Okwi Food dan BRIN Teken MoU untuk Dorong Ekspor Produk Kuliner Indonesia

Minggu, 23 Januari 2022 – 16:37 WIB
CEO Okwi Food Ahmad Dwiyanto (ketiga kanan) didampingi Direktur Okwi Food Okta Yudhi Kusuma (kedua kanan) dengan Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito.(kedua kiri) didampingi Plt Direktur Alih dan Sistem Audit Teknologi Arwanto menandatangani MoU Alih Fungsi Lisensi Produk Okwi Food dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk majukan UMKM dan sukseskan Indonesia Spice Up To The World. Foto: Okwi Food

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo telah mencanangkan Indonesia Spice Up To The World (ISUTTW) yang digadang-gadang mampu menguatkan pelaku usaha kuliner Indonesia di luar negeri.

Dengan kata lain, ISTW menjadi bagian dari gastrodiplomasi untuk mengenalkan budaya kuliner Indonesia. 

BACA JUGA: BRIN dan ANRI Teken MoU Soal Kerja Sama Bidang Riset dan Inovasi

Okwi Food yang dibesut oleh anak-anak muda yang notabene berasal dari kampung di Provinsi Lampung, namun memiliki asa kuat yang kini eksis dan settle di Ibu Kota Jakarta sangat optimistis mengambil peran sebagai pihak pengembang kuliner usaha mikro kecil menengah (UMKM)

Harapannya tentu agar para pelaku bisnis UMKM bisa naik kelas dan berdaya saing global.

BACA JUGA: Lezatnya Kuliner Nusantara dalam Sajian Mi, Pencinta Bakmi Merapat

“Kami berharap Okwi Food ini bisa menjadi wadah bagi pelaku UMKM yang menginginkan untuk beranjak naik kelas dan berobsesi ingin mengekspor produk kulinernya ke luar negeri,” ujar Ahmad Dwiyanto selaku CEO Okwi Food bersama sang adik, Okta Yudhi Kusuma yang juga Direktur Okwi Food selepas penandatanganan MoU Alih Fungsi Lisensi Produk Okwi Food dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung BRIN, Jakarta, Selasa (17/1/2022).

Gayung bersambut sejalan dengan tujuan BRIN yang mempersiapkan fasilitas teknologi pengalengan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

BACA JUGA: 5 Ide Bisnis Kuliner Online yang Paling Laris, Coba Yuk!

Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Dr. Mego Pinandito menjelaskan keberadaan BRIN yang menjadi pusat riset nasional harus dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

“Saya melihat Okwi Food ini serius, karena baru tiga hari saya berikan informasi sudah langsung membuat sample pengalengannya di Yogyakarta,” kata Dr Mego Pinandito didampingi Plt Direktur Alih dan Sistem Audit Teknologi Dr Ir Arwanto.

Mego menegaskan dengan ditandatanganinya perjanjian kerja sama antara Okwi Food dan BRIN ini membawa harapan baru bagi percepatan pengembangan UMKM yang sempat lesu akibat hantaman pandemi Covid-19.

Okwi Food sendiri kini sudah memiliki 10 partner maklon pengalengan kuliner yang siap membawa Indonesia dalam gastrodiplomasi di luar negeri.

Sebagai salah satu mitra Okwi Food, Nur Cahyo sangat antusias dan memberikan apresiasi tinggi kepada BRIN yang telah memerhatikan masa depan UMKM Indonesia dengan sentuhan riset dan inovasi untuk pengembangan produk UMKM  bisa menembus dunia.

“Saya ikut maklon kuliner di Okwi Food ini karena jelas mekanismenya, sudah bekerja sama dengan BRIN dan BPOM, dan juga telah berkolaborasi dengan BNI Ekspora,” kata dia.

Dia berharap diaspora warga kita di luar negeri yang rindu dengan kuliner Indonesia bisa menikmati sajian kuliner kita tanpa harus pulang ke tanah air.

“Namun, dengan kemasan kaleng yang higienis, aman, eye cacthing, berkualitas, dan halal akan dicari, dinanti, dan disukai diadpora kita di seluruh dunia," ungkap Nur Cahyo.

Hal yang sama disampaikan Banik Yoandany, pemilik restoran Kepala Manyung Bu Fat khas Semarang ini juga melakukan hal yang sama.

Keinginan untuk berkolaborasi menjadi kebutuhan Banik dengan Manyung Bu Fat-nya yang menjadi kuliner ikon Semarang ini berharap warisan bumbu dan masakan mangut-nya dari Ibunya, bisa juga dinikmati warga dunia.

“Permintaan agar menu Kepala Manyung dan aneka ikan ini dari para pelanggan sangat banyak. Namun karena ini bumbunya mangut dan bersantan, tentunya ngga bisa tahan lama sekali pun pengiriman dalam negeri karena hanya bisa tahan 10 jam, tetapi dengan maklon ini kuliner bisa tahan hingga 1 tahun,” ujarnya.

Meskipun sepertinya mudah, ada beberapa persyaratan yang diberikan oleh BRIN dalam rangka pengalengan produk kuliner. Semua jenis kuliner yang dimaklon tidak boleh ditambahkan MSG atau penguat rasa. Selain itu juga tidak boleh diberikan pengawet tambahan.

“Dengan teknologi BRIN produk kuliner bisa awet tanpa perlu ditambahkan bahan pengawet," kata Arwanto.

Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito kembali mengajak para pelaku UMKM Indonesia untuk memanfatkan riset BRIN agar kuliner dapat dikemas dengan kaleng tanpa menggunakan bahan pengawet dan tidak cepat basi.

“Ini adalah salah satu keinginan BRIN sebagaimana arahan Kepala BRIN yakni agar hasil riset dan inovasi yang ada di BRIN dapat bermanfaat untuk masyarakat dalam berbagai bentuk,” katanya.

Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan BRIN dalam bentuk paten, yakni paten pengemasan dengan kaleng yang isinya beragam. Setelah menggunakan paten pengemasan maka makanan atau kuliner akan menjadi awet tanpa menggunakan bahan pengawet apa pun.

Bahkan, lanjut Mego, hal ini berbeda dengan cara membuat bahan makanan yang hanya cukup menjadi awet saja. Jika sebelumnya orang tahunya kalau makanan dalam kaleng, misalnya daging, daging saja atau ikan, ikan saja.

Namun, sekarang akan ada terobosan kuliner khas Indonesia yang sudah menjadi kuliner olahan siap saji seperti gudeg, empal gentong, mangut manyung, rawon yang berkuah serta rendang sangat mungkin untuk disajikan dalam kemasan kaleng.

Yang jelas, tegas Mego, dengan riset yang dilakukan BRIN, makanan atau kuliner khas Indonesia tidak cepat basi, tetap awet, dan tidak akan kehilangan rasa khasnya.

“Makanan sayur dan bersantan memang gampang sekali rusak. Tetapi dengan teknologi ini melalui proses pemanasan melewati suhu tertentu dengan riset yang kita miliki, nantinya akan dikalengkan dengan standarisasi yang ditentukan oleh BSN sehingga nantinya kuliner khas ini bisa dibawa dan dikirimkan kemana saja sesuai tujuan dan akan sangat praktis. Ukurannya bisa available, mau yang kecil atau besar," urainya.

Mego berharap, suatu saat di market place yang dijajakan adalah produk atau kuliner dari Indonesia dan bukan melulu dari luar negeri. Dia menilai pada saat pandemi dimana ada pembatasan aktivitas dan mobilitas orang, kuliner dari mana saja bisa mengkalengkan makanannya, yang isinya sama persis dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

“Misalnya kita Ingin makanan khas yang ada di Aceh tinggal pesan. Keaslian dari  makanan itu bisa kita rasakan seperti kita pergi ke sana. Selain itu, saya ingin produk-produk kuliner kita juga bisa dijual keluar negeri bahkan selalu dicari," ucap Mego.

Dr Mego mewakili BRIN berterima kasih kepada perusahaan yang telah memanfaatkan hasil dari BRIN untuk kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat.

"Lalu BRIN dapat apa dari sini? Tentunya BRIN akan tetus melakukan riset lagi untuk produk yang lain dengan metode lainnya. Intinya teknologi ini bisa membawa manfaat seluas-luasnya bagi kita semua," ungkap Mego.

Ahmad Dwiyanto selaku CEO Okwi Food juga mengungkapkan esensi dan kebutuhan paten tersebut sejatinya  menjadi jawaban pihaknya sebagai UMKM yang ingin mengembangkan produk lokal ke ranah nasional, bahkan internasional. 

Rempah Dunia

Kuliner Indonesia, bagaimana pun sejak dulu dikenal sebagai jalur rempah-rempah dunia. Indonesia memiliki kekayaan rempah-rempah yang berabad-abad lalu sangat digemari menjadi komoditas favorit di Eropa.

“Kita harus kembalikan kejayaan rempah-rempah Indonesia, seperti lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, vanili dan lain-lainnya,” kata Presiden Jokob Widodo dalam pencanangan Indonesia Spice Up To The World (ISUTTW) beberapa waktu lalu.

Presiden mengharapkan, rantai pasokan rempah ini ditata dengan melakukan penguatan di jalur konektivitas distribusi agar mampu meningkatkan daya saing keunggulan rempah-rempah Indonesia yang perlu terus dikenalkan ke seluruh penjuru dunia. Salah satunya dengan promosi melalui “Indonesia Space Up To The World” (ISUTTW) tersebut.

Menurut Kepala Negara, perlunya dipromosikan secara massif mengenai kelezatan dan cita rasa pangan olahan rempah-rempah  Indonesia ke seantero jagad.

Ekspor pangan olahan terutama ekspor bumbu harus terus didorong. Bumbu rendang, nasi goreng, sate, gado-gado dan bumbu-bumbu kuliner lainnya dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, yang sangat beragam dan kaya masih terus bisa dieksplor.

“Kita harus bisa memanfaatkan rantai produksi global dan melakukan berbagai inovasi produk dengan packaging dan branding yang lebih baik. Dengan melakukan perluasan pasar sehingga pangan olahan rempah-rempah Indonesia menjadi komoditi ekspor yang makin diunggulkan,” tegas Presiden Jokowi.

Untuk meningkatkan ekspor rempah dan pangan olahannya, memerlukan penetrasi di hulu hingga di hilir. Perlu juga diperkuat dari supply side maupun demand side atau aspek pasokan dan aspek kebutuhan.

“Produksi perlu ditingkatkan tapi promosi juga harus digencarkan. Dengan kekayaan dan keragaman hayati kita juga dengan kebhinekaan masakan kita. Karena itu saya mengajak para pelaku usaha untuk menggarap potensi pasar yang peluangnya masih sangat besar dan sangat luas ini,” tandas Presiden ke-7 RI ini.

Dengan memperkuat etalase kuliner Indonesia di luar negeri, Jokowi yakin akan mampu menghadirkan restoran-restoran Indonesia di luar negeri yang selalu dicari dan dinikmati. Dengan branding dan manajemen yang baik Presiden Jokowi meyakini produk pangan olahan rempah dan kuliner Indonesia makin disukai, dicari, dan digemari di panggung dunia.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler