Oknum Perwira Polisi Pengkhianat Bangsa, Reza Sebut Motif Kerakusan

Senin, 26 Oktober 2020 – 09:59 WIB
Reza Indragiri Amriel. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel tergelitik untuk mengomentari keterlibatan oknum polisi Kompol Imam Zaidi Zaid alias IZ, dalam kasus peredaran narkoba di Provinsi Riau.

Bila bicara tentang pengguna atau pengedar bahkan bandar, kata Reza, itu tidak bisa dilepaskan dari sisi psikologi hingga motif ekonomi.

BACA JUGA: Kompol Imam Zaidi Bikin Malu Polri, Pantas Irjen Agung Menyebutnya Pengkhianat

"Kalau dua yang terakhir, tampaknya motifnya adalah semata-mata ekonomi. Kerakusan, keinginan memperkaya diri sendiri lewat cara jahat," ucap Reza kepada jpnn.com, Senin (26/10).

Namun untuk penyalahgunaan, walaupun tetap tidak bisa dibenarkan dan pelakunya harus dihukum, ada sisi psikologis yang sudah banyak diungkap lewat studi.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Rizal Ramli Ungkap Sepak Terjang Jokowi Dulu, Fadli Zon Angkat Suara, Ganjar Buka Harga

Studi itu menurut pakar yang menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi UGM ini, salah satunya berkaitan dengan beban kerja.

"Bekerja sebagai polisi sama artinya dengan menggeluti bidang yang amat berat. Apalagi reskrim," ucap pakar asal Rengat, Indragiri Hulu, Riau ini.

BACA JUGA: Edy Rahmayadi: Cari Orangnya Itu, Saya Pengin Tahu Siapa Pemiliknya

Pekerjaan itu menjadi berat karena adanya tuntutan organisasi, beban kasus, tekanan masyarakat, intervensi politik, kejahatan yang semakin kompleks, masalah pribadi. Tapi stamina terbatas.

Di sisi lain, kesehatan jiwa juga rentan terganggu. "Padahal, tugas-tugas harus dituntaskan dalam waktu yang juga terbatas," sambung pengajar di PTIK ini.

Lantas apa apa barang yang bisa mendongkrak stamina dalam tempo cepat dan memperbaiki suasana hati? Jawabannya menurut Reza adalah narkoba.

"Jadi ironis memang, polisi bisa saja melarikan diri ke narkoba justru agar bisa menyelesaikan tugas dan menyesuaikan diri dengan segala kompleksitas tadi," ucap peraih gelar MCrim (Forpsych, master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne ini.

Pada sisi itu, kata Reza, muncul keinsafan tentang pentingnya penataan tugas dan perhatian terhadap kesehatan personel.

Faktor ini menurut Reza, jelas tidak bisa dipenuhi oleh personel sendiri. Harus ada peran organisasi secara keseluruhan.

Dia kemudian menyodorkan pertanyaan, mana yang lebih banyak; polisi pakai narkoba atau polisi jual narkoba? Menurutnya, masalah ini tergantung pada wilayah dan waktu.

"Namun ada satu studi yang menemukan kasus polisi jual narkoba ternyata lebih banyak. Ini disebut korupsi polisi yang berkaitan dengan narkoba (drug-related corruption)," ungkap Reza.

Terlepas dari itu, Konsultan di Lentera Anak Foundation ini menganggap pengungkapan kasus Kompol Imam Zaidi sebagai terduga pengedar narkoba, merupakan sebuah prestasi yang ditunjukkan Polri.

"Apa pun itu, dibongkar dan dieksposnya skandal ini ke publik, ditambah lagi pengungkapan kasus LGBT di lingkungan kepolisian, merupakan prestasi Polri," katanya.

Reza mengatakan bahwa Polri dalam dua skandal kakap tersebut, menepis blue curtain code, yaitu kecenderungan aparat penegak hukum untuk menutup-nutupi kesalahan atau penyimpangan oleh sejawat.

"Pengungkapan-pengungkapan hal yang sejatinya memalukan itu berpotensi menumbuhkan kepercayaan dan penghormatan publik terhadap institusi kepolisian," jelasnya.

Lebih jauh, Reza juga mendorong adanya penghitungan berapa nilai kerugian yang diakibatkan oleh skandal polisi menjadi drug dealer (atau bahkan drug trafficker).

"Penghitungan ini dibutuhkan agar kepada lembaga terpampang angka kerugian nyata yang sepatutnya dikompensasi oleh negara kepada masyarakat selaku pembayar pajak," pungkasnya.

Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi sebelumnya marah besar atas ulah anak buahnya Kompol Imam Zaidi Zaid alias IZ, yang telah membuat malu institusi Polri.

Hal itu karena Kompol Imam Zaidi ditangkap terkait peredaran narkoba jenis sabu-sabu. Barang buktinya bukan gram-graman, tetapi 16 kilogram.

Kemarahan Irjen Agung Setya Imam Effendi pun tampak dalam konferensi pers pengungkapan kasus itu di Pekanbaru, Sabtu (24/10).

Irjen Agung bahkan menganggap Kompol Imam Zaidi yang ditangkap bersama satu tersangka lain inisial HW sudah bukan anggota Polri lagi.

"Sekarang bukan (polisi) lagi. Saya berharap hakim akan memutuskan hukuman yang layak para pengkhianat bangsa ini," kata Irjen Agung.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler