Opini Publik Tidak Bisa Jadi Tolak Ukur Tunggal Kinerja Menteri

Kamis, 22 April 2021 – 16:14 WIB
Rapat kabinet daring yang dipimpin langsung Presiden Jokowi. Foto: Instagram pramonoanungw

jpnn.com, JAKARTA - Sekeretaris Jenderal Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), Djayadi Hanan menilai, survei opini publik tak bisa dijadikan ukuran mutlak kinerja kementerian atau menteri yang memimpinnya. Sebab, opini publik sangat bergantung kepada informasi yang diterima masyarakat.

"Opini publik hanya salah satu cara, dan harus digabung dengan yang lain. Seperti kinerja spesifik dari tugas pokok dan fungsi kementerian, yang menilai harus memahami kierja menteri tersebut," kata Djayadi saat dihubungi, Kamis (22/4)

BACA JUGA: Isu Jokowi Me-reshuffle Menteri Inisial M, Begini Analisis Pengamat

Djayadi mengatakan salah satu cara mengevalusi kinerja menteri bisa dengan bertanya kepada publik. Ukurannya seperti dari tingkat kepuasan publik terhadap kinerja menteri.

Namun dia menekan, tak semua menteri kerap muncul di media massa dan di masyarakat. Sehingga ukuran tingkat kepuasan dari berdasarkan opini publik itu tidak bisa disimpulkan bahwa kinerjanya paling bagus.

BACA JUGA: Menteri Kena Reshuffle Tak Usah Berkecil Hati, Masih Ada Posisi

"Kalau menteri-menteri itu melakukan komunikasi publik dengan baik, apa yang dikerjakannya potensial diketahui lebih banyak oleh masyarakat," ujar Djayadi.

Djayadi mencontohkan sejumlah kementerian seperti Menteri Perindustrian atau Menteri Perdagangan yang pekerjaannya dan lingkupnya sangat teknis dan jarang muncul di media. Maka itu opini publik tak sepenuhnya menjadi ukuran kinerja kementerian.

BACA JUGA: Survei Opini Publik tentang Kinerja Menteri, Prof. Hamdi Muluk: Kita Perlu Berhati-hati

Dia menambahkan ukuran kinerja kementerian bisa diukur dari tugas pokok dan fungsinya, penilaian Presiden, ahli, pemangku kepentingan yang berhubungan dengan kinerja kementerian tersebut.

"Tapi bukan berarti penilaian opini publik itu tidak penting, cuman kalau dijadikan satunya ukurun itu yang kurang tepat," kata Djayadi. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler