jpnn.com, JAKARTA - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko enggan mengomentari pernyataan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang menyebut perekonomian Indonesia tengah melemah. Menurut Moeldoko, pemerintah memilih terus bekerja termasuk memajukan perekonomian melalui sektor pertanian.
"Saya tidak mau beroterika. Saya justru memberikan optimisme. Ingat bahwa 60 persen warga kami ada di pertanian," kata Moeldoko dalam acara penutupan Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2018 di Jakarta Convention Centre (JCC), Sabtu (30/6).
BACA JUGA: Bamsoet Minta Kemenkeu & BI Cari Solusi untuk Angkat Rupiah
Menurut Moeldoko, saat ini yang terpenting adalah meningkatkan pendapatan petani. Upaya untuk itu tidak harus terjebak di wilayah ekonomi makro dan pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Bagi para petani tidak terlalu berpengaruh. Justru kalau hasil pertanian bisa kami ekspor, tentu dampak positif yang kami ambil. Karena produk-produk pertanian kami relatif baik," kata ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu.
BACA JUGA: Jokowi Kian di Atas Angin, Peluang Calon Lain Masih Terbuka
Mantan Panglima TNI itu menambahkan, sektor pertanian Indonesia mampu bertahan ketika perekonomian makro dan rupiah melemah. Sebab, pupuk dan benihnya dikelola di dalam negeri.
"Sehingga tidak terpengaruh oleh barang-barang impor. Tetapi produknya justru bisa kami ekspor," kata dia.
BACA JUGA: Cuma Prabowo - Amien Rais yang Bisa Menumbangkan Jokowi
Moeldoko menambahkan, HKTI bersama Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkolaborasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk itu dia meminta semua pihak menggelorakan optimisme.
"Saya pikir kondisi tidak seperti itu yang tergambarkan. Mari kita lihat, jalan-jalan ke daerah semua masyarakat merasa optimistis sangat tinggi, jadi tidak seperti yang digambarkan seolah-olah Indonesia itu nyungsep," tegas Moeldoko.
Sebelumnya Prabowo menyatakan, kekayaan Indonesia hanya dinikmati oleh segelintir orang. Menurut dia, tidak ada kekayaan yang tinggal di Indonesia karena terus mengalir ke luar negeri.
Selain itu, Prabowo juga menganggap tidak bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Buktinya, USD menembus angka Rp 14.000.
"Yang menikmati kekayaan Indonesia itu hanya segelintir orang saja dan kekayaan kita mengalir keluar negeri terus menerus. Enggak ada kekayaan yang tinggal di Indonesia, makanya kita terpuruk terus," ucap Prabowo di acara halalbihalal yang digelar di Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat, Jumat (29/6).(tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerindra Disarankan Lupakan Prabowo dan Usung Harry Tanoe
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga