Oposisi Keluhkan Tinta Antiluntur

Kamis, 02 Mei 2013 – 06:37 WIB
KUALA LUMPUR - Minggu nanti (5/5), Malaysia akan menggelar pemilihan umum (pemilu). Beberapa waktu lalu, seluruh tokoh partai mendeklarasikan sumpah untuk bermain bersih dalam pemilu kali ini.

Namun, bibit kekacauan mulai muncul pada pekan terakhir menjelang hari pencoblosan.

Kemarin (1/5), kelompok oposisi Malaysia mengeluhkan tinta yang kabarnya dirancang antiluntur. Itu karena para personel keamanan yang sudah lebih dulu menyampaikan aspirasi mereka, mengaku bisa dengan mudah menghapus tinta permanen tersebut.

Padahal, seharusnya, tinta yang menjadi tanda bahwa pemilih sudah menyampaikan suaranya itu tetap bertahan selama sepekan.

"Jelas kami merasa khawatir. Integritas proses pemilu yang sudah berjalan selama ini pun patut dipertanyakan kembali," papar politikus senior oposisi Lim Kit Siang. Dia berharap, Komisi Pemilu segera menanggapi keluhan tersebut dengan baik.

Sebab, jika memang tinta antiluntur itu mudah dihapus, peluang untuk melakukan kecurangan menjadi sangat tinggi.

"Jika Komisi Pemilu tidak mengatasi komplain ini dengan baik, maka nama baik mereka akan tercoreng dan publik tidak akan lagi percaya pada hasil penghitungan suara," urai Lim.

Kekhawatiran senada disampaikan Maria Chin Abdullah, salah seorang anggota kelompok reformasi pemilu, Bersih. Dia lantas menuding pemerintah tidak serius memperbaiki sistem pemilu seperti tuntutan publik.

Kemarin, Kamaruddin Baria, salah seorang petinggi Komisi Pemilu, mengatakan bahwa pihaknya sudah mengetahui soal tinta yang mudah dihapus tersebut. Tapi, menurut dia, masalah itu bersumber pada kesalahan pihak panitia setempat.

Sebab, mereka tidak mengocok tinta itu sebelum pemakaian. Akibatnya, ada bagian tinta yang mengendap dan hanya bagian atas saja yang terkena jari pemilih. "Pemakaian tinta seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dan, saya tidak bisa menjamin (panitia paham cara pemakaian tinta tersebut)," tandas Kamaruddin.

Tapi, dia yakin, pemilu kali ini tidak akan diwarnai kecurangan. Sebab, panitia sudah mengantongi data yang akurat. Dia memastikan tidak akan ada seorang pemilih pun yang bisa melakukan dua kali pencoblosan.

Selama ini, pemilu Malaysia selalu diwarnai kecurangan. Selain tidak transparan, Komisi Pemilu juga dianggap tidak mau bekerja. Buktinya, dalam pemilu-pemilu sebelumnya, selalu ada data pemilih yang tidak akurat.

Misalnya, warga yang sudah berusia 100 tahun lebih dan masih tercatat sebagai pemilih aktif. Pencoblosan oleh orang lain serta pembelian suara pun marak terjadi.

Lepas dari kekacauan panitia dalam mempersiapkan perhelatan akbar demokrasi tersebut, publik Malaysia tampaknya, siap untuk menghadapi perubahan. Dalam survei terakhir, dukungan untuk kelompok oposisi menguat. Tampaknya, warga Negeri Petronas itu sudah mulai jenuh dengan dominasi Front Nasional yang berkuasa dalam pemerintahan sejak 1957 silam.

"Saya rasa, sudah saatnya rezim berganti. Pemerintah yang sekarang sudah terlalu lama berkuasa dan bukan rahasia lagi jika masyarakat mulai bosan serta mengeluhkan banyak hal," kata Ng Sek San, arsitek yang tinggal di ibu kota.

Joy Gracia Liso yang baru kali ini terdaftar sebagai pemilih, sependapat dengan Ng. Menurut dia, masyarakat harus berani melakukan perubahan demi kebaikan. (AP/AFP/hep/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ancaman Hisbullah Jika Makam Cucu Nabi Hancur

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler