. Pertemuan tersebut akan membahas respons bersama terhadap kampanye militer Turki.
BACA JUGA: Iran Sesumbar Bisa Menyatukan Turki, Suriah dan Kurdi
Sebelumnya, Jerman telah lebih dulu melakukan langkah tersebut. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Mass mengumumkan penghentian ekspor pada Sabtu (12/10). Selain itu, Belanda dan Norwegia juga telah membekukan penjualan senjata mereka ke Turki sebagai bentuk protes.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves le Drian dalam sebuah pernyataan bersama dengan rekan-rekannya dari Belgia, Estonia, Jerman, Polandia, dan Inggris, telah meminta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menghentikan operasi militer tersebut.
BACA JUGA: Aksi Militer Turki di Suriah Berpotensi Buka Pintu Bagi Kebangkitan ISIS
"Permusuhan bersenjata akan semakin merusak stabilitas seluruh wilayah, memperburuk penderitaan warga sipil dan memicu perpindahan lebih lanjut, yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah pengungsi," begitu bunyi pernyataan bersama tersebut, seperti dimuat Russia Today. (rmol/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil