jpnn.com, SURABAYA - Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Herry Siswanto mengatakan, tingkat hunian kamar atau okupansi hotel ketika Ramadan memang sepi.
Yakni, hanya 40 persen. Baik hotel bintang tiga, empat, maupun lima.
BACA JUGA: Ajak WNI di Negeri Kiwi Tebar Islam Rahmatan Lil Alamin
”Tidak lebih dari 50 persen,” ujar Herry, Minggu (20/5).
Sebelum Ramadan, tingkat okupansi atau hunian kamar bisa mencapai 70 persen.
BACA JUGA: Minoritas Sempurna
Masa low season akan kembali terkerek naik ketika Ramadan berakhir, terutama dimulai sejak sepekan setelah Lebaran.
Berbagai kegiatan akan normal. Baik aktivitas yang dilakukan korporasi maupun pemerintahan.
BACA JUGA: Ramadan Momen Tepat Melawan Ujaran Kebencian
Termasuk kegiatan yang berkaitan dengan meeting, incentive, convention and exhibition (MICE).
”Juli sudah kembali normal. Biasanya dimulai dari halalbihalal,” terang Herry.
Berbeda dengan tingkat hunian kamar hotel yang rendah, food and beverage (FnB) cukup tinggi saat Ramadan.
Hal itu terjadi karena momen buka puasa bersama yang cenderung ramai.
”FnB meningkat hanya untuk buka puasa bersama,” tutur Herry.
Peningkatan FnB, lanjut dia, bergantung pada masing-masing hotel.
Umumnya, pihak hotel memiliki ukuran tersendiri tentang peningkatan FnB. Baik persentase peningkatan maupun harga.
Beberapa hotel juga memberikan nilai lebih saat momen buka puasa bersama dengan view atau suasana yang menarik.
Selain itu, beragam promo harga dihadirkan untuk menarik minat masyarakat. (puj/c6/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sandiaga Mau ke Brebes demi Cari Info soal Brambang
Redaktur & Reporter : Ragil