Oposisi Main Tangan, Pemilu Ulang Ricuh

Jumat, 27 Oktober 2017 – 07:07 WIB
Pendukung oposisi memblokade jalan di Kisumu, Kenya. Foto: Reuters

jpnn.com, KISUMU - Para pendukung oposisi bentrok dengan polisi dan petugas keamanan yang berjaga di tempat-tempat pemungutan suara dalam pemilu ulang Kenya. Gas air mata, tembakan, dan perusakan mewarnai jalannya pesta demokrasi tersebut.

Imbasnya, seorang pemuda 19 tahun tewas di Kisumu karena tertembak di bagian paha. Puluhan orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.

BACA JUGA: Ini 10 Paspor Paling Sakti di Dunia

Bentrokan yang terjadi di kantong-kantong oposisi sudah diperkirakan. Pemimpin oposisi Raila Odinga jauh hari sudah menyatakan tidak akan berpartisipasi dalam pemilu ulang tersebut.

Dia yakin tidak ada yang berubah. Semua telah diatur dan Uhuru Kenyatta tetap bakal menjadi pemenang.

BACA JUGA: Pria Ini Ingin Bikin Anak dengan Boneka Cantik

Politikus 72 tahun itu menyerukan kepada penduduk Kenya supaya tak ikut berpartisipasi dalam pemilu. Dia ingin memboikot pemilu agar kembali gagal dan tak diakui.

’’Yakinkan kawan, tetangga, dan semua orang agar tak berpartisipasi. Kami menyarankan pada penduduk Kenya yang menghargai nilai demokrasi dan keadilan untuk menggelar doa bersama atau tinggal saja di dalam rumah,’’ tegasnya.

BACA JUGA: Dilarang Selfie dan Meneriakkan Long Live The King

Para pendukung Odinga mengamini dengan tidak datang ke tempat-tempat pemungutan suara (TPS). Berbeda dengan pemilu sebelumnya, antrean orang yang memberikan hak pilih sangat sedikit. Mereka takut diserang oposisi jika sampai datang untuk memberikan suara. Ketakutan tersebut nyata.

Yvonne Mwenesi menjadi salah satu korbannya. Perempuan 21 tahun itu dipukuli setelah keluar dari TPS. Untung polisi berhasil mengamankannya, tapi hidungnya telanjur berdarah.

’’Sekelompok pria yang menyerang saya mengatakan bahwa saya telah mengkhianati mereka dengan memberikan suara (ke TPS),’’ terangnya.

Suasana paling panas terletak di basis oposisi di Kisumu. Salah seorang petugas pemilu, John Ngutai, mengungkapkan, tak ada satu pun material pemungutan suara yang dikirim ke Kisumu Central.

Dia seharusnya memiliki 400 staf, tapi hanya tiga orang yang hadir. Gara-gara banyaknya TPS yang tutup, Josuha Nyamori bingung memberikan hak suara.

Berbeda dengan Odinga, Kenyatta menyerukan kepada penduduk untuk memberikan suara. Kenyatta pergi ke TPS di Kiambu. Putra Jomo Kenyatta itu meminta tingkat kehadiran penduduk tinggi.

Dengan begitu, mereka tak perlu menggelar pemilu ulang dan bisa segera bekerja. ’’Kita semua sudah lelah menjadi negara yang sering menggelar pemilu dan saya rasa ini sudah waktunya kita melangkah maju,’’ terang Kenyatta.

Versi polisi Kenya, kericuhan hanya terjadi di 5 dari 47 county yang dimiliki Kenya. Sebagian besar adalah basis oposisi. Menteri Dalam Negeri Kenya Fred Matiang’i bahkan menyatakan bahwa 90 persen TPS telah dibuka.

Pemilu presiden di Kenya sejatinya sudah berlangsung 8 Agustus lalu dan dimenangi Kenyatta. Namun, Mahkamah Agung (MA) menganggap pemilu tidak sah dan meminta digelar pemilu ulang dalam kurun waktu 60 hari.

Sejak pemilu yang pertama, kericuhan telah merenggut sedikitnya 50 nyawa. (Reuters/AlJazeera/sha/c19/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalan Kaki Sambil Main Gawai, Siap-Siap Bayar Rp 1,3 Juta


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler