Operator Besar Memonopoli di Luar Jawa, Pemain Kecil Tertantang

Minggu, 26 Juni 2016 – 18:52 WIB
Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Operator telekomunikasi skala besar telah mendominasi di luar Jawa. Kekuatan yang mengarah pada monopoli ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemain-pemain lain yang lebih kecil.

Division Head Device Planning and Management PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) Sukaca Purwakardjono, mengatakan, meski membuat sulit bersaing di luar Jawa, pemain-pemain kecil mengakui kekuatan infrastruktur dan koneksi dari operator telekomunikasi besar di luar Jawa.

BACA JUGA: Penjualan Mobil Menurun Selama Ramadan

"Kalau ada operator yang mendominasi dan bisa menjual lebih mahal, ya mungkin itu keunggulannya. Ini tantangan bagi kami untuk bisa jadi lebih bagus," tuturnya kepada wartawan, Minggu (26/6).

Diketahui, Smartfren bisa dikatakan sebagai pemain baru di industri ini di Tanah Air. Nah, isu terkait monopoli, menurut Sukaca, bisa dijadikan cambuk pelecut guna meningkatkan semangat perusahaan, khususnya dalam memperluas cakupan jaringan di luar Pulau Jawa.

BACA JUGA: Ganti Menteri Ini Agar Maluku Tak Kena Kutukan

Dikatakan, melihat situasi saat ini bahwa operator besar seperti PT Telkomsel lebih dahulu hadir, sehingga jaringan perusahaan itu dinilai wajar jika lebih kuat dibanding Smartfren. 

Sukaca mengatakan, pihaknya tengah berkeinginan menanam modal pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Tanah Air.

BACA JUGA: Awas! Tenaga Kerja Asing Memboncengi Blok Masela

Hanya saja, salah satu kendala yang dirasakan yakni masalah koneksi. Infrastruktur untuk membangun hubungan jaringan antar pulau seperti Jawa dengan Papua sangatlah mahal. 

Malah, banyak operator menggunakan jasa satelit untuk melakukan hal itu, dan tentunya dengan biaya tinggi. "Cost sangat mahal dan hanya bisa dilakukan operator besar," sambung Sukaca.

Sebelumnya, sejumlah pengamat kebijakan publik dan penggiat telekomunikasi menilai dominasi operator telekomunikasi terbesar di luar Jawa yang mengarah pada monopoli cenderung merugikan konsumen. Karena itu, dibutuhkan intervensi pemerintah berupa penurunan tarif interkoneksi yang tepat.

Menurut pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo, jika kebijakan pemerintah tidak tepat, monopoli di luar Pulau Jawa terjadi, maka yang paling dirugikan atas tindakan operator itu adalah konsumen. Operator yang dimaksud adalah PT Telkomsel, anak perusahaan PT Telkom Tbk (TLKM) yang dikenal dengan tarif selangitnya.

Memang, operator itu memiliki keunggulan jangkauan terluas di Tanah Air, dengan jaringan yang menumpang pada induk usahanya. Namun kondisi tersebut malah dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan tinggi dari masyarakat Indonesia. "KPPU harus buat fatwa karena betul konsumen tidak punya pilihan," ujar Agus.

Terpisah, pengamat telekomunikasi Heru Sutadi mengingatkan, pemerintah harus berani menurunkan tarif interkoneksi secara signifikan mengingat seluruh provider telekomunikasi di Indonesia tengah berkembang dan semakin efisien. Hanya saja, iklim berkompetisi di bidang ini seakan tak sejalan dengan perkembangan itu.

Dia mengatakan, inilah tugas pemerintah dalam menjamin adanya persaingan usaha yang sehat di dalam negeri. 

"Buah dari kompetisi kan kualitas harga yang bersaing. Dominasi di wilayah tertentu seringkali membuat operator menetapkan tarif seenaknya. Nah ini kan bukti kompetisi tak terjadi, pemerintah wajib intervensi," ujar Heru kepada wartawan. (rl/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mandiri Layani Transaksi Tunai Rp 2 Triliun per Hari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler