SURABAYA - Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS), sepertinya, harus lebih concern pada pembenahan kandang satwa. Sebab, banyak satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang dapat dengan mudah mendapat makanan yang berbahaya dari pengunjung
Pantauan Jawa Pos, Kamis (18/7) pukul 11.00 sejumlah pengunjung KBS sedang menikmati kelucuan orang utan di kandang yang lokasinya berdekatan dengan ruang nursery. Saat itu terlihat banyak pengunjung yang memotret orang utan yang terus saja berdiri dan mengulurkan tangan tanda meminta makanan.
Hal tersebut membuat pengunjung semakin girang. Pengunjung pun menuruti permintaan orang utan. Sejumlah makanan dilemparkan, kebanyakan berupa kacang yang bisa didapat dari penjual yang ada di area KBS.
Tapi, tidak lama salah seorang pengunjung justru melemparkan sebuah plastik yang kemungkinan berisi kopi. Tak pelak, orang utan tersebut mengambil plastik dan mencoba memakannya. Terlihat, sebagian plastik ditelan orang utan itu.
Yang dikhawatirkan, orang utan tersebut bisa sakit karena memakan plastik dan minum kopi. Kekhawatiran itu tidak berlebihan karena sebelumnya seekor jerapah milik KBS mati karena memakan plastik dalam waktu yang lama. Berdasar hasil otopsi, ditemukan gumpalan plastik yang menyumbat usus jerapah satu-satunya di KBS saat itu. Byukan hanya itu. Di usus jerapah juga banyak cacing.
Ketua Pelaksana Harian Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS Toni Semampau membenarkan adanya kejadian jerapah mati karena makan plastik tersebut. "Kejadian waktu itu memang mengherankan," ujarnya.
Namun, menurut dokter hewan KBS Liang Kaspe, orang utan sebenarnya tidak akan memakan plastik. Hewan primata itu akan memuntahkan plastik tersebut jika sampai tertelan. Sebab, orang utan memiliki kemampuan berpikir yang tajam melebihi hewan lain. Dengan demikian, benda asing tidak akan dimakan orang utan begitu saja.
Itu berbeda dengan jerapah. Sebab, jerapah merupakan herbivora yang menggunakan daya penciumannya untuk mendapatkan makan. Sesuatu yang asing tapi saat dicium ternyata berbau enak dan saat dirasakan lidah terasa asin akan langsung dikunyah dan ditelan jerapah. "Jadi, herbivora dengan omnivora berbeda," jelasnya.
Tapi, yang menjadi perhatian adalah perilaku pengunjung KBS yang kurang bijak. Dia mengatakan, perilaku pengunjung yang membuang sisa makanan, plastik, dan benda asing kepada hewan sangat berpotensi untuk dimakan. "Jadi, kesadaran ini perlu diperbaiki," paparnya.
Menurut dia, sebenarnya tidak melulu petugas pengelola yang menjadi kambing hitam. Tapi, alangkah baiknya semua pihak, pengelola dan pengunjung, juga saling menyadari perlunya menjaga dan merawat hewan di KBS. "Selama ini pengawasan sudah ketat. Tapi, dari ribuan orang yang datang, bagaimana diawasi kecuali dengan kesadaran masing-masing," jelasnya.
Humas KBS Agus Supangkat mengatakan, sebenarnya KBS telah memberikan pengumuman kepada pengunjung agar tidak memberikan apa pun kepada satwa. Tapi, pengunjung memiliki kepedulian yang berbeda-beda. Untuk langkah antisipasi, lanjut dia, pihaknya akan meningkatkan sosialisasi agar pengunjung tidak memberikan makanan kepada satwa. "Saya harap masyarakat juga ikut menjaga satwa KBS yang merupakan milik warga Surabaya ini," tuturnya.
Sementara itu, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya telah memiliki konsep penataan taman yang akan diajukan kepada PDTS. Kepala DKP Surabaya Hidayat Syah mengatakan, pihaknya memiliki konsep taman hutan yang akan diajukan ke PDTS.
Praktisnya, papar dia, kandang akan dibuat seperti hutan atau tempat tinggal asli hewan tersebut. Dengan demikian, potensi hewan stres berada di kandang bisa berkurang. Dia mengatakan, konsep taman akan diterapkan pada jalan-jalan di sepanjang KBS. "Untuk tempat berkumpul pengunjung akan dibuat sesuai taman," paparnya.
Selain itu, DKP menemukan sejumlah tanaman langka di KBS. Di antaranya, cannonball, cootree, kenari, semirit, dan mundu. Dia mengatakan, semua tanaman tersebut langka dan menjadi tanaman yang cocok untuk satwa. "Jadi, sepertinya sejak awal tanaman yang ditanam di KBS memang disesuaikan untuk kebutuhan hewan," jelasnya.
Soal nilai tanaman, dia mengatakan, nilainya tidak terhitung, tapi tidak perlu disebutkan di mana tanamannya. Itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya orang tidak bertanggung jawab yang ingin memiliki tanaman tersebut. (idr/c10/end)
Pantauan Jawa Pos, Kamis (18/7) pukul 11.00 sejumlah pengunjung KBS sedang menikmati kelucuan orang utan di kandang yang lokasinya berdekatan dengan ruang nursery. Saat itu terlihat banyak pengunjung yang memotret orang utan yang terus saja berdiri dan mengulurkan tangan tanda meminta makanan.
Hal tersebut membuat pengunjung semakin girang. Pengunjung pun menuruti permintaan orang utan. Sejumlah makanan dilemparkan, kebanyakan berupa kacang yang bisa didapat dari penjual yang ada di area KBS.
Tapi, tidak lama salah seorang pengunjung justru melemparkan sebuah plastik yang kemungkinan berisi kopi. Tak pelak, orang utan tersebut mengambil plastik dan mencoba memakannya. Terlihat, sebagian plastik ditelan orang utan itu.
Yang dikhawatirkan, orang utan tersebut bisa sakit karena memakan plastik dan minum kopi. Kekhawatiran itu tidak berlebihan karena sebelumnya seekor jerapah milik KBS mati karena memakan plastik dalam waktu yang lama. Berdasar hasil otopsi, ditemukan gumpalan plastik yang menyumbat usus jerapah satu-satunya di KBS saat itu. Byukan hanya itu. Di usus jerapah juga banyak cacing.
Ketua Pelaksana Harian Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS Toni Semampau membenarkan adanya kejadian jerapah mati karena makan plastik tersebut. "Kejadian waktu itu memang mengherankan," ujarnya.
Namun, menurut dokter hewan KBS Liang Kaspe, orang utan sebenarnya tidak akan memakan plastik. Hewan primata itu akan memuntahkan plastik tersebut jika sampai tertelan. Sebab, orang utan memiliki kemampuan berpikir yang tajam melebihi hewan lain. Dengan demikian, benda asing tidak akan dimakan orang utan begitu saja.
Itu berbeda dengan jerapah. Sebab, jerapah merupakan herbivora yang menggunakan daya penciumannya untuk mendapatkan makan. Sesuatu yang asing tapi saat dicium ternyata berbau enak dan saat dirasakan lidah terasa asin akan langsung dikunyah dan ditelan jerapah. "Jadi, herbivora dengan omnivora berbeda," jelasnya.
Tapi, yang menjadi perhatian adalah perilaku pengunjung KBS yang kurang bijak. Dia mengatakan, perilaku pengunjung yang membuang sisa makanan, plastik, dan benda asing kepada hewan sangat berpotensi untuk dimakan. "Jadi, kesadaran ini perlu diperbaiki," paparnya.
Menurut dia, sebenarnya tidak melulu petugas pengelola yang menjadi kambing hitam. Tapi, alangkah baiknya semua pihak, pengelola dan pengunjung, juga saling menyadari perlunya menjaga dan merawat hewan di KBS. "Selama ini pengawasan sudah ketat. Tapi, dari ribuan orang yang datang, bagaimana diawasi kecuali dengan kesadaran masing-masing," jelasnya.
Humas KBS Agus Supangkat mengatakan, sebenarnya KBS telah memberikan pengumuman kepada pengunjung agar tidak memberikan apa pun kepada satwa. Tapi, pengunjung memiliki kepedulian yang berbeda-beda. Untuk langkah antisipasi, lanjut dia, pihaknya akan meningkatkan sosialisasi agar pengunjung tidak memberikan makanan kepada satwa. "Saya harap masyarakat juga ikut menjaga satwa KBS yang merupakan milik warga Surabaya ini," tuturnya.
Sementara itu, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya telah memiliki konsep penataan taman yang akan diajukan kepada PDTS. Kepala DKP Surabaya Hidayat Syah mengatakan, pihaknya memiliki konsep taman hutan yang akan diajukan ke PDTS.
Praktisnya, papar dia, kandang akan dibuat seperti hutan atau tempat tinggal asli hewan tersebut. Dengan demikian, potensi hewan stres berada di kandang bisa berkurang. Dia mengatakan, konsep taman akan diterapkan pada jalan-jalan di sepanjang KBS. "Untuk tempat berkumpul pengunjung akan dibuat sesuai taman," paparnya.
Selain itu, DKP menemukan sejumlah tanaman langka di KBS. Di antaranya, cannonball, cootree, kenari, semirit, dan mundu. Dia mengatakan, semua tanaman tersebut langka dan menjadi tanaman yang cocok untuk satwa. "Jadi, sepertinya sejak awal tanaman yang ditanam di KBS memang disesuaikan untuk kebutuhan hewan," jelasnya.
Soal nilai tanaman, dia mengatakan, nilainya tidak terhitung, tapi tidak perlu disebutkan di mana tanamannya. Itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya orang tidak bertanggung jawab yang ingin memiliki tanaman tersebut. (idr/c10/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Massa FPI Bentrok dengan Warga Sukorejo
Redaktur : Tim Redaksi