Kami memang tidak berkonsentrasi dengan online, karena setiap saat kapanpun kami mau, kami bisa melakukannya. Dengan jaringan Group yang luas saat ini dan terus menunjukan perkembangan, maka kami akan selalu berpikir tentang koran,koran dan koran.(Azrul Ananda)
Laporan: Afni Zulkifli-Bangkok
Di tengah invasi tekhnologi yang membuat para pemilik media massa cetak dunia melanjutkan kegalauan dari tahun ke tahun tentang jaringan bisnis mereka, bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar alias bangkrut, Jawa Pos seolah menjadi pencerah dengan menunjukan optimisme bahwa koran tak akan pernah mati. Hal ini terungkap dalam pertemuan Wolrd Newspaper Congress atau kongres media dunia di Bangkok, Thailand.
Menjadi salah satu pembicara di forum media internasional, Rabu (5/6), Presiden Direktur Jawa Pos Azrul Ananda, menegaskan bahwa masa depan media massa cetak dunia masih tetap ada. Terbukti Jawa Pos saat ini masih bertahan dengan konsep koran cetak dan bisa menjual koran dengan oplah 500.000 per hari.
Selain Azrul, hadir dalam forum ini CEO Philiphine Daily Inquirer, Philipines, Sandy Prieto dan Presiden Post Publishing, Thailand, Supakom Vejjajiva. Acara dipandu oleh CEO South China Morning Post, Hongkong, Robin Hu.
Azrul memaparkan beberapa kiat yang dilakukan Jawa Pos untuk tetap bertahan. Seperti menggaet kalangan muda untuk terlibat langsung di produksi berita, hingga melakukan rotasi kepemimpinan secara rutin dengan tujuan penyegaran.
"Kami menggaet banyak komunitas muda, memberikan ruang bagi kalangan muda melalui rubrik Deteksi, gaya hidup, menggelar kegiatan yang bersifat rutin dan banyak hal lainnya. Selain itu setiap tahun kami melakukan pergantian manager," kata Azrul.
"Tujuannya agar wartawan di news room, selalu menghasilkan berita dalam suasana fresh dan melahirkan ide-ide baru. Itu cara Jawa Pos tetap bertahan dan diterima pembaca,"tambahnya.
CEO South China Morning Post, Hongkok, Robin Hu, yang sebelumnya sempat menanyakan kiat Azrul mengelola perusahaan Jawa Pos, mengatakan kreatifitas group yang memiliki lebih 200 anak perusahaan di Indonesia ini, menjadi hal yang luar biasa di tengah melemahnya kreatifitas karena kondisi global yang tidak menguntungkan media.
"Apa yang disampaikan anda (Azrul) begitu memberi inspirasi. Menggaet kalangan muda untuk membesarkan media bersama-sama adalah ide yang menginspirasi media," pujinya.
Bila dibandingkan dengan data yang dimiliki media massa dunia lainnya saat ini, apa yang sudah dilakukan Jawa Pos group bisa dikatakan lebih maju.
Contohnya paparan yang disampaikan CEO ABP Group, D.D Purkayastha dari India. Menjalankan bisnis dengan majalah Ebela, mereka merumuskan strategi berita yang ternyata sudah lebih dulu dilakukan oleh Jawa Pos Group. Seperti keterlibatan pembaca, menggaet pembaca muda, menjaga komunitas pembaca dan lainnya.
Demikian pula yang disampaikan Presiden Post Publishing, Thailand, Supakom Vejjajiva. Koran mereka saat ini harus berkreasi untuk tetap mempertahankan oplah pembaca. Meski iklan mereka tumbuh, namun mereka terpaksa harus 'berkorban' dengan menggratiskan koran bagi pembaca kalangan bawah.
"Kami memang berusaha mempertahankan filosofi menjadi koran untuk semua kalangan. Dengan cara itulah, hingga saat ini kami selalu bisa diterima menjadi koran dengan penyebaran berita terbesar di Indonesia," tegas Azrul.(afz/jpnn)
Laporan: Afni Zulkifli-Bangkok
Di tengah invasi tekhnologi yang membuat para pemilik media massa cetak dunia melanjutkan kegalauan dari tahun ke tahun tentang jaringan bisnis mereka, bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar alias bangkrut, Jawa Pos seolah menjadi pencerah dengan menunjukan optimisme bahwa koran tak akan pernah mati. Hal ini terungkap dalam pertemuan Wolrd Newspaper Congress atau kongres media dunia di Bangkok, Thailand.
Menjadi salah satu pembicara di forum media internasional, Rabu (5/6), Presiden Direktur Jawa Pos Azrul Ananda, menegaskan bahwa masa depan media massa cetak dunia masih tetap ada. Terbukti Jawa Pos saat ini masih bertahan dengan konsep koran cetak dan bisa menjual koran dengan oplah 500.000 per hari.
Selain Azrul, hadir dalam forum ini CEO Philiphine Daily Inquirer, Philipines, Sandy Prieto dan Presiden Post Publishing, Thailand, Supakom Vejjajiva. Acara dipandu oleh CEO South China Morning Post, Hongkong, Robin Hu.
Azrul memaparkan beberapa kiat yang dilakukan Jawa Pos untuk tetap bertahan. Seperti menggaet kalangan muda untuk terlibat langsung di produksi berita, hingga melakukan rotasi kepemimpinan secara rutin dengan tujuan penyegaran.
"Kami menggaet banyak komunitas muda, memberikan ruang bagi kalangan muda melalui rubrik Deteksi, gaya hidup, menggelar kegiatan yang bersifat rutin dan banyak hal lainnya. Selain itu setiap tahun kami melakukan pergantian manager," kata Azrul.
"Tujuannya agar wartawan di news room, selalu menghasilkan berita dalam suasana fresh dan melahirkan ide-ide baru. Itu cara Jawa Pos tetap bertahan dan diterima pembaca,"tambahnya.
CEO South China Morning Post, Hongkok, Robin Hu, yang sebelumnya sempat menanyakan kiat Azrul mengelola perusahaan Jawa Pos, mengatakan kreatifitas group yang memiliki lebih 200 anak perusahaan di Indonesia ini, menjadi hal yang luar biasa di tengah melemahnya kreatifitas karena kondisi global yang tidak menguntungkan media.
"Apa yang disampaikan anda (Azrul) begitu memberi inspirasi. Menggaet kalangan muda untuk membesarkan media bersama-sama adalah ide yang menginspirasi media," pujinya.
Bila dibandingkan dengan data yang dimiliki media massa dunia lainnya saat ini, apa yang sudah dilakukan Jawa Pos group bisa dikatakan lebih maju.
Contohnya paparan yang disampaikan CEO ABP Group, D.D Purkayastha dari India. Menjalankan bisnis dengan majalah Ebela, mereka merumuskan strategi berita yang ternyata sudah lebih dulu dilakukan oleh Jawa Pos Group. Seperti keterlibatan pembaca, menggaet pembaca muda, menjaga komunitas pembaca dan lainnya.
Demikian pula yang disampaikan Presiden Post Publishing, Thailand, Supakom Vejjajiva. Koran mereka saat ini harus berkreasi untuk tetap mempertahankan oplah pembaca. Meski iklan mereka tumbuh, namun mereka terpaksa harus 'berkorban' dengan menggratiskan koran bagi pembaca kalangan bawah.
"Kami memang berusaha mempertahankan filosofi menjadi koran untuk semua kalangan. Dengan cara itulah, hingga saat ini kami selalu bisa diterima menjadi koran dengan penyebaran berita terbesar di Indonesia," tegas Azrul.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AirAsia Tambah Penerbangan Pekanbaru-Kuala Lumpur
Redaktur : Tim Redaksi