DAMASKUS - Suhu politik Syria kembali memanas menjelang kunjungan Kofi Annan, Jumat (9/3). Dengan dukungan sejumlah tank, pasukan Presiden Bashar al-Assad melanjutkan serangannya ke Kota Homs. Sedikitnya empat orang tewas dalam serangan itu. Pada hari yang sama, tiga petinggi militer Syria membelot ke Turki.
"Sebenarnya, kami telah merencanakan aksi turun ke jalan selepas salat Jumat ini. Tapi, serbuan tank militer memaksa kami bersembunyi di dalam rumah," kata seorang aktivis oposisi di kota industri yang belakangan menjadi medan tempur tersebut. Selain menewaskan empat orang, serangan tersebut juga membuat beberapa warga sipil terluka.
Menurut Milad Fadl, anggota Komisi Umum Revolusi Syria, pasukan dan tank militer juga terkonsentrasi di kawasan barat laut Provinsi Idlib yang bersebelahan dengan Provinsi Homs. Kabarnya, Assad sengaja memerintahkan militer bergerak ke perbatasan Turki untuk mengejar mantan serdadu Syria yang bergabung dengan Free Syrian Army (FSA). Sebab, pekan lalu, FSA resmi meninggalkan markasnya di Homs.
"Pasukan pemerintah bersiaga di perbukitan sekitar Distrik Jabal al-Zawiya. Warga dari delapan desa yang merasa terancam, termasuk penduduk Kota Idlib, telah meninggalkan tempat tinggal mereka," kata Fadl.
Dia menambahkan bahwa perbukitan di sekitar Jabar al-Zawiya memang sempat menjadi tempat persembunyian kelompok oposisi bersenjata, bagian dari FSA. Terpisah, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa pasukan Syria telah melancarkan serangan ke empat desa di Idlib.
Perburuan anggota FSA, menurut lembaga HAM yang berbasis di Inggris itu, sudah mulai berlangsung. SOHR khawatir, ibu kota Idlib bakal bernasib sama dengan Homs. Terutama, kawasan Baba Amr yang porak-poranda akibat serangan nonstop selama sebulan terakhir.
Kemarin, Annan yang oleh PBB dan Liga Arab ditunjuk sebagai utusan damai Syria itu menyerukan kepada pemerintahan Asad dan oposisi agar sama-sama menahan diri. Mantan sekjen PBB asal Ghana itu juga menentang keras rencana negara-negara Barat dan Arab untuk mempersenjatai kelompok pemberontak.
Dia yakin, pasokan senjata alias militerisasi hanya akan memperburuk konflik yang terjadi di Syria. "Saya harap, tidak ada satu pihak pun yang berpikir serius untuk melibatkan kekuatan (militer) mereka dalam situasi ini," tegas Annan.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) sempat mengindikasikan bahwa opsi untuk mempersenjatai pemberontak Syria masih terbuka. Demikian juga dengan Prancis yang sejak awal berniat untuk melakukan aksi militer guna menumbangkan rezim Assad di Syria.
Dari Kota Kairo, Mesir, Annan yang dijadwalkan tiba di Syria hari ini tersebut mengajak oposisi untuk bersama-sama mencari solusi. "Sebaiknya, kelompok oposisi Syria bekerja sama dengan kami untuk merumuskan jalan keluar yang paling baik dan sesuai dengan aspirasi rakyat," tandas diplomat 73 tahun tersebut usai bertemu dengan Sekjen Liga Arab Nabil al-Arabi.
Washington menyambut baik imbauan Annan tersebut. Demikian juga dengan Uni Eropa (UE). Kemarin, Jubir Gedung Putih Jay Carney mengatakan bahwa AS tak akan mempersenjatai pemberontak Syria. ?Kami tidak yakin, ini merupakan saat yang tepat untuk melibatkan kekuatan militer dalam konflik Syria,? ujarnya. Tapi, Menteri Pertahanan Leon Panetta berjanji untuk tetap memberikan bantuan nonsenjata.
Kemarin, Tiongkok juga menyambut baik imbauan Annan. Padahal, sekutu Rusia itu juga menggunakan hak vetonya untuk menentang draft resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB beberapa waktu lalu. "Kami harap, Annan bisa menggunakan kebijakan dan pengalamannya untuk mengakhiri kekerasan yang terjadi di Syria dan mewujudkan gencatan senjata," papar Jubir Kementerian Luar Negeri, Liu Weimin.
Sebagai wujud dukungannya, Tiongkok mengutus tim khusus ke beberapa negara Eropa dan Timur Tengah. Melalui lawatan itu, Beijing berharap bisa menggalang dukungan dari negara-negara Arab dan Barat demi terwujudnya gencatan senjata di Syria. "Kami harap, tidak ada pihak yang memanfaatkan bantuan kemanusiaan untuk memaksakan kehendaknya atas Syria," tandasnya.
Sementara, International Crisis Group berharap Annan bisa menggunakan pengaruhnya untuk membuat Rusia mendukung upaya masyarakat internasional. "Jika Annan bisa membujuk Rusia kembali ke rancangan transisi semula, rezim (Assad) akan kian tertekan dan tak punya jalan lain untuk mengakhiri konflik selain lengser," terang lembaga yang bermarkas di Belgia itu dalam pernyataan resminya.
Sayangnya, oposisi Syria justru tak menyambut baik ajakan Annan untuk berdialog. Dalam wawancara telepon dari Kota Paris, Prancis, pimpinan Dewan Nasional Syria menegaskan bahwa pihaknya menolak dialog. "Annan telah mengecewakan rakyat Syria. Kami tak akan menempuh jalur dialog saat serangan terhadap warga sipil tak berhenti seperti ini," tandas Burhan Ghalioun.
Kemarin, pemerintah Turki melaporkan bahwa tiga petinggi militer Syria, dua orang jenderal dan seorang kolonel, membelot dari pemerintah. Stasiun TRT menyebut ketiganya sebagai sekutu Assad terakhir yang bergabung dengan kelompok 234 pembelot lainnya. Sejak Kamis lalu, sedikitnya 12.000 warga Syria telah menyeberang ke Turki dan bertahan di enam kamp pengungsian. (AP/AFP/RTR/hep/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Bom Meledak, 14 Tewas di Iraq
Redaktur : Tim Redaksi