Optimisme dan Transparansi di Piala Presiden Membawa Sepak Bola Indonesia Jadi Industri

Sabtu, 13 April 2019 – 22:00 WIB
Suasana pembukaan Piala Presiden 2019 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung. Foto: Amjad/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Piala Presiden selalu menghadirkan kejutan dalam pelaksanaan tiap tahunnya. Mulai dari edisi pertama sampai saat ini, selalu melekat prinsip tranparansi. Tata kelola ini menebarkan optimisme, sehingga industri sepak bola ke depan bukan sekadar angan-angan, tapi perlahan menjadi kenyataan.

Muhammad Amjad, JPNN

BACA JUGA: Irfan Jaya Ungkap yang Bikin Persebaya Terbebani dan Akhirnya Gagal Juara

Sepanjang pelaksanaan Piala Presiden, Ketua Steering Committee Maruarar Sirait adalah sosok yang membawa prinsip transparansi ini ke dalam turnamen yang kini telah masuk di edisi keempat. Tentunya, ajang ini dihitung khusus untuk di era sepakk bola modern.

Sebelumnya, memang ada Piala Presiden, tapi format, kemeriahan, dan pelaksanaan tak ada yang se-glamour saat ini. Siapa pun tak ada yang menampik, seluruh aspek modernisasi dan transparansi, sudah berjalan dengan masif.

BACA JUGA: Jadi Pemain Muda Terbaik Piala Presiden 2019, Irfan Jaya: Semoga Bisa Lebih Baik Lagi

Kondisi ini benar-benar memberikan angin optimisme di sepak bola Indonesia Betapa tidak, sejak edisi pertama pada 2015 silam, nilai sponsor kini sudah jauh mebgalami kenaikan. Bahkan, Piala Presiden yang dikelola secara independen oleh kepanitiaan yang telah matang, mampu membuat pihak sponsor yakin dna menggelontorkan nilai sponsor yang tak sedikit.

Khusus untuk edisi 2019, nilai sponsornya mencapai Rp 52 miliar. Jumlah itu cukup wah, mengingat sebelumnya persiapan Piala Presiden sempat tak maksimal. Ditambah lagi kondisi PSSI yang sedang terkena badai besar, karena pejabat dan Exco mereka, banyak tertangkap karena terlibat perkara pengaturan skor.

BACA JUGA: Dzhalilov Pencetak Gol Terbanyak, Irfan Jaya Pemain Muda Terbaik

Ternyata, kepercayaan sponsor tak luntur kepada Piala Presiden. Pasalnya, pihak ketiga tahu, siapa yang mengelola even ini. Sponsor juga paham, prinsip transpransi yang dipegang, bahkan sampai berani menyewa auditor ternama, Price Waterhouse Cooper (PWC).

Dengan pengelolaan yang benar dan terbuka, para sponsor percaya dan tak ragu untuk menggelontorkan uang sampai miliaran rupiah. Pasalnya, kredibilitas turnamen terjaga, kualitas laga mumpuni, dan masyarakat juga menantikannya, karena percaya dengan penyelenggaraan turnamen ini.

Ibarat simbiosis mutualisme, bukan hanya Emtek selaku pemilik hak siar yang membayar Rp 40 miliar. Ada juga sponsor Buka Lapak yang memberikan Rp 11 miliar, kemudian sponsor-sponsor lain yang nilai sampai lebih dari Rp 50 miliar. Jumlah itu cukup besar, untuk ukuran turnamen yang hanya digelar sekitar lima pekan itu.

Setali tiga uang dengan meningkatnya sponsor, jumlah penonton yang hadir ke lapangan untuk menyaksikan langsung cukup besar. Bertambah dari tahun ke tahun, mengalami peningkatan dan juga, untuk sharing televisi dan rating, juga turut naik.

"Banyak sponsor yang datang, mereka hadir, karena memang melihat turnamen Piala Presiden ini menjanjikan. Sponsor tentu tak akan datang, kalau mereka rugi, berarti panitia dan sponsor, sama-sama saling diuntungkan, ada simbiosis mutualisme di sini," ucap pra yang akrab disapa Ara saat ditemui beberapa waktu lalu, sebelum semifinal digelar.

Tak hanya itu, Ara menyebut, total pemasukan ditambah dengan penghasilan tiket, nilainya nyaris menyentuh angka Rp 75 miliar, Fantastis! Mengingat dulu pelaksanaannya sempat dipertanyakan, kini ternyata memberikan manfaat karena jadi turnamen pra musim yang mumpuni bagi tim-tim kontestan Liga 1 2019.


Niat Baik, Hasil Pun Baik

Panitia Piala Presiden memiliki target tinggi, agar turnamen ini bisa simultan digelar dan terus menunjukkan tren meningkat. Bahkan, sikap tegas SC Piala Presiden untuk menunjukkan bahwa sepak bola bisa menjadi industri , ditabalkan dengan kebijakan menolak uang APBN dan BUMN.

"Kami tidak menggunakan sepeser pun uang APBN, bahkan kami menolak sponsor dari BUMN," ucapnya.

Penelusuran JPNN, ternyata sikap ini bukan isapan jempol belaka. Lihat saja deretan sponsor, semuanya adalah pihak swasta, yang percaya akan keberhasilan Piala Presiden.

"Pernah Ketua SC marah besar karena ada pihak panitia yang diam-diam mau menjalin deal dengan salah satu BUMN yaitu salah satu Bank, tapi itu diektahui SC, sikap tegas ditunjukkan, kemudian ditolak, ini adalah sikap nyata bahwa memang Piala Presiden lepas dari APBN dan meminta sponsor BUMN," tutur sumber terpercaya JPNN itu.

Karena niat baik dan optimisme dari penyelenggara ini, sponsor bukan pergi malah berdatangan. Mereka memberikan dukungan, dan semakin puas karena laporan keuangan terverifikasi oleh auditor yang berkelas dunia.

"Tak ada yang disembunyikan, semua kami buka. Transparansi adalah nama yang melekat di ajang ini," ucap Ara

Optimistis Sepak Bola Indonesia Bisa Menjadi Industri

Penyelenggara Piala Presiden harusnya bukan sekadar selesai tugasnya di ajang tahunan ini. Orang-orang penting dan pimpinan penyelenggara, harusnya juga bisa menularkan ilmu positif ini ke pengelola kompetisi dan juga sepak bola Indonesia.

Bukan sekadar pengelolaan yang profesional, tapi juga kemampuan menunjukkan bahwa sepak bola bisa menjadi industri. Optimis, optimis, optimis, kemudian menyulap sebuah turnamen menjadi industri baru.

Bukan hanya menggerakkan sepak bola ke ranah inndustri yang besar, tapi juga memberikan virus positif karena bisa menggairahkan ekonomi kerakyatan. Berapa tribu pedagang asongan dan PKL yang diberi tempat khusus, berapa puluh ribu lembar jersey yang terjual oleh pedagang, berapa botol minuman dan berapa piring makanan yang habis terjual.

Efek domino ini menunjukkan, transparansi adalah semangat yang membawa optimisme di sepak bola kita. Sepak bola Indonesia siap-siap untuk tinggal landas menuju era industri modern. Piala Presiden mengajarkan optimisme itu kini sudah membuka jalan indistri bola kita. (dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Arema FC 2-0 Persebaya: Tamales, Ker! Nawak-Nawak Mbois Ilakes


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler