Keputusan Chavez itu diumumkan lewat siaran televisi nasional. Menurut Chavez, dia harus menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Maduro demi mempertahankan stabilitas negara. Dia tak ingin ada kekacauan politik di Venezuela jika operasinya di Kuba nanti ternyata tidak berhasil atau jika operasi ketiga itu justru mendatangkan keburukan bagi dirinya.
Pernyataan Chavez tersebut mirip dengan sebuah pidato perpisahan. "Dalam pemeriksaan terakhir yang jauh lebih seksama, mereka (tim medis) kembali mendeteksi adanya sel kanker di bagian tubuh (Chavez) yang sama dengan sebelumnya," kata Chavez dengan suara bergetar di Istana Miraflores.
Saat itu, tim dokter meminta dia menjalani operasi. Tetapi, bapak empat anak tersebut memutuskan untuk pulang dulu ke Venezuela dan menunjuk pengganti.
Setelah menunjuk Maduro sebagai presiden pengganti selama dia menjalani operasi, Chavez langsung bertolak ke Kuba. Dia berharap operasinya tersebut akan sukses seperti dua operasi yang lalu.
Tetapi, kali ini lulusan Military Academy of Venezuela tidak seoptimistis sebelumnya. Jika beberapa waktu lalu dia yakin bisa menaklukkan kanker, Chavez mulai terlihat khawatir kemarin.
Tokoh yang suka memantik kontroversi lewat komentar pedasnya tentang Amerika Serikat (AS) itu juga mengaku terpaksa mengonsumsi obat penenang. Sebab, dia merasa sangat kesakitan pada beberapa bagian tubuhnya. Jumat lalu (7/12), dia baru kembali dari Kuba setelah menjalani pemeriksaan selama 10 hari. Kemarin dia kembali bertolak ke negara yang dipimpin Presiden Raul Castro itu.
Warga Venezuela tidak pernah tahu persis kanker apa yang menyerang Chavez. Pemerintah maupun tim dokter kepresidenan juga sama-sama bungkam soal penyakit itu.
Tetapi, sel kanker itu kali pertama terdeteksi pada bagian pinggang presiden. Kemarin Chavez mengatakan bahwa jika hidupnya ternyata berakhir di meja operasi, Maduro akan menjabat presiden sampai 2019.(AFP/AP/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 280 Tewas dan 319 Hilang Akibat Bopha
Redaktur : Tim Redaksi