Hanya beberapa minggu setelah merasakan kebebasan, Malu, si orangutan Sumatera yang ‘petualang’ merayakan ulang tahun ke-12 dengan gigitan kue pisang di Kebun Binatang Melbourne.

Malu membuat Kebun Binatang Melbourne sempat ditutup awal bulan ini ketika ia keluar dari kandang ke dalam area publik, pada 13 Juli.

BACA JUGA: Ancaman Serangan Cyber ke Australia Semakin Meningkat

Para penjaga menggunakan pancingan untuk membuatnya tetap tenang dan setelah ‘berjalan-jalan singkat di area umum’, ia ditangkap dan dikembalikan ke kandangnya.


Malu merayakan ulang tahun ke-12nya dengan kue di Kebun Binatang Melbourne.

BACA JUGA: Penonton Australia Selalu Soraki Seorang Pemain Footy Aborigin

Ini adalah hari yang kurang menyenangkan bagi Malu, karena ia menatap foto dirinya yang menjadi hiasan kue sebelum menyeruput beberapa kenari di atasnya dan berbagi kue ulang tahun ini dengan dua teman betinanya.

"Tak mungkin gadis-gadis itu membiarkan ia menikmati kue sendiri, sayangnya ia bukan bos di lingkungannya. Ia punya kue cantik yang dipersiapkan secara khusus oleh toko roti kebun binatang dan dibuat khusus untuk kebutuhan Malu,” jelas penjaga primata, Emma McDonald.

BACA JUGA: Indonesia Project di ANU: 50 Tahun Kerjasama Penelitian dan Pendidikan

Ia mengatakan, orangutan Sumatera jantan biasanya hidup sampai sekitar 50 tahun, jadi Malu sebenarnya ‘masih remaja’.

"Ia pergi berpetualang [awal bulan ini], ia hanya ingin tahu ... meski begitu ia menikmati hari ulang tahunnya hari ini," tutur Emma.

Kebun binatang menggunakan ulang tahun Malu untuk menyoroti penderitaan orangutan Sumatera yang langka di alam liar.

Banyak hutan hujan yang merupakan habitat sejumlah hewan diganti dengan perkebunan kelapa sawit.

Ulang tahun Malu bertepatan dengan Hari Harimau Sedunia dan penjaga hewan karnivora di kebun binatang ini, yakni Monique Counihan, mengatakan, sekarang hanya ada 300-350 harimau Sumatera di alam liar.

"Kerusakan habitat tentu merupakan ancaman yang paling signifikan. Banyak hutan hujan utama tempat mereka tinggal digunduli dan dikonversi menjadi lahan pertanian terutama untuk kelapa sawit, dan juga perkebunan kopi, [adalah] isu baru yang muncul," jelasnya.

Monique mengatakan, jumlah harimau yang tersisa dibagi menjadi populasi yang terfragmentasi oleh pertanian dan penambahan manusia, mencegah harimau bergerak bebas untuk berburu dan menemukan pasangan di luar daerah mereka.

Kampanye ‘Don’t Palm Us Off’ yang dilakukan Kebun Binatang Melbourne bertujuan untuk mengubah produsen Australia agar menggunakan minyak sawit ramah lingkungan yang bersertifikat, diproduksi tanpa merugikan satwa liar atau menghapus habitat mereka.

Kebun Binatang ini juga berkampanye untuk meningkatkan label produk, mengingat minyak sawit diperbolehkan untuk disebut sebagai minyak nabati.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Sekolah di Australia Tak Siap Ajarkan Matematika, Sains dan Teknologi

Berita Terkait